Tantangan Masalah Kesehatan bagi Generasi Milenial

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

Oktober 25, 2019


Lembaga Blue Cross Blue Shield Association baru-baru ini mengungkapkan hasil riset mereka bahwa kondisi kesehatan generasi milenial akan sangat berkurang seraya usia mereka bertambah. Padahal kalau diperhatikan, banyak dari mereka tampaknya lebih peduli pada gaya hidup sehat daripada generasi-generasi sebelumnya. Jika Anda termasuk generasi milenial, Anda sebaiknya tahu masalah kesehatan atau penyakit apa saja yang perlu lebih diwaspadai dan dicegah sebelum terjadi.

Siapa saja yang termasuk generasi milenial? Generasi milenial (disebut juga generasi Y) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang sudah mencapai usia dewasa di awal abad ke-21 ini dan mencakup generasi orang yang lahir antara tahun 1980 – 2000.

Hasil riset dari Blue Cross Blue Shield Association (BCBSA) menyebutkan 10 masalah kesehatan dan penyakit paling umum yang diderita oleh generasi milenial, yakni:

  • Gangguan depresi mayor (depresi klinis)
  • Gangguan penggunaan zat psikoaktif
  • Gangguan penggunaan alkohol (alkoholisme atau kecanduan alkohol)
  • Hipertensi (tekanan darah tinggi)
  • Hiperaktif
  • Gangguan psikotik
  • Penyakit radang usus (penyakit Crohn dan kolitis ulseratif)
  • Kolesterol tinggi
  • Gangguan penggunaan tembakau (kecanduan nikotin)
  • Diabetes tipe 2

Dr. Vincent Nelson dari BCBSA mengatakan bahwa generasi milenial lebih rentan untuk mengalami masalah kesehatan seperti di atas di usia lebih muda daripada generasi-generasi sebelumnya. Hal ini seharusnya membuat kita tersadar dan berupaya untuk lebih peduli terhadap tantangan kesehatan ini.

Tantangan Masalah Kesehatan Mental pada Generasi Milenial

Jika dibandingkan dengan populasi keseluruhan, kaum milenial tampaknya lebih terpengaruh oleh masalah kesehatan mental dan masalah perilaku daripada kesehatan fisik. Ini jelas terlihat dari banyaknya yang mengalami gangguan seperti depresi klinis, gangguan penggunaan zat psikoaktif, alkoholisme, dan masalah hiperaktif.

Deborah Serani, PsyD, profesor di Universitas Adelpho dan penulis dari buku “Living with Depression” menyatakan bahwa banyaknya masalah-masalah kesehatan mental tersebut di generasi milenium tidaklah mengejutkan. Ia meyakini bahwa keadaan-keadaan berikut lah yang menjadi faktor pemicunya:

Kemajuan Teknologi

Karena teknologi, kaum milenial menjadi generasi pertama yang bertumbuh tanpa harus belajar caranya mempertahankan kontak mata, membaca raut wajah, atau memahami emosi dalam diri sendiri ataupun orang lain. “Kurangnya kesadaran emosional ini, yang secara klinis disebut alexithymia, membuat generasi milenial sulit untuk memahami pikiran dan perasaan mereka,” kata Deborah Serani.

Overload Media

Serani mengatakan bahwa begitu banyaknya media di internet menciptakan siklus berita 24 jam, yang memungkinkan kalangan milenial, termasuk yang masih belum cukup umur, untuk mengakses berita yang menakutkan.

“Cerita-cerita tentang terorisme, bencana alam, atau bencana lain tidak pernah sebanyak ini di generasi-generasi yang lalu, tapi kini tersedia sepanjang waktu,” ujar Serani. “Perasaan tidak berdaya, keputusasaan, dan ketakutan akan peristiwa-peristiwa ini meresap ke dalam dunia milenial baik secara langsung menyaksikannya sendiri, atau melalui ketakutan yang menular dari orang-orang dewasa di sekitar mereka.”

Mentalitas “Semua Orang Menang”

Serani menjelaskan bahwa banyak orang tidak lagi belajar untuk kalah atau untuk menang, tetapi kini digantikan oleh zona aman “tombol reset dan pause”. Ia mengatakan, “setiap orang mendapat ‘piala’ atau ‘tidak ada yang kalah’ menghambat kurva pembelajaran alami untuk menghadapi kegagalan dan membangun ketahanan. Akibatnya, banyak generasi milenium kesulitan menoleransi peristiwa yang membuat stres, mudah frustasi, dan menghindari tuntutan agar tidak merasa kewalahan.”

Suami dan Istri Bekerja

Ketika suami dan istri sama-sama bekerja untuk memenuhi tuntutan keuangan, generasi milenial mengalami perubahan yang tidak harus dilakukan oleh generasi sebelumnya. “Tidak punya keuntungan seperti generasi-generasi sebelumnya, misalnya waktu makan malam bersama dan bekerja lembur atau di akhir pekan, membuat generasi milenial seolah dibungkus dalam gelembung isolasi.”

Jadwal Kerja yang Tidak Pasti

Meski ada untungnya untuk memiliki pekerjaan yang tidak menentukan jam kerja dan punya lebih banyak kelonggaran, namun ada kerugian dari hal ini. Serani menyebutkan bahwa tak sedikit kaum milenial yang tetap bekerja di akhir pekan dan selama masa liburan.

“Akibatnya, [mereka] tidak pernah benar-benar punya ‘waktu luang’ untuk beristirahat dan memulihkan diri mereka. Semua keadaan ini meningkatkan faktor risiko bagi generasi milenial untuk mengalami masalah kesehatan fisik dan emosional.”

Jonatahn Avery dari New York-Presbyterian and Weill Cornell Medicine menambahkan bahwa penyakit mental dan gangguan penggunaan zat psikoaktif pada generasi milenial umumnya dimulai di masa remaja dan lebih sering memengaruhi kaum muda.

“Dan generasi milenial akhir-akhir ini punya lebih banyak sumber stres, lebih mudah terisolasi, dan terpapar perangkat-perangkat baru yang juga membuat kecanduan,” lanjut Jonatahn Avery.

Bagaimana Generasi Milenial Bisa Menghindari Masalah Kesehatan?

Dr. Vincent Nelson, yang disebutkan di awal artikel ini, menjelaskan bahwa hal terbaik yang bisa dilakukan generasi milenial untuk kesehatan mereka adalah mencari tahu cara pencegahan dan cara mendapat diagnosis atau perawatan yang tepat sebelum suatu penyakit menjadi tidak terkendali.

Sayangnya, hasil riset BCBSA menemukan bahwa sepertiga dari generasi milenial tidak memiliki penyedia perawatan kesehatan primer, dan sebagian besar tidak menerima perawatan pencegahan secara rutin. Selain itu, sebagian besar generasi milenial hanya pergi ke dokter jika mereka sakit atau ada yang tidak beres.

“Generasi milenial tidak hanya memengaruhi kesehatan mereka secara langsung, tetapi juga kesehatan jangka panjang mereka jika tidak mencari perawatan pencegahan,” ujar Nelson. “Saya menganjurkan semua milenial untuk mencari dan secara teratur berkonsultasi dengan penyedia perawatan medis jika mereka belum melakukannya. Anda tidak pernah tahu kapan Anda butuh perawatan, dan banyak penyakit bisa dirawat lebih efektif, dan dengan harga yang lebih terjangkau, jika ditangani oleh dokter sejak dini.”

Dr. Nelson juga menganjurkan milenial untuk mempelajari cara perawatan diri. “Perawatan diri harus dipelajari. Tidak bisa terjadi begitu saja. [Milenial harus] fokus pada [menggabungkan] keterampilan perawatan diri, seperti pola makan yang baik, tidur yang cukup, dan berolahraga ke dalam hidup mereka, bukan untuk jangka pendek, tetapi sebagai komitmen jangka panjang,” katanya.

Serani juga menyarankan untuk mencoba menghindari teknologi, pekerjaan, dan media, dan mengganti mereka ke waktu tatap muka yang bermakna dengan orang lain. Itu adalah bentuk lain dari perawatan diri.

Avery menambahkan bahwa generasi milenial bisa membantu mengurangi stigma tentang penyakit mental di sekitar mereka dengan memprioritaskan kesehatan mental mereka, bersikap terbuka tentang masalah mereka, dan mendapatkan bantuan ketika merasa tidak sanggup lagi.

Kesimpulan tentang Masalah Kesehatan Generasi Milenial

Hasil riset lembaga BCBSA mengungkapkan 10 masalah kesehatan dan penyakit yang paling umum diderita oleh generasi milenial: gangguan depresi mayor, gangguan penggunaan zat psikoaktif, gangguan penggunaan alkohol, hipertensi, hiperaktif, gangguan psikoaktif, penyakit radang usus, kolesterol tinggi, gangguan penggunaan tembakau, dan diabetes tipe 2.

Lebih dari separuh masalah kesehatan tersebut berkaitan dengan gangguan mental dan perilaku. Itu menunjukkan bahwa kaum milenial lebih rentan untuk mengalami penyakit mental dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Ada banyak keadaan yang membuat generasi ini lebih rentan, antara lain karena kemajuan teknologi, paparan media yang berlebihan, kurangnya interaksi dengan orang-tua, dan jadwal kerja yang tidak pasti.

Mengingat masalah tersebut, generasi milenial dianjurkan untuk lebih peduli terhadap kesehatan fisik dan mental mereka. Mereka harus berupaya belajar caranya merawat diri sendiri, seperti mengupayakan pola makan yang baik, tidur yang cukup, dan berolahraga. Mereka juga perlu secara teratur periksa ke dokter untuk sekadar check-up, tidak harus menunggu datangnya penyakit. Dengan begitu mereka bisa terhindari dari penyakit yang mengancam.

Demikianlah artikel ini yang membahas tentang masalah kesehatan dan penyakit pada generasi milenial. Semoga informasi ini dapat memotivasi Anda untuk lebih peduli kepada kesehatan diri sendiri maupun orang-orang terdekat Anda. Temukan juga ulasan-ulasan menarik lain seputar masalah kesehatan hanya di Deherba.com.

Sumber

Sumber Referensi:

Cassata, Cathy. Top 10 Health Conditions Affecting Millenials. Published: 2019-09-28. URL: https://www.healthline.com/health-news/top-10-health-conditions-affecting-millennials. Accessed: 2019-10-23

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}