• Home
  • Blog
  • Depresi
  • 3 Jenis Pengobatan Depresi, Penting Agar Lepas dari Awan Kelam Depresi

3 Jenis Pengobatan Depresi, Penting Agar Lepas dari Awan Kelam Depresi


By Cindy Wijaya

Ada berbagai macam metode pengobatan depresi yang ampuh dan ada banyak ahli kesehatan yang dapat membantu Anda lepas dari awan kelam depresi. Tapi ingatlah bahwa tidak ada satu cara mengobati depresi yang berlaku untuk semua orang—setiap orang itu berbeda dan pengobatannya pun harus disesuaikan.

Juga ada banyak hal yang bisa Anda lakukan untuk diri sendiri agar pulih dan tetap dalam keadaan baik. Yang perlu Anda lakukan sekarang adalah mencari metode pengobatan yang cocok dan ahli kesehatan yang sesuai kebutuhan Anda. Artikel ini akan membantu Anda lebih paham seputar jenis-jenis pengobatan depresi yang umum digunakan.

Perawatan Psikologis

Perawatan psikologis (juga disebut ‘terapi bicara’) dapat membantu mengubah cara berpikir Anda dan memperbaiki kemampuan Anda untuk mengatasi masalah. Tujuannya supaya Anda jadi lebih sanggup untuk menghadapi berbagai tekanan dan konflik dalam hidup. Di samping untuk mendukung pemulihan Anda, terapi psikologis juga membantu Anda tetap dalam keadaan baik dengan cara mengenali serta mengubah pikiran-pikiran dan perilaku yang tidak berguna.

• Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

CBT adalah perawatan psikologis terencana yang mengenali bahwa caranya kita berpikir (kognisi) dan bertindak (perilaku) akan memengaruhi caranya kita merasa (perasaan). CBT ialah salah satu pengobatan depresi yang paling ampuh. Terapi ini telah terlihat manfaatnya pada berbagai golongan usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia.

Dalam terapi ini, seorang terapis akan mengenali pola berpikir serta berperilaku yang membuat Anda lebih cenderung menjadi depresi, atau yang membuat Anda tidak bisa merasa lebih baik saat sedang depresi.

CBT akan mengubah pikiran dan perilaku Anda dengan mengajari caranya berpikir masuk akal terhadap masalah-masalah yang umum dihadapi. Juga membantu Anda mengalihkan pola pikir serta reaksi yang negatif atau tak berguna menjadi yang lebih realistis, positif, dan yang dapat memecahkan masalah.

• Terapi Interpersonal (IPT)

IPT adalah terapi psikologis terencana yang berfokus pada masalah-masalah dalam hubungan personal dan pada kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. IPT didasarkan atas gagasan bahwa masalah dalam hubungan bisa sangat berdampak pada seseorang yang derpesi, atau malah dapat ikut menyebabkan depresi.

IPT membantu Anda mengenali pola-pola dalam hubungan personal Anda yang membuat Anda lebih rentan mengalami depresi. Kalau sanggup mengenali pola-pola itu, artinya Anda bisa fokus untuk meningkatkan kualitas hubungan tersebut, mengatasi kesedihan yang ditimbulkannnya, serta menemukan cara-cara baru untuk bergaul dengan orang lain.

• Terapi Perilaku

Walaupun terapi perilaku adalah bagian utama dari terapi perilaku kognitif (CBT), namun beda dengan CBT, terapi ini tidak mencoba mengubah keyakinan dan pendirian pribadi. Sebaliknya, terapi perilaku berfokus pada kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, menyenangkan atau memuaskan. Tujuannya adalah untuk membalikkan pola-pola dari perilaku ‘menghindar’, ‘menarik diri’, dan ‘ketidakaktifan’ yang membuat depresi semakin parah.

• Terapi Kognitif Berbasis Kesadaran (MBCT)

MBCT umumnya dilakukan dalam sebuah grup terapi dan menggunakan suatu jenis meditasi yang disebut ‘meditasi kesadaran’. Terapi ini mengajarkan Anda untuk fokus pada saat sekarang—menyadari apa pun yang Anda alami, entah itu menyenangkan atau tidak—tanpa mencoba mengubahnya. Di awal, metode ini digunakan untuk fokus pada sensasi fisik (misalnya pernapasan), tapi kemudian beralih ke perasaan dan pikiran.

MBCT dapat membantu menghentikan pikiran yang mengembara ke pemikiran tentang masa depan atau masa lalu. Juga untuk menghindari pikiran dan perasaan yang tidak menyenangkan. Terapi ini dianggap berguna dalam mencegah depresi kambuh, karena pasien didorong untuk menyadari pola perasaan sedih dan pikiran negatif sejak awal, sebelum semakin menjadi-jadi. Sebagai hasilnya, pasien diharapkan mampu untuk mengatasinya lebih awal dan lebih tuntas.

Obat Antidepresan

Pengobatan depresi secara medis yang terutama adalah menggunakan obat antidepresan. Sayangnya, ada cukup banyak kesalahan informasi tentang obat antidepresan. Dan meskipun cara kerjanya tidak bisa dijelaskan secara sederhana, pengalaman menunjukkan bahwa obat ini berguna dalam mengobati depresi sedang hingga berat.

Ketika dokter mendiagnosis bahwa Anda mengalami depresi dalam taraf sedang hingga berat, beliau mungkin akan menganjurkan perawatan psikologis dan meresepkan obat antidepresan. Kadang, antidepresan diresepkan saat pengobatan lain tidak berhasil atau saat perawatan psikologis tidak memungkinan—entah karena kondisinya sudah sedemikian parah atau tidak tersedia perawatan semacam itu di tempat Anda.

Pengobatan Depresi yang Berat

Orang-orang yang mengalami depresi dalam bentuk yang lebih berat (misalnya gangguan bipolar dan psikosis) pada umumnya harus diobati dengan kombinasi obat-obatan. Obatnya bisa jadi gabungan antara obat antidepresan, penstabil mood, dan obat anti-psikotik.

• Antidepresan Apa yang Harus Digunakan?

Tidak mudah untuk memutuskan mengenai jenis antidepresan yang cocok bagi setiap orang. Anda harus konsultasi dengan dokter Anda, dan perlu menilai serta mempertimbangkannya dengan cermat. Anda dianjurkan untuk memberikan sebanyak mungkin informasi kepada dokter Anda mengenai diri Anda dan riwayat kesehatan Anda. Informasi-informasi yang penting diberitahu misalnya tentang usia, gejala-gejala, obat lain yang dikonsumsi, dan apakah Anda sedang hamil atau menyusui (jika wanita).

Terdapat banyak jenis obat antidepresan yang tampaknya bermanfaat, tetapi tingkat keampuhannya berbeda pada masing-masing orang. Antidepresan biasanya butuh waktu setidaknya dua minggu sebelum mulai bereaksi. Dan dokter mungkin butuh waktu sampai beliau menemukan jenis obat serta dosis yang paling sesuai.

• Apa Efek Samping Obat Antidepresan?

Antidepresan bisa membuat Anda merasa lebih baik, tetapi mereka tidak akan bisa mengubah kepribadian Anda atau membuat Anda merasa senang setiap saat. Sama seperti obat lainnya, efek samping obat ini juga berbeda-beda pada setiap orang, bergantung pada jenis yang diminum. Namun umumnya efek sampingnya adalah mual, sakit kepala, gelisah, berkeringat, pusing, tak bisa diam, berat badan naik, mulut kering, dan gangguan seksual (contoh: sulit untuk terangsang).

Beberapa dari efek samping tersebut hanya sementara, tapi kalau Anda mengalami keluhan-keluhan tersebut, sebaiknya ceritakanlah pada dokter agar beliau dapat membantu mengatasinya. Seberapa besar kemungkinannya efek samping di atas untuk muncul, berbeda-beda pada setiap orang dan setiap jenis antidepresan.

• Apa Saja Jenis-Jenis Antidepresan?

Kini tersedia berbagai macam obat antidepresan untuk pengobatan depresi. Didasarkan atas informasi dari Mayo Clinic, berikut adalah beberapa jenis antidepresan yang digunakan.

  • Selective Serotnoin Reuptake Inhibitor (SSRI)

    Pada awal pengobatan depresi, dokter sering meresepkan SSRI. Obat ini umumnya lebih sedikit menimbulkan efek samping dan lebih jarang menyebabkan masalah saat diberikan dalam dosis tinggi dibandingkan antidepresan lain. Yang termasuk SSRI yaitu fluoxetine, paroxetine, sertraline, citalopram, dan escitalopram.

  • Serotonin and Norepinephrine Reuptake Ihibitor (SNRI)

    Contoh obat-obatan SNRI ialah duloxetine, venlafaxine, desvenlafaxine, dan levomilnacipran.

  • Atypical Antidepressant

    Yang termasuk jenis ini adalah obat-obatan yang tidak dapat dimasukkan ke kategori jenis antidepresan lainnya. Mereka termasuk trazodone, mirtazapine, vortioxetine, vilazodone, dan bupropion. Bupropion adalah satu dari sedikit antidepresan yang tidak terlalu menimbulkan efek samping pada seksual.

  • Tricyclic Antidepressant

    Obat-obatan ini—seperti imipramine, nortriptuline, amitriptyline, doxepin, dan desipramine—cenderung menimbulkan lebih banyak efek samping daripada obat-obatan antidepresan lain yang lebih baru. Jadi tricyclic antidepressant umumnya tidak akan diresepkan kecuali Anda sudah mencoba antidepresan lain tetapi tidak membaik.

  • Monoamine Oxidase Inhibitor (MAOI)

    MAOI—seperti tranylcypromine, phenelzine, dan isocarboxazid—akan diresepkan seringnya jika jenis obat lain tidak bermanfaat. Ini karena mereka dapat menimbulkan efek samping berat. Konsumsinya haruslah diikuti diet ketat, karena bisa berinteraksi secara berbahaya (bahkan mematikan) dengan beberapa makanan. Misalnya jenis-jenis keju, acar, dan wine tertentu. Juga dengan beberapa obat, termasuk pil KB, dekongestan, dan suplemen herbal tertentu. Selegiline, jenis MAOI yang ditempelkan ke kulit seperti koyo, mungkin lebih sedikit efek sampingnya daripada MAOI lainnya. MAOI tidak bisa digabungkan dengan SSRI.

Dokter mungkin menyarankan Anda untuk menggabungkan dua jenis antidepresan, atau obat lainnya dapat ditambahkan ke dalam suatu jenis antidepresan untuk memperkuat efek pengobatannya.

Ingat Ini Saat Menggunakan Antidepresan

Jika gejala-gejala yang Anda rasakan benar-benar disebabkan oleh depresi, maka Anda kemungkinan akan mulai membaik setelah 4 – 6 minggu menjalani pengobatan depresi. Contohnya, meskipun SSRI sering memperparah gejala gangguan tidur atau insomnia, tetapi obat itu biasanya akan memperbaiki pola tidur setelah digunakan 4 – 6 minggu.

• Berapa Lama Antidepresan Harus Digunakan?

Lamanya seseorang harus mengonsumsi antidepresan bergantung pada tingkat keparahan kondisinya dan bagaimana dia merespon pengobatan itu. Beberapa orang hanya perlu mengonsumsinya dalam waktu singkat (biasanya 6 – 12 bulan), sedangkan yang lain butuh waktu lebih lama.

Sama halnya seperti penggunaan insulin oleh pasien diabetes atau penggunaan salbutamol (albuterol) oleh penderita asma. Mereka juga tidak punya satu patokan untuk menentukan jangka waktu penggunaannya. Kalau ingin menghentikan pengobatan depresi ini, Anda mesti melakukannya secara bertahap dan harus atas rekomendasi atau di bawah pengawasan dokter.

Terapi Elektrokonvulsif

Bagian ini didasarkan atas informasi dari Mental Health America. Terapi elektrokonvulsif (ECT) adalah sebuah metode yang menggunakan stimulus listrik dalam waktu singat untuk menghasilkan reaksi kejang. Masih belum jelas bagaimana atau mengapa ECT bisa berguna atau apa yang dihasilkan kejang dari stimulus listrik kepada otak.

Di Amerika Serikat selama tahun 1940-an dan 50-an, pengobatan ini diberikan terutama pada orang-orang yang memiliki penyakit mental berat. Hingga kini para peneliti telah mencoba meninjau kegunaan dari ECT, untuk memahami risiko serta efek sampingnya, dan untuk menentukan metode yang terbaik.

Kini, ECT diberikan kepada kira-kira 100.000 orang setiap tahun, terutama di rumah sakit jiwa. Terapi ini biasanya untuk mengobati depresi berat, mania akut, dan beberapa sindrom skizofrenik. ECT juga diberikan pada beberapa pasien yang rentan bunuh diri. Karena mereka tidak mungkin menunggu sampai efek obat antidepresan menekan keinginan mereka untuk bunuh diri.

• Bagaimana ECT Diberikan?

Pengobatan ECT biasanya diberikan pagi hari, sebelum sarapan. Sebelum menjalani pengobatan, pasien diberikan bius total (anestesi umum) dan sebuah obat perileks otot. Lalu elektroda ditempelkan pada kulit kepala pasien dan disalurkan arus listrik sehingga menimbulkan kejang dalam waktu singkat. Beberapa menit kemudian, pasien terbangun tanpa sadar dengan pengobatan yang dialaminya.

Pengobatan ini biasanya diulangi tiga kali dalam seminggu hingga kira-kira satu bulan. Jumlah total pengobatannya berbeda-beda, antara 6 – 12 kali. Setelah pengobatan ECT selesai, pasien biasanya dianjurkan untuk rutin mengonsumsi obat agar mencegah kekambuhan.

Untuk memaksimalkan manfaat ECT, dokter harus secara akurat mendiagnosis penyakit pasien. Harus juga mempertimbangkan dengan cermat risiko dan efek samping dari ECT dibandingkan dengan metode pengobatan depresi lainnya. Risiko dari ECT biasanya tidak jauh-jauh dari kesalahan dalam penggunaan alat, staf yang tidak terlatih, atau metode pemberian yang salah. Sedangkan efek samping ECT umumnya adalah hilang ingatan yang susah dipulihkan atau kebingungan sementara setelahnya.

• Mengapa ECT Sangat Kontroversial?

Setelah digunakan selama 60 tahun, penggunaan ECT masih terus diperdebatkan. Perdebatannya seputar manfaat VS efek sampingnya, kejujuran dari para praktisi ECT, dan semakin banyaknya pihak yang mengandalkan ECT sebagai solusi cepat dan mudah, bukannya pada terapi psikologis jangka panjang.

Karena khawatir akan mengakibatkan hilang ingatan dan kebingungan permanen, beberapa peneliti menganjurkan agar pengobatan ini hanya sebagai pilihan terakhir. Juga masih belum jelas apakah ECT efektif atau tidak.

Kontroversi seputar Efektivitas ECT

Ada kasus-kasus dimana tingkat efektivitasnya sangat bagus, dikatakan terjadi perbaikan hingga 80 persen untuk mengobati depresi berat. Namun penelitian lain menunjukkan bahwa kemungkinannya untuk kambuh juga besar, bahkan pada pasien yang terus mengonsumsi obat setelah ECT. Beberapa peneliti berkeras bahwa tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa pengobatan ECT tetap efektif setelah lewat dari empat minggu.

Selama dasawarsa terakhir, kebanyakan pasien yang menerima ECT telah berubah.  Dulunya kebanyakan berasal dari kalangan pria berpenghasilan rendah di bawah 40 tahun. Sekarang kebanyakan berasal dari kalangan wanita berpenghasilan menengah di atas 65 tahun.

Ini sesuai dengan perubahan demografi. Ada peningkatan populasi lansia dan jaminan kesehatan untuk lansia di atas 65 tahun, juga dorongan dari perusahaan asuransi agar orang-orang diberikan pengobatan “medis” daripada terapi bicara. Bersamaan dengan itu, muncul juga kekhawatiran akan pengobatan yang tidak tepat—bahkan berbahaya—pada lansia yang punya masalah jantung. Juga khawatir akan pemberian ECT yang tanpa sepenuhnya disadari pasien.

• Apakah ECT Bisa untuk Pengobatan Depresi?

Adakalanya ECT dimanfaatkan untuk mengobati depresi. Namun pasien dan dokter perlu mempertimbangkan semua pilihan yang ada sebelum memutuskan apa pun. Jika ECT dipertimbangkan, pasien harus diberikan hasil pemeriksaan medis yang lengkap, termasuk hasil pemeriksaan fisik, neurologis, EKG, dan tes laboratorium.

Pemberian obat-obatan harus dicatat dan dipantau dengan baik, sama halnya dengan kondisi jantung dan hipertensi pasien. Pasien dan keluarganya harus dijelaskan baik-baik mengenai ECT melalui video, materi tertulis, pembahasan, dan sarana lain yang tersedia. Mereka harus benar-benar mengerti sebelum menandatangani suatu perjanjian medis tertulis apa pun.

Pengobatan ECT harus diberikan oleh ahli kesehatan yang terlatih dan berpengalaman dalam menangani pemberian ECT. Juga diperlukan ahli anestesi yang terlatih dan bersertifikat untuk memberikan obat bius. Kejang yang ditimbulkan oleh stimulus listrik akan berbeda-beda pada setiap orang. Dan kejang harus dipantau secara hati-hati oleh tim ahli yang melakukan ECT menggunakan teknik electroencephalography (EEG) atau “cuff”.

Ingat Ini Sebelum Menerima ECT

Cara pemberian, sejarah penyalahgunaannya, laporan medis dan media, juga testimoni dari mantan pasien—semuanya turut memperkeruh perdebatan seputar ECT. Karena itu diperlukan lebih banyak penelitian seputar metode ini. Dan teknik ECT harus disempurnakan demi memaksimalkan manfaat serta meminimalkan risiko dan efek samping dari ECT. Jadi pasien dan keluarganya harus benar-benar siap dengan risiko yang ada jika ingin menerima terapi ini.

Kesimpulan

Yang terpenting adalah Anda perlu memperoleh pengobatan depresi yang cocok untuk Anda. Hanya karena suatu metode telah dibuktikan manfaatnya secara ilmiah, bukan berarti itu akan punya manfaat yang sama pada setiap orang. Beberapa orang justru bisa mengalami efek samping, komplikasi, atau mendapati bahwa pengobatannya tidak sesuai dengan gaya hidup mereka. Dibutuhkan waktu, tekad, dan kesabaran untuk tahu cara mengobati depresi yang benar-benar cocok.

Sesudah mempertimbangkan berbagai saran, biasanya Anda sudah dapat mencoba metode pengobatan depresi yang dirasa sesuai dan telah terbukti bermanfaat bagi kebanyakan orang. Kalau setelah beberapa waktu belum juga dirasakan perbaikan atau justru bermasalah dengan pengobatan itu, coba konsultasikan lagi dengan dokter. Anda juga bisa pertimbangkan untuk mencoba metode lainnya.

Demikianlah ulasan tentang pengobatan depresi. Bacalah informasi penting yang terkait, yaitu tentang: penyebab depresi, gejala depresi, pencegahan depresi, dan cara mengatasi depresi. Nantikan juga artikel-artikel menarik lain seputar informasi kesehatan, tips kesehatan, dan pengobatan alternatif hanya di Deherba.com.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}