Ramuan Tradisional: Bahan, Cara Membuat, dan Aturan Minumnya


By Cindy Wijaya

Ramuan tradisional sudah menjadi warisan budaya di Indonesia. Mulai dari tanaman obat yang menjadi bahan ramuan tradisional, cara membuat ramuan tradisional, hingga aturan minum ramuan tradisional—semuanya merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah nusantara.

Kini masyarakat modern juga sudah mempopulerkan kembali pemanfaatannya untuk mengobati berbagai macam penyakit dan gangguan kesehatan. Terlebih lagi dengan semakin digencarkannya penelitian dan uji klinis terhadap banyak tanaman obat, terutama yang asli Indonesia.

Tak heran sekarang banyak yang menganjurkan untuk mengombinasikan pengobatan modern dengan pengobatan tradisional menggunakan ramuan herbal. Bahkan beberapa pihak yang menganjurkannya adalah dari kalangan medis sendiri. Bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah pernah terpikirkan untuk mencoba ramuan herbal tradisional?

Apa Kelebihan Ramuan Tradisional?

Obat-obatan tradisional punya riwayat panjang sama seperti obat-obatan medis. Sebenarnya, obat tradisional merupakan awal mula dari obat modern. Obat herbal tradisional juga punya efek samping yang relatif sangat sedikit dibandingkan obat medis.

Sayangnya, obat herbal sering “dianaktirikan” jika dibandingkan dengan obat medis, padahal obat herbal menyimpan beragam manfaat kesehatan. Di bidang pengobatan saat ini, obat herbal sebagian besar digunakan untuk membantu perawatan penyakit yang serius dan kronis (diderita dalam waktu lama). Secara garis besar, ramuan herbal tradisional memiliki kelebihan-kelebihan seperti berikut.

  • Lebih terjangkau daripada obat-obatan buatan pabrik.
  • Lebih mudah diperoleh daripada obat resep.
  • Cara pengolahannya tidak rumit.
  • Dapat menstabilkan hormon dan metabolisme
  • Membantu pemulihan kesehatan secara alami.
  • Dapat memperkuat sistem kekebalan.
  • Lebih sedikit efek samping.

Apabila Anda tertarik menggunakan ramuan herbal untuk kepentingan pengobatan atau hanya untuk menjaga kesehatan, ada baiknya pelajari dulu informasi penting di artikel ini. Dengan membaca artikel ini sampai habis, Anda akan lebih paham mengenai jenis-jenis bahan ramuan herbal, cara membuat ramuan herbal, dan aturan minum ramuan herbal. Mari kita bahas satu-persatu.

Bahan Ramuan Tradisional

Di tanah nusantara ini tersedia beraneka ragam jenis tanaman obat yang bisa dijadikan bahan ramuan herbal. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ramuan herbal disebut “simplisia”. Sederhananya, simplisia adalah bahan dari alam yang digunakan untuk obat, tetapi belum diolah atau sudah diolah secara sederhana.

Ada tiga golongan simplisia yaitu simplisia nabati, hewani, dan mineral. Yang sering kali digunakan untuk bahan ramuan tradisional adalah simplisia nabati. Simplisia nabati diperoleh dari tanaman, dapat berupa tanaman utuh, bagian tertentu dari tanaman (seperti daun, buah, bunga, biji, dan kulit buah), atau dapat berupa eksudat tanaman.

simplisia untuk bahan ramuan herbal
Ilustrasi Simplisia (Credit: Andrii Horulko / Shutterstock)

Sebelum membuat sendiri ramuan obat, Anda perlu mengenali jenis-jenis simplisia yang biasa digunakan. Berikut adalah 12 jenis simplisia nabati yang berasal dari bagian-bagian tertentu pada tanaman obat.

Herba:

Herba—bukan herbal­—merupakan seluruh bagian dari tanaman obat, mulai dari akar, batang, daun, bunga, hingga buahnya. Contoh simplisia herba: pegagan dan jombang.

Daun:

Simplisia daun dapat berupa daun yang masih segar atau yang sudah dikeringkan. Contoh simplisia daun: daun sirih dan daun sirsak.

Bunga:

Simplisia bunga dapat berupa bunga tunggal (satu bunga pada satu tangkai) atau bunga majemuk (beberapa bunga dalam satu tangkai). Contoh simplisia bunga: bunga rosela dan bunga sidaguri.

Buah:

Buah yang biasa dijadikan bahan ramuan tradisional ialah buah yang sudah masak atau matang. Contoh simplisia buah: buah mengkudu dan buah merah.

Kulit Buah:

Kulit buah yang dijadikan bahan ramuan herbal biasanya diambil dari buah yang sudah matang. Contoh simplisia kulit buah: kulit buah delima dan kulit buah mahkoda dewa.

Biji:

Simplisia biji biasanya diambil dari buah yang sudah matang. Contoh simplisia biji: biji pepaya dan biji ketumbar.

Kulit Kayu:

Simplisia kulit kayu diambil dari bagian terluar pada batang tumbuhan tingkat tinggi (tumbuhan berbiji). Contoh simplisia kulit kayu: kulit kayu manis dan kulit kayu pohon asam.

Kayu:

Jenis kayu yang umumnya dipakai untuk simplisia adalah kayu tanpa kulit. Contoh simplisia kayu: kayu secang dan kayu cendana.

Akar:

Simplisia akar dapat berasal dari tanaman rumput, perdu, atau tanaman berkayu keras. Contoh simplisia akar: akar tanaman kompri dan akar putri malu.

Umbi:

Simplisia umbi dapat berupa umbi akar serabut, umbi akar tunggang, dan umbi batang. Contoh simplisia umbi: sarang semut papua dan umbi bit merah.

Rimpang:

Rimpang adalah batang dan daun yang ada di dalam tanah, bercabang, dan tumbuh mendatar. Dari ujung rimpang bisa tumbuh tunas yang muncul ke atas tanah dan berkembang menjadi tumbuhan baru. Contoh simplisia rimpang: kunyit dan jahe.

Umbi Lapis:

Umbi lapis adalah batang beserta daunnya yang berubah bentuk menjadi umbi berlapis karena daunnya tebal, lunak, dan berdaging. Contoh simplisia umbi: bawang merah dan bawang bombai.

Itulah 12 jenis simplisia nabati yang sering dimanfaatkan dalam cara membuat ramuan tradisional. Selain mengenai jenis-jenis bahan ramuan, ada sejumlah hal lain yang perlu diketahui; cara mengambil dan mempersiapkan simplisia tersebut agar siap diracik menjadi obat. Anda bisa membaca selengkapnya mengenai hal itu di artikel: Bahan Ramuan Tradisional: Apa Saja Jenis-Jenisnya?

Mungkin Anda belum mengetahui apa saja tanaman herbal yang perlu digunakan untuk mengatasi penyakit atau masalah kesehatan tertentu. Untuk membantu Anda, kami telah menyediakan artikel yang membahas beberapa tanaman herbal yang berkhasiat untuk pengobatan lima jenis penyakit dan masalah kesehatan umum (darah tinggi, kolesterol, asam urat, diabetes, dan kanker): Tanaman Herbal untuk 5 Masalah Kesehatan Umum.

Cara Membuat Ramuan Tradisional

Setelah mengetahui bahan ramuan herbal yang akan digunakan, sekarang lah saatnya untuk mempelajari cara membuat ramuan herbal. Berbagai simplisia yang sudah dikumpulkan perlu diracik menjadi satu ramuan. Anda harus tahu bagaimana cara meracik dan cara minum ramuan tradisional tersebut.

Cara membuat ramuan tradisional yang paling sering dilakukan dan cukup mudah adalah dengan merebus bahan-bahannya. Cara merebus ramuan biasanya dengan memasukkan simplisia ke dalam wadah/pot lalu menambahkan air secukupnya hingga simplisia terendam kurang-lebih 2 cm. Aduk-aduk sebentar dan diamkan 20 menit sebelum merebusnya agar simplisia menjadi lebih lembut dan basah.

Saat merebus, api dinyalakan secara maksimal sampai airnya mendidih kemudian kecilkan api siminimal mungkin supaya airnya tidak meluap dan tidak cepat menguap. Supaya zat aktif di dalam simplisia tidak menguap dan menghilang, tutup pot/wadah dan jangan sering dibuka selama merebusnya. Perhatikanlah tiga aturan dasar dalam merebus herbal berikut ini.

Wadah/Pot yang Disarankan

Wadah/pot untuk merebus bahan ramuan herbal sebaiknya yang terbuat dari tanah liat, dilapisi email, dari keramik, atau dari gelas (kaca) tahan panas. Tujuannya untuk menghindari reaksi kimiawi yang tidak diinginkan. Pada umumnya jenis wadah yang digunakan dalam cara membuat ramuan herbal adalah wadah dari tanah liat.

Jumlah Air untuk Merebus

Jumlah air harus disesuaikan dengan jenis bahan ramuan tradisional dan besarnya api dinyalakan. Ada beberapa jenis simplisia yang lebih gampang menyerap air sehingga butuh lebih banyak air. Dan jika merebusnya di atas api besar, berarti dibutuhkan lebih banyak air dibandingkan dengan menggunakan api kecil.

Lama Waktu untuk Merebus

Lama waktu merebus harus disesuaikan dengan jenis simplisia yang diolah. Contohnya jenis simplisia yang berat atau keras, seperti kayu atau akar, perlu lebih dulu direbus selama 10 – 20 menit dengan api kecil. Baru setelah itu masukkan simplisia yang lebih ringan, seperti daun dan bunga, dan lanjutkan merebusnya hingga sekitar 5 menit.

rebusan ramuan herbal
Rebusan Ramuan Herbal (Image by Mareefe on Pixabay)

Setelah selesai merebus semua bahan ramuan herbal, saring air hasil rebusannya. Kemudian biarkan air rebusan itu sampai cukup dingin baru diminum sesuai kebutuhan. Hasil rebusan herbal pada umumnya harus dihabiskan dalam 1 hari; tidak bisa disimpan untuk diminum besoknya.

Di samping tiga aturan dasar dalam cara membuat ramuan tradisional ini, ada juga beberapa hal lain yang perlu dipelajari. Misalnya mengenai istilah-istilah dalam membuat ramuan: memipis, menggongseng, mengembunkan, dsb. Juga cara menyimpan simplisia yang benar agar dapat bertahan dan digunakan untuk waktu lama. Bacalah selengkapnya di artikel: Cara Membuat Ramuan Tradisional: Apa Saja Aturan Dasarnya?

Aturan Minum Ramuan Tradisional

Anda sudah tahu jenis bahan ramuan herbal yang digunakan dan sudah mengerti cara membuat ramuan tradisional itu. Sekarang Anda ingin langsung minum ramuan tradisional itu agar bisa cepat merasakan manfaatnya. Tapi tunggu dulu; sudahkah Anda tahu cara yang tepat untuk minum ramuan herbal?

Salah satu aturan dasar untuk minum ramuan tradisional yang perlu diketahui yaitu cara menentukan dosis minum ramuan herbal. Ramuan tradisional tidak seperti obat medis yang punya aturan dosis yang jelas. Masalah dosis sering membuat orang-orang ragu untuk minum ramuan tradisional. Namun jika Anda semakin sering dan terbiasa minum herbal, maka lama-kelamaan akan lebih mudah bagi Anda untuk menentukan dosis yang tepat.

Salah satu cara mudah untuk menentukan dosis ialah dengan metode titrasi. Titrasi berarti mulai minum ramuan herbal dari jumlah terkecil yang disarankan, kemudian jika tidak didapatkan hasil yang diharapkan, dosisnya dapat secara bertahap ditingkatkan selama suatu jangka waktu sampai mendapatkan hasil yang diharapkan. Dalam menentukan dosis menggunakan metode titrasi, perhatikanlah tiga hal berikut ini.

Jangka Waktu Titrasi

Anda sendiri dapat menentukan akan melakukan titrasi dosis dengan cepat atau dengan lambat, tergantung pada keluhan kesehatannya. Contohnya, saat ingin mengatasi batuk di malam hari (penyakit akut), kemungkinan Anda ingin melakukan titrasi dosis secara cepat supaya batuk segera hilang. Tetapi jika mengonsumsi herbal untuk diabetes (penyakit kronis), Anda disarankan untuk melakukan titrasi dosis secara hati-hati dan perlahan.

Efek Samping atau Overdosis

Pertimbangkanlah kemungkinan adanya efek samping atau kelebihan dosis (overdosis). Beberapa jenis herbal tidak dianjurkan untuk diminum dalam jangka waktu lama. Sedangkan beberapa jenis herbal lainnya hanya aman diminum dalam jumlah terbatas. Pelajarilah jenis-jenis bahan ramuan herbal yang Anda gunakan.

Batas Titrasi Dosis

Ada batas untuk jangka waktu melakukan titrasi dosis. Jika Anda sudah minum ramuan herbal selama 2 – 4 minggu tanpa hasil yang diharapkan, sebaiknya hentikan konsumsinya dan ganti ke ramuan lainnya. Masalah dan keadaan tubuh setiap orang berbeda, jadi bahan ramuan herbal yang bermanfaat bagi satu orang tidak selalu bermanfaat juga bagi orang lain.

minum ramuan tradisional
Minum Ramuan Tradisional (Credit: Miti on Unsplash)

Dosis minum ramuan tradisional dapat berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada sejumlah faktor—penyakit yang diderita, usia, berat badan, dsb. Setiap orang juga punya tingkat kepekaan yang berbeda terhadap zat-zat, termasuk zat aktif dari bahan ramuan tradisional. Meski begitu, semakin banyak pengalaman Anda dalam menggunakan herbal, maka akan semakin mudah juga bagi Anda untuk menentukan dosis yang tepat.

Selain masalah dosis, ada juga beberapa aturan minum ramuan tradisional lain yang perlu dipelajari: waktu minum yang tepat, sebaiknya diminum panas atau dingin, dan larangan minum herbal bagi orang-orang tertentu. Bacalah penjelasan selengkapnya di artikel berikut: Minum Ramuan Tradisional: Apa Aturan Umum yang Perlu Diikuti?

Kesimpulan tentang Ramuan Tradisional

Bahan ramuan tradisional, cara membuat ramuan tradisional, dan aturan minum ramuan tradisional—ketiganya sudah menjadi semacam tradisi di Indonesia. Apakah Anda ingin meneruskan warisan keanekaragaman budaya ini? Teruslah manfaatkan tanaman-tanaman obat yang tersedia berlimpah di lingkungan Anda.

Kami telah menyediakan aneka ragam resep herbal a-z untuk berbagai jenis masalah kesehatan dan penyakit. Bacalah artikel-artikel tersebut untuk memperkaya pengetahuan Anda sehingga dapat mengetahui herbal yang tepat saat Anda atau keluarga Anda mengalami gangguan kesehatan tertentu.

Demikianlah artikel ini yang mengulas tentang ramuan tradisional. Semoga Anda memperoleh manfaatnya dengan segera menerapkan informasi yang disediakan di sini. Nantikan juga info-info herbal khas nusantara lainnya hanya di Deherba.com.

Sumber

Dalimartha, Setiawan. 2008. 1001 Resep Herbal. Jakarta: Penebar Swadaya

Visser, Meagan. Using Herbs: Determining Herbal Dosages. Published: 2015-02-11. URL: https://www.growingupherbal.com/herbal-dosages/. Accessed: 2019-02-20. (Archived in WebCite®)

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}