12 Jenis Bahan Ramuan Tradisional yang Dimanfaatkan sebagai Obat

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 


Tahukah Anda bahwa dari total sekitar 40 ribu jenis tumbuhan obat yang dikenal di dunia, rupanya hampir 90%-nya tumbuh di Indonesia? Kita sangat beruntung karena bisa dengan mudah memperoleh tanaman-tanaman tersebut untuk jadi bahan ramuan tradisional. Dan memang itulah yang telah menjadi tradisi di masyarakat tradisional Indonesia—mengolah dan mengonsumsi ramuan herbal.

Kini masyarakat modern juga mulai kembali melirik obat-obatan herbal. Tidak aneh karena tanaman obat terbukti dapat meningkatkan kekebalan tubuh, menambah stamina, mengobati infeksi, membantu pengobatan penyakit degeneratif seperti darah tinggi, diabetes, kolesterol tinggi, bahkan kanker.

Namun pertanyaannya, bagaimana cara mengolah tanaman obat hingga menjadi ramuan herbal yang bermanfaat? Agar berhasil meracik ramuan, tentunya Anda perlu tahu apa saja bahan ramuan herbal yang dibutuhkan. Di artikel ini Anda akan belajar caranya mengenali jenis-jenis bahan dan cara mengambil bahan-bahan tersebut.

Mengenali Jenis-Jenis Bahan Ramuan Tradisional

Tahukah Anda bahwa bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ramuan tradisional disebut “simplisia”? Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat, namun belum diolah dengan cara apapun, atau sudah diolah secara sederhana.

Terdapat tiga golongan simplisia, yakni simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral. Pada umumnya yang dijadikan bahan ramuan herbal ialah simplisia nabati. Simplisia nabati berasal dari tanaman, entah berupa tanaman utuh, bagian dari tanaman (misalnya daun, bunga, buah, biji, dan kulit buah), atau berupa eksudat tanaman.

Eksudat tanaman bisa berupa isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau sengaja dikeluarkan dengan cara tertentu dari selnya, atau zat nabati lain (belum berupa zat kimia murni) yang dipisahkan dari tanaman dengan cara tertentu.

Supaya dapat meracik sendiri obat tradisional, Anda perlu mengenali apa saja jenis-jenis simplisia yang biasa dimanfaatkan menjadi obat. Berikut ini adalah 12 macam simplisia nabati yang berasal dari bagian-bagian tanaman obat.

1. Herba

Herba—bukan herbal—adalah seluruh bagian tanaman obat yang digunakan, mulai dari akar, batang, daun, bunga, hingga buahnya. Contoh simplisia herba yang sering digunakan yaitu pegagan dan jombang.

2. Daun (Folium)

Daun adalah jenis simplisia yang paling sering digunakan dalam cara membuat ramuan tradisional. Simplisia ini bisa berupa daun yang masih segar atau sudah dikeringkan, dapat juga berupa pucuk daun seperti teh, atau daun yang sudah tua seperti daun salam.

3. Bunga (Flos)

Bunga yang dimanfaatkan sebagai simplisia bisa berupa bunga tunggal atau majemuk. Contoh simplisia bunga yang sering dijadikan bahan resep herbal adalah bunga rosella, bunga widuri, dan bunga kembang sepatu.

4. Buah (Fructus)

Buah yang digunakan untuk simplisia biasanya adalah buah yang sudah masak atau matang. Contoh simplisia buah yang kerap digunakan ialah kapulaga, mengkudu, nanas.

5. Kulit Buah (Pericarpium)

Kulit buah yang digunakan sebagai simplisia biasanya diambil dari buah yang sudah matang. Contoh simplisia kulit buah yang kerap dijadikan bahan ramuan herbal adalah kulit buah manggis dan kulit buah jeruk.

6. Biji (Semen)

Biji yang dimanfaatkan untuk simplisia umumnya berasal dari buah yang sudah matang. Contoh simplisia biji yang acap kali dimanfaatkan yaitu biji pala, biji asam jawa, dan biji jali.

7. Kulit Kayu (Cortex)

Simplisia dari kulit kayu berasal dari bagian terluar dari batang pada tumbuhan tingkat tinggi (tumbuhan berbiji). Contoh simplisia kulit kayu yang sering dijadikan bahan ramuan tradisional adalah kulit kayu manis, kulit pule, dan kulit kayu pohon asam jawa.

8. Kayu (Lignum)

Kayu yang umumnya dipakai untuk simplisia ialah kayu tanpa kulit. Kayu biasanya dipotong miring agar permukaannya menjadi lebar. Kadang simplisia ini dapat berupa serutan kayu. Contoh dari simplisia kayu antara lain kayu secang, kayu cendana, dan kayu gaharu.

9. Akar (Radix)

Akar biasanya terdapat di dalam tanah. Dalam cara membuat ramuan tradisional, akar yang digunakan dapat berasal dari tanaman rumput, perdu, atau tanaman berkayu keras. Simplisia akar diambil ketika proses pertumbuhannya terhenti. Contoh simplisia akar yang sering digunakan yaitu ginseng, akar tongkat ali, dan akar tanaman kompri.

10. Umbi (Tuber)

Umbi dibedakan menjadi umbi batang dan umbi akar. Simplisia umbi diambil dengan dipotong miring agar permukaannya menjadi lebar. Jika umbi bersifat toksik (ada racunnya), maka perlu diproses dulu dengan direndam atau dikukus. Contoh umbi akar serabut yaitu singkong, contoh umbi akar tunggang ialah lobak, sedangkan umbi batang adalah kentang dan Sarang Semut Papua.

Ahli Herbal

Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!

WHATSAPP SEKARANG

11. Rimpang (Rhizoma)

Rimpang adalah batang dan daun yang ada di dalam tanah, bercabang, dan tumbuh mendatar. Dari ujung rimpang dapat muncul tunas tumbuh ke atas tanah dan berkembang menjadi tumbuhan baru. Contoh simplisia rimpang yang umum dimanfaatkan ialah kunyit, jahe, dan temulawak.

12. Umbi Lapis (Bulbus)

Umbi lapis merupakan batang beserta daunnya yang berubah bentuk menjadi umbi berlapis karena daunnya tebal, lunak, dan berdaging. Contoh simplisia umbi lapis yang dijadikan bahan resep herbal yaitu bawang putih, bawang merah, dan bawang bombai.

simplisia untuk bahan ramuan herbal
Ilustrasi Simplisia (Credit: Andrii Horulko/Shutterstock)

Untuk mengetahui tanaman herbal apa saja yang berkhasiat untuk mengobati 5 penyakit atau masalah kesehatan umum (darah tinggi, kolesterol, asam urat, diabetes, dan kanker), bacalah artikel: Tanaman Herbal untuk 5 Masalah Kesehatan Umum.

Setelah mengenali jenis bahan resep herbal yang akan digunakan, tentunya Anda perlu tahu bagaimana cara mengambil dan menyiapkan bahan tersebut. Agar layak dijadikan bahan ramuan tradisional, ada beberapa hal penting yang harus diingat saat mengumpulkan dan menyiapkan simplisia.

Mengambil Simplisia untuk Dijadikan Bahan Ramuan Tradisional

Ingatlah, bukan hanya jenis simplisia saja yang berpengaruh pada keberhasilan racikan tradisional Anda, perlakuan Anda terhadap simplisia tersebut juga menentukan seberapa besar manfaat yang akan didapatkan. Berikut adalah sejumlah pedoman umum agar dapat memperoleh bahan resep herbal yang mutu dan manfaatnya optimal.

Cari Tahu Bagian Tanaman yang Akan Dipanen

Pertama, Anda perlu tahu bagian mana dari tanaman obat yang akan diambil untuk simplisia—daun, bunga, buah, rimpang, atau akarnya? Sebab, masing-masing bagian tanaman kemungkinan memiliki zat berkhasiat yang berbeda-beda. Bahkan, kadang ada beberapa bagian dari tanaman justru beracun dan tidak bisa diolah.

Jika yang diperlukan adalah daunnya, sebaiknya tidak tercampur dengan bagian lain dari tanaman seperti tangkai, bunga, atau bijinya. Oleh karena itu, Anda perlu kembali menyortir bahan-bahan yang akan digunakan setelah memanennya.

Pertimbangkan Umur Tanaman

Jumlah kandungan zat aktif dalam tanaman ditentukan oleh umur tanaman tersebut. Karena itu, jumlah zat aktif di bagian-bagian tanaman tidak selalu sama dari waktu ke waktu.

Perhatikan Waktu Panen

Anda sebaiknya memanen bahan ramuan tradisional pada saat tanaman obat itu memiliki kandungan zat aktif paling tinggi. Misalnya, jika ingin mengambil minyak asiri dalam jumlah optimal, pemanenan sebaiknya dilakukan di pagi hari untuk langsung diolah saat masih segar.

Jika ingin mengambil amilum (zat pati), pemanenan sebaiknya dilakukan di sore hari. Untuk mengambil daun, sebaiknya dilakukan sewaktu tumbuhan hampir berbunga. Untuk mengambil bunga, sebaiknya sebelum atau segera setelah mekar. Untuk memanen buah, sebaiknya ketika buah sudah matang. Untuk memanen biji, sebaiknya dari buah yang sudah benar-benar matang.

Situasi Khusus pada Tanaman Tertentu

Adakalanya pemanenan simplisia perlu mempertimbangkan kondisi-kondisi khusus. Contohnya pada daun teh, pemanenan dilakukan ketika daun masih muda atau ketika masih tunas. Pada daun salam dan daun sirih, pemanenan dilakukan sewaktu daun sudah maksimal pertumbuhannya.

Situasi khusus lainnya yang perlu diperhatikan yaitu saat melakukan pengeringan simplisia. Misalnya daun yang masih muda dapat dikeringkan hanya dengan diangin-anginkan. Sedangkan daun yang sudah tua dikeringkan dengan cara dijemur menggunakan tudung/penutup.

Faktor Lain yang Memengaruhi Mutu Simplisia

Pada dasarnya, mutu simplisia dipengaruhi oleh kandungan zat aktif yang dimilikinya. Oleh karena itu dibutuhkan standarisasi dan persyaratan mutu simplisia. Kandungan kimia tanaman obat sangatlah bervariasi, dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor-faktor itu misalnya lingkungan tempat tumbuhnya, keadaan hara tanah, iklim, ketinggian, kualitas bibit, teknologi budidaya, umur tanaman saat dipanen, cara pengolahan simplisia setelah dipanen, cara pengepakan, dan cara penyimpanan simplisia.

kultur jaringan
Ilustrasi Kultur Jaringan (Credit: Snapdude/Shutterstock)

Standarisasi simplisia diperlukan agar dapat direproduksi simplisia-simplisia berikutnya dengan kualitas yang sama. Kandungan kimia yang dapat digunakan sebagai standar yaitu kandungan kimia berkhasiat, kandungan kimia penanda (maker), atau yang memiliki sidik jari (fingerprint) pada kromatogram.

Oleh sebab itu untuk memperoleh mutu simplisia yang sama, diperlukan bibit unggul yang bisa diperbanyak menggunakan kultur jaringan serta ditanam menggunakan metode bercocok tanam yang baik.

Kini Anda sudah tahu bahwa dalam meramu herbal, langkah paling pertama yang harus dilalui adalah mengenali jenis-jenis bahan ramuan herbal yang akan digunakan. Cari tahu bagian mana dari tanaman obat itu yang bermanfaat untuk masalah kesehatan yang hendak diatasi.

Langkah kedua adalah mengambil bahan tersebut (simplisia) dengan memperhatikan umur tanaman, waktu panen, serta situasi khusus lainnya. Bila Anda sudah mampu menentukan jenis bahan yang tepat dan mengambilnya dengan cara yang benar, maka racikan obat yang dihasilkan tentu akan lebih bermanfaat.

Demikianlah ulasan artikel ini mengenai cara mempersiapkan bahan ramuan tradisional. Semoga Anda memperoleh manfaatnya dan semakin termotivasi untuk memanfaatkan ramuan-ramuan herbal warisan budaya Indonesia. Jangan lewatkan pembahasan mengenai cara membuat ramuan tradisional dan cara minum ramuan tradisional hanya di Deherba.com.

Sumber

Dalimartha, Setiawan. 2008. 1001 Resep Herbal. Jakarta: Penebar Swadaya

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}