Tes IVA untuk Kanker Serviks, Terjangkau & Efektif!

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

Juli 10, 2019


Tes IVA merupakan salah satu solusi untuk deteksi dini kanker serviks di negara-negara dengan sumber daya terbatas. Di Indonesia sendiri, tes IVA merupakan metode pemeriksaan yang paling mudah dilakukan dan paling terjangkau biayanya. Pemeriksaan ini tersedia di banyak klinik dan puskesmas, serta dapat digunakan untuk alat pendeteksi pertama kanker serviks.

Dalam artikel ini akan dibahas mengenai apa itu tes IVA dan bagaimana tes ini dilakukan sebagai langkah pertama untuk mendeteksi kanker serviks. Artikel ini juga akan menjelaskan apa bedanya tes IVA dengan tes HPV dan pap smear, dan apakah tes IVA sama akuratnya dalam mendeteksi dini tanda-tanda kanker serviks.

Apa Itu Tes IVA untuk Kanker Serviks?

IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual Asam Asetat, yang dalam bahasa Inggris disebut Visual Inspection with Acetic Acid (disingkat VIA). Sesuai dengan namanya, tes ini menggunakan asam asetat (asam cuka) untuk memeriksa keadaan di permukaan leher rahim (serviks). Tes IVA memungkinkan dokter untuk secara langsung melihat jika ada perubahan atau keanehan pada serviks yang cukup mencurigakan dan dianggap perlu ditangani.

Tes IVA adalah metode pemeriksaan yang sederhana, tidak mahal, dan memiliki sensitivitas serta spesifitas sedang yang dapat digabungkan dengan prosedur perawatan sederhana, contohnya cryotherapy, untuk menangani lesi pra-kanker di serviks saat itu juga. Lesi adalah istilah kedokteran untuk jaringan yang abnormal pada bagian tubuh.

Tes IVA cocok untuk daerah-daerah yang sumber dayanya masih terbatas, yang sulit untuk memperoleh dan memberikan pendeteksian serta perawatan medis berkualitas tinggi. Petugas kesehatan setempat, termasuk di klinik dan puskesmas, bisa dilatih agar dapat melakukan pemeriksaan tes IVA untuk kanker serviks dan hasil tesnya langsung tersedia.

Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, SpM (K), menganjurkan tes IVA dan pap smear untuk pencegahan dan pendeteksi dini kanker serviks. Pada Hari Kanker Sedunia tanggal 4 Februari 2019 beliau mengatakan, “Screening kita perlukan untuk menemukan kanker sedini mungkin. Pada kanker serviks melalui IVA tes atau pap smear.

Siapa yang dapat melakukan tes IVA? Wanita yang memenuhi syarat berusia antara 26 – 60 tahun, tidak sedang hamil, memiliki rahim yang utuh, dan tidak punya riwayat displasia (kondisi pra-kanker) atau kanker di serviks.

Bagaimana Tes IVA Dilakukan untuk Deteksi Kanker Serviks?

Prosedur atau cara melakukan tes IVA cukup mudah. Untuk melakukan pemeriksaan ini, Anda bisa datang ke rumah sakit, klinik, atau puskesmas terdekat lalu meminta tes ini. Pada umumnya tes IVA untuk kanker serviks akan dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:

  • Pasien diminta berbaring dengan posisi kaki terbuka dan lutut ditekuk.
  • Dokter memasukkan alat bernama speculum ke dalam vagina pasien. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan vagina agar tetap terbuka sehingga bagian serviks bisa terlihat.
  • Dokter akan secara perlahan mengusapkan kapas yang sudah dibasahi asam asetat (kadar 3 – 5%) ke permukaan serviks.
  • Satu menit kemudian dokter akan memperhatikan apakah ada lesi putih yang muncul di permukaan serviks.
ilustrasi pasien melakukan tes IVA
Ilustrasi Pasien Melakukan Tes IVA (Credit: Iryna / Adobe Stock)

Jaringan serviks yang normal seharusnya tidak terpengaruh oleh asam asetat. Tapi sebaliknya, jaringan yang sudah mengalami kerusakan (misalnya pada kondisi pra-kanker atau kanker), akan berubah warna jadi putih.

Jika muncul lesi putih di serviks, dokter dapat langsung menghilangkan bagian itu menggunakan prosedur cryotherapy atau prosedur lainnya. Beliau juga mungkin akan melakukan pemeriksaan biopsi untuk menindaklanjutinya apabila hasil tes IVA menunjukkan lesi yang dicurigai sebagai tanda kanker serviks.

Kategori untuk Hasil-Hasil Tes IVA:


  • Tes-negatif: Tidak ada lesi putih atau lesinya sama-samar; polip, servisitis, peradangan, kista Nabothian.
  • Tes-positif: Ada area lesi yang terlihat jelas (berwarna putih buram/kusam atau putih tiram)—dengan atau tanpa pinggiran yang menonjol menyentuh squamocolumnar junction (SCJ); leukoplakia dan kutil.
  • Dicurigai sebagai kanker: Ada lesi ulseratif yang terlihat secara klinis, pertumbuhan atau ulkus seperti kembang kol; keluar cairan dan/atau berdarah saat disentuh.

Apa Bedanya Tes IVA dengan Pap Smear dan Tes HPV?

Tes HPV digunakan untuk melihat apakah ada tanda-tanda infeksi tipe HPV yang berisiko tinggi pada serviks, dan dibutuhkan teknisi yang terampil untuk melakukannya. Infeksi dari tipe HPV yang berisiko tinggi dapat memicu perubahan pada sel-sel di serviks yang mengarah pada kanker.

Pap smear digunakan untuk melihat apakah ada tanda-tanda ketidaknormalan pada sel-sel di serviks yang mengarah pada kanker, dan dibutuhkan ahli patologi yang terampil untuk melakukannya.

Berbeda dengan tes HPV dan pap smear, tes IVA tidak membutuhkan keterampilan tingkat tinggi seperti kedua tes tadi. Dokter dan petugas kesehatan di fasilitas kesehatan yang sederhana, seperti di klinik dan puskesmas, dapat dilatih untuk melakukan pemeriksaan IVA untuk kanker serviks.

Tes IVA memungkinkan dokter untuk secara langsung melihat apakah ada lesi dan tanda-tanda mencurigakan lain pada serviks, tanpa harus melalui pemeriksaan di laboratorium atau pemeriksaan rumit lainnya. Karena itulah dokter dan pasien bisa segera menindaklanjuti jika ditemukan lesi atau tanda-tanda yang mengarah pada kanker.

Tingkat Keakuratan Tes IVA


Tes IVA memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang sedang namun cukup untuk menjadi indikator yang memastikan keberadaan lesi-lesi pra kanker di serviks. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas tes IVA lebih tinggi daripada Pap smear, tetapi tingkat spesifisitas IVA sedikit lebih rendah daripada Pap smear.

Itu artinya tes IVA dapat lebih sensitif dalam menghasilkan tes-positif pada orang-orang yang diperiksa, sehingga kemungkinannya lebih kecil bagi lesi-lesi pra-kanker untuk terlewatkan tak terdeteksi. Tetapi tes IVA sedikit kurang spesifik dalam mendeteksi lesi-lesi; artinya orang-orang yang hasil tesnya positif belum tentu benar-benar memiliki lesi atau tanda-tanda yang mengarah pada kanker.

Pada tingkat keakuratan, tes IVA hanya sedikit berbeda dengan Pap smear. Akurasi dari tes IVA sekitar 87%, sedangkan pap smear sekitar 93%. Dengan hanya ada perbedaan 5%, tes IVA dianggap sama efektifnya dengan pap smear untuk mendeteksi dini keberadaan kanker serviks.

diskusi hasil tes IVA untuk kanker servks
Dokter Akan Mendiskusikan Hasil Tes dengan Pasien (Credit: Monkey Business / Adobe Stock)

Kesimpulan tentang Tes IVA untuk Kanker Serviks

Tes IVA adalah metode pemeriksaan dini (skrining) yang menggunakan asam asetat untuk melihat apakah ada lesi pra-kanker atau kanker pada permukaan serviks. Pemeriksaan ini sederhana, mudah dilakukan, dan terjangkau—cocok untuk daerah-daerah yang sumber dayanya terbatas. Banyak fasilitas kesehatan, bahkan klinik dan puskesmas di daerah-daerah, yang dapat melakukan pemeriksaan IVA untuk kanker serviks.

Hasil tes IVA bisa langsung didapatkan dalam sekali pemeriksaan sehingga pasien dan dokter dapat segera memutuskan langkah selanjutnya yang perlu dilakukan jika ada tanda-tanda kanker serviks. Tes ini juga dapat digabungkan dengan prosedur perawatan lanjutan yang sederhana, contohnya cryotherapy, untuk menangani lesi pra-kanker di serviks saat itu juga.

Secara garis besar, tes IVA adalah metode pemeriksaan yang sangat bagus untuk skrining kanker serviks di wilayah-wilayah dimana banyak orang sulit untuk mengakses Pap smear dan tes HPV. Bahkan tes IVA dianggap sama bergunanya dengan Pap smear, terutama bagi orang-orang yang kurang mampu untuk memeriksakan diri di fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

Demikianlah artikel ini yang membahas tentang tes IVA. Semoga informasi ini dapat berguna khususnya bagi Anda yang sedang berupaya mencegah dan mendeteksi dini kanker serviks. Temukan juga ulasan-ulasan menarik lainnya seputar penyakit kanker serviks hanya di Deherba.com.

Sumber

Referensi Tes IVA untuk Kanker Serviks:

Poli, Usha Rani, dkk. (2015). Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) Screening Program: 7 Years Experience in Early Detection of Cervical Cancer and Pre-Cancers in Rural South India. Indian Journal of Community Medicine: Official Publication of Indian Association of Preventive & Social Medicine. 40(3): 203-207. DOI: 10.4103/0970-0218.158873

Boskey, Elizabeth. Visual Inspection With Acetic Acid (VIA). Updated: 2019-05-27. URL: https://www.verywellhealth.com/what-is-a-via-cervical-cancer-test-3132771. Accessed: 2019-07-09

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Deteksi Dini Cegah Kanker. Published: 2019-02-04. URL: http://www.depkes.go.id/article/view/19020500001/deteksi-dini-cegah-kanker.html. Accessed: 2019-07-09

International Agency for Research on Cancer. A Practical Manual on Visual Screening for Cervical Neoplasia. URL: https://screening.iarc.fr/viavilichap2.php?lang=1. Accessed: 2019-07-09

Bhattacharyya, Ashish Kumar, dkk. (2015). Comparative study between pap smear and visual inspection with acetic acid (via) in screening of CIN and early cervical cancer. Journal of Mid-Life Health. 6(2): 53-58. DOI: 10.4103/0976-7800.158942

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}