Bongkar 20 Info Kesehatan yang Cuman Mitos Belaka: Bagian 1

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

November 23, 2016


Selama ini kita terus menerus mendapatkan input informasi mengenai dunia kesehatan. Beberapa bahkan disertai sejumlah pandangan meyakinkan bahwa informasi tersebut adalah benar dan terpercaya. Sebagai masyarakat awam, dengan mudah Anda mempercayai berbagai informasi ini bahkan menjadi pegangan Anda selama bertahun-tahun.

Padahal beberapa dari info kesehatan tersebut hanyalah mitos kesehatan yang sudah terbantahkan oleh sejumlah riset terkini. Dan sangat disayangkan banyak mitos kesehatan ini yang terlanjur dipercaya banyak orang.

Apa saja, info kesehatan yang ternyata tak lebih dari sekedar mitos? Berikut 20 di antaranya sebagaimana diungkapkan oleh Authoritynutrition.com.

1. Diet terbaik adalah rendah lemak

Di masa lalu semua orang berkeyakinan untuk kurus Anda harus menekan konsumsi lemak. Namun kini riset-riset terbaru membuktikan bahwa pandangan ini tidak benar. Anda bisa menemukan bahwa diet rendah lemak tidak terbukti menurunkan berat badan dengan efektif sebagaimana dijelaskan pada publikasi JAMA tahun 2006 mengenai “Low-fat dietary pattern and weight change over 7 years: the Women’s Health Initiative Dietary Modification Trial”.

Dalam sejumlah riset juga ditemukan adanya risiko kesehatan yang serius bila Anda menjalankan diet rendah lemak dalam jangka panjang. Karena bagaimanapun tubuh membutuhkan asupan lemak untuk fungsi metabolisme, pembentukan hormonal, fungsi pencernaan dan kinerja otak.

2. Kurangi garam untuk menekan risiko serangan jantung

Diakui bahwa mengurangi asupan garam bisa menurunkan tekanan darah hingga 1 – 5 mm/Hg. Tetapi ternyata juga terbukti bahwa mengurangi asupan garam tidak akan cukup efektif menurunkan risiko serangan jantung juga stroke. Demikian menurut Cochrane Database System Reviews tahun 2011 pada jurnal “Reduced dietary salt for the prevention of cardiovascular disease”.

Berlebihan dengan garam memang tidak disarankan, tetapi menjadi sepenuhnya jauh dari garam juga bukan ide yang tepat, apalagi bagaimanapun garam sangat efektif memberi rasa pada makanan. Kecuali Anda memang termasuk golongan hipersensitif dengan garam.

3. Untuk metabolisme optimal, makan dalam porsi kecil namun lebih sering

Sejumlah pakar menyarankan Anda untuk makan dalam porsi lebih kecil setidaknya 5 – 6 kali dalam sehari. Dikatakan ini lebih efektif untuk metabolisme Anda ketimbang makan 3 kali sehari sebagaimana yang Anda kenal selama ini.

Namun dalam riset yang diungkap pada The British Journal of Nutrition tahun 1997 dengan jurnal Meal frequency and energy balance, ternyata makan 6 kali sehari tak memberi efek berbeda pada metabolisme dan pembakaran kalori dibandingkan dengan makan 3 kali sehari. Malah, dikatakan bahwa makan lebih sering bisa menyebabkan masalah pada liver dan pembentukan lemak hati. Ini dijelaskan dalam jurnal “Hypercaloric diets with increased meal frequency, but not meal size, increase intrahepatic triglycerides: A randomized controlled trial”.

4. Kuning telur sebaiknya Anda hindari karena mengandung banyak kolesterol

Selama ini banyak orang berkeyakinan pada satu pandangan lama bahwa kuning telur mengandung banyak kolesterol sehingga akan lebih baik untuk dihindari. Terutama oleh mereka yang mulai rentan dengan makanan kaya kolesterol seperti usia manula.

Yang harus dipahami, kolesterol dalam telur tidak sepenuhnya berbahaya, karena sebagian besar mengandung kolesterol baik atau HDL. Anda bisa menemukan penjelasan detilnya dalam National Institutes of Health tahun 2006 dengan tajuk jurnal Dietary cholesterol provided by eggs and plasma lipoproteins in healthy populations.

HDL 3 kali lebih aman dari LDL dan juga tetap dibutuhkan oleh tubuh dalam skala moderat. Anda bisa melihat informasi lengkap mengenai HDL dan dua sisi yang menyertainya dalam artikel kami di “Ternyata Kolesterol “Baik” Itu Tidak Selalu Baik Loh!”. Mengonsumsi telur dalam skala moderat sepenuhnya aman untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.

5. Gandum utuh itu makanan superfood

Gandum utuh selama ini telah mengalami overklaim sebagai makanan sehat yang tidak boleh tidak harus masuk dalam diet Anda. Masalahnya, sejumlah pakar mulai membantah pandangan ini dengan sejumlah argumen.

Pada dasarnya komponen terpenting dari gandum utuh adalah karbohidrat kompleks yang kaya akan serat. Kandungan nutrisinya sebenarnya juga tidak kaya, hanya sejumlah mineral dan vitamin E, K dan D dalam porsi yang tidak terlalu tinggi.

Ide memasukan menu gandum utuh dalam diet hanya merujuk pada sifat karbohidrat di dalamnya jelas berkali lipat lebih baik dari sekedar roti atau nasi yang sifat karbohidratnya lebih sederhana. Karena sifatnya ini, Anda bisa bertahan kenyang lebih lama. Jadi abaikan pandangan kalau gandum utuh adalah makanan superfood.

Yang lebih buruk, sejumlah riset mengklaim bahwa gandum utuh yang diproduksi massal saat ini sebenarnya tidak sehat. Faktor produksi dan pertanian yang dijalankan membuat gandum utuh kehilangan sejumlah manfaat, malah memberi sejumlah risiko termasuk inflamasi dan keluhan pada pencernaan.

Belakangan sejumlah pandangan medis meyakini bahwa tubuh masih bisa mentoleransi untuk tidak mengonsumsi karbohidrat sama sekali dalam jangka tertentu, atau mengasup karbohidrat dalam level sangat rendah. Ini mengubah asumsi lama bahwa diet terbaik adalah dengan mengganti asupan roti dan nasi dengan gandum utuh. Gandum utuh tak lebih dari sekadar ide yang lebih sehat mendapatkan asupan karbohidrat.

6. Lemak jenuh berbahaya

Lemak jenuh selama ini diklaim sebagai musuh masyarakat, seolah menjadi mesin pembunuh diam-diam yang dianjurkan untuk dihindari, bahkan 100%. Masih berkaitan dengan HDL dan LDL, sebenarnya lemak jenuh tidak akan menjadi masalah bagi tubuh selama dikonsumsi dalam level aman dan dibakar dengan seimbang.

Tubuh membutuhkan lemak dalam kadar tertentu untuk kinerja metabolisme, produksi hormonal, fungsi imunitas, produksi kolagen dan glutathione yang berfungsi besar dalam peran anti oksidasi sel dan proses regenerasi sel, hingga fungsi otak dan pembuluh darah.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, prosentasi bahaya HDL dan LDL pada rasio 1 : 3, jadi bisa dikatakan selama dikonsumsi terbatas lemak jenuh tidak berbahaya.

Faktanya, mengonsumsi lemak jenuh akan meningkatkan kadar HDL dan membuat LDL partikel dalam darah berubah menjadi partikel yang lebih besar. Sebenarnya mengubah partikel dalam bentuk yang lebih besar memudahkannya untuk disingkirkan oleh asupan lain seperti buah dan sayuran. Ini dijelaskan dalam The American Journal of Clinical Nutrition 1998, Change in dietary saturated fat intake is correlated with change in mass of large low-density-lipoprotein particles in men.

Kami masih akan mengungkap 14 info kesehatan lain yang termasuk dalam kategori mitos berdasarkankan riset terkini dan pandangan kesehatan terbaru. Simak ulasan berikutnya di artikel selanjutnya: Bongkar 20 Info Kesehatan yang Cuman Mitos Belaka!—Bagian 2.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}