Ternyata Kolesterol “Baik” Itu Tidak Selalu Baik Loh!

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 


Bicara soal kolesterol memang sedikit memberi efek polemik. Ada banyak pertanyaan yang selama ini masih belum terjawab di kalangan pakar kesehatan mengenai bagaimana kolesterol bekerja terhadap tubuh. Sementara beberapa pakar mengatakan bahwa tubuh membutuhkan kolesterol, namun jumlahnya harus sangat diatur karena bisa mengakibatkan berbagai masalah kesehatan.

Selain pandangan itu, selama ini kita juga mengenal satu pandangan konvensional lain mengenai kolesterol. Kita telah mengetahui bahwa kolesterol setidaknya terbagi dalam dua kategori, yakni HDL dan LDL. Ini berkaitan dengan tingginya kadar lipoprotein yang terkandung didalamnya. Lipoprotein berfungsi sebagai perantara untuk menghantarkan kolesterol untuk masuk ke dalam sel. Sementara sel membutuhkan kolesterol dalam proses metabolisme hariannya.

Tumpas Kanker, Tumor, Kista Mulai 30 Hari Tanpa Kemoterapi dan Pembedahan?!
Redakan Rasa Sakit Menahun Anda dengan 'Obat Pereda Nyeri' Alami Ini!
Pria Dewasa, Mau ‘Keras & Tahan Lama’ untuk Bahagiakan Pasangan Anda?

Perbedaan Antara Kolesterol LDL dan HDL

Dari temuan mengenai kolesterol LDL dan HDL kemudian ditarik sebuah temuan lain. Pada kolesterol dengan kadar lipoprotein rendah atau Low Density Lipoprotein (LDL), maka kolesterol akan lebih mudah terendap dalam pembuluh darah akibat kesulitan untuk bisa terserap oleh sel.

Hal berbeda akan terjadi ketika kadar lipoprotein pada kolesterol relatif tinggi atau High Density Lipoprotein (HDL), maka kadar kolesterol dalam darah akan tersalurkan menuju sel-sel tubuh, sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya endapan kolesterol dalam tubuh, termasuk pada dinding pembuluh darah.

Bisa dikatakan kalau HDL adalah kolesterol baik yang bekerja menyingkirkan kolesterol jahat atau LDL dari darah. Karena dengan perantara lipoprotein pula HDL akan membantu menyingkirkan kelebihan kolesterol dalam darah menuju hati untuk kemudian dibuang dari dalam tubuh.

Kolesterol sendiri secara umum adalah salah satu penyebab sejumlah keluhan kesehatan seperti serangan jantung dan stroke. Ini karena kolesterol yang berlebihan dan terendap pada pembuluh darah akan membentuk plak yang membuat pembuluh darah mengeras, kaku dan menebal. Kondisi ini menjadi penyebab robeknya pembuluh darah atau efek penyempitan pembuluh darah yang mengacu pada serangan jantung dan stroke.

Dengan kehadiran HDL, maka risiko dari kenaikan kadar kolesterol ini bisa ditekan. Bahkan dikatakan dalam laman Livestrong.com, bahwa mereka yang memiliki kadar kolesterol hingga 200 mg/dL dengan kadar HDL rendah hanya pada angka 40 mg/dL akan mengalami peningkatan risiko serangan jantung dan stroke.

Masih mengutip dari laman Livestrong.com, dijelaskan bahwa HDL dalam kadar 75ml/dL terbukti membantu menurunkan risiko serangan jantung, kerusakan pembuluh darah akibat plak kolesterol dalam level relatif rendah.

Kolesterol “Baik” HDL Berbahaya Jika Berlebihan

Namun belakangan sejumlah temuan baru mulai menggoyahkan pandangan ini. Tak sepenuhnya dibantah karena secara medis, manfaat HDL masih diakui sebagai sarana untuk membantu menyingkirkan LDL dari dalam tubuh. Termasuk dengan efektif menurunkan risiko serangan jantung dan stroke. Ini dijelaskan dengan lebih detil dalam salah satu jurnal yang diterbitkan pada Journal of Mayo Clinic Proceeding tahun 2013 dengan tajuk “Lipoprotein(a), cardiovascular disease, and contemporary management”.

Meski tetap diakui sebagai kolesterol baik, ternyata kadarnya tetap perlu Anda pertahankan pada level moderat. Riset terbaru mengungkap bahwa mereka yang berlebihan dengan HDL atau kolesterol baik malah bisa jadi akan mengalami kenaikan risiko kesehatan arteri dan kardiovaskularnya. Ini jelas sebuah alarm untuk memperhatikan pola makan Anda bahkan bila yang Anda konsumsi adalah makanan sumber HDL, karena dalam level yang tinggi, bisa jadi risiko kesehatan Anda turut meningkat.

Sebuah riset yang diterbitkan oleh Clinical Journal of the American Society of Nephrology pada tahun 2014 mengungkapkan bahwa level HDL yang terlalu tinggi bisa bekerja sebagaimana bila kadar LDL tinggi dalam darah. Cara terbaik untuk sehat adalah minimalkan kadar LDL dan jaga kadar HDL dalam level moderat.

Ahli Herbal

Mau BEBAS dari SAKIT dengan herbal yang tepat? KONSULTASI GRATIS klik tombol WhatsApp ini:

WHATSAPP SEKARANG

Bersumber dari laman Dailymail.co.uk, dikatakan oleh Professor Eliano Navarese, Pakar Kardiologi dan direktur dari SIRIO Medicine Italia, dalam sejumlah kasus ditemukan beberapa kasus serangan jantung yang tidak disertai dengan kadar LDL tinggi, melainkan justru kadar HDL yang sangat tinggi, jauh diatas kadar normal kebutuhan tubuh.

Yang Terpenting Adalah Selalu Menjaga Kadar Kolesterol

Temuan anyar ini memang mengubah pandangan banyak orang seputar HDL. Bahkan sebelumnya, HDL tidak ditentukan kadar tertingginya dengan pertimbangan kehadirannya bagi tubuh sangat bermanfaat dan aman. Sehingga sampai saat ini belum ada rumusan resmi sampai kadar berapa HDL dikatakan aman.

Riset lain yang diterbitkan oleh The Lancet pada tahun 2014 dengan tajuk “HDL and cardiovascular disease” mengungkap bahwa level teraman dari HDL kolesterol adalah 60 mg/dL. Kurang dan lebihnya level aman belum sepenuhnya ditemukan. Ini karena sejumlah aspek seperti gaya hidup, usia dan tingkat keaktifan menjadikan kadar aman HDL sifatnya menjadi personal.

Namun menjaga keseimbangan antara aktivitas fisik, istirahat, dan stress akan sangat membantu mengendalikan tingkat risiko dari kenaikan kolesterol secara umum, termasuk ketika kadar HDL naik dalam level yang relatif berbahaya.

Penelitian lain juga dikembangkan pada Maastrich University of Holand menemukan fakta lain bahwa kadar HDL di atas 90 mg/dL justru juga bisa menurunkan fungsi imunitas. Kenaikan kadar HDL dalam level berlebihan ternyata menyebabkan peningkatan sel-sel penyebab inflamasi yang disebut dengan sel makrofag. Sel-sel ini bersifat merusak dan pada tahap tertentu juga bisa memberi efek korotif terhadap dinding pembuluh darah.

Pada level tinggi, HDL ditengarai akan memicu terjadinya pembentukan peradangan pada pembuluh darah, peradangan sendi, peradangan pada kulit termasuk jerawat dan peradangan pada sejumlah sel-sel organ.

Pandangan senada diungkap oleh pakar kolesterol Michael Miller, profesor kardiovascular di University of Maryland School of Medicine, mengatakan bahwa bagaimanapun HDL adalah kolesterol. Meski mengandung kadar lipoprotein lebih tinggi, sifat senyawa ini tak lebih hanya memudahkannya terserap ke dalam sel dan terlarut oleh air menuju liver.

Tetapi tidak lantas membuat unsur kolesterolnya kehilangan aspek bahayanya. Kolesterol dalam HDL sama bahayanya dengan LDL. Yang artinya bila jumlahnya berlebihan bisa membahayakan. Menurut Miller, level bahayanya pada taraf 1 : 3 antara HDL dan LDL.

Sebuah kesimpulan bisa kita ambil di sini, ternyata HDL bukan selamanya bebas risiko. Artinya penting untuk Anda memahami level aman untuk tubuh Anda. Tetap bertahan pada prinsip untuk menghindari sumber-sumber makanan LDL kolesterol seoptimal mungkin. Konsumsi makanan sumber HDL dalam kadar moderat untuk memenuhi kebutuhan kolesterol tubuh dengan cara yang aman. Namun pastikan tetap bertahan dalam level moderat untuk mencegah risiko-risiko yang mungkin muncul dari berlebihan dengan kolesterol baik.

Tumpas Kanker, Tumor, Kista Mulai 30 Hari Tanpa Kemoterapi dan Pembedahan?!
Redakan Rasa Sakit Menahun Anda dengan 'Obat Pereda Nyeri' Alami Ini!
Pria Dewasa, Mau ‘Keras & Tahan Lama’ untuk Bahagiakan Pasangan Anda?

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}