Pahami Pengertian Stres Agar Bisa Mengatasinya


By Cindy Wijaya

Sulit untuk menjelaskan arti stres karena tidak ada kesepakatan tentang apa defisini stres itu. Orang-orang memiliki pengertian mereka sendiri mengenai stres. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), stres adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar.

Masih ada banyak definisi-definisi stres lainnya, dan paling sering orang-orang mengartikannya sebagai “ketegangan fisik, mental, atau emosional atau tekanan.” Pengertian lain yang populer, stres adalah “suatu kondisi atau perasaan yang dialami ketika seseorang menganggap bahwa tuntutan kepadanya melebihi kesanggupan pribadinya.”

Pengertian Stres secara Menyeluruh

Sebagian besar orang menganggap stres sebagai hal negatif yang menyebabkan penderitaan. Akan tetapi, itu tidak selalu berbahaya karena sebenarnya stres memicu peningkatan produktivitas seseorang. Karena itu, definisi stres seharusnya juga mencakup jenis stres yang sehat, yang biasanya diabaikan sewaktu Anda bertanya apa arti stres kepada orang-orang.

Jenis stres yang sehat disebut ‘eustress’ sebagai kebalikan dari ‘distress’ (kesukaran). Sebagai contoh, memenangkan perlombaan lari atau pemilihan umum sebetulnya sama-sama stresnya kalau kalah, atau bahkan lebih stres. Bedanya, peristiwa yang menyenangkan menimbulkan stres positif, sedangkan peristiwa yang menyedihkan/menyulitkan menyebabkan stres negatif.

Suatu definisi stres yang sangat komplet mencakup berbagai aspek dari stres adalah definisi berdasarkan biopsikososial. Ada tiga bagian cakupan dalam definisi ini, yaitu eksternal, internal, serta gabungan eksternal-internal.

Bagian eksternal dari stres terdiri dari unsur-unsur di lingkungan eksternal. Bagian internal stres terdiri dari faktor fisiologis dan biokimia di lingkungan internal atau dalam tubuh. Sedangkan gabungan eskternal-internal merupakan proses kognitif yang dihasilkan dari interaksi antara unsur-unsur eksternal serta internal.

Beberapa reaksi fisik yang dialami sewaktu stres bisa termasuk hipertensi, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan masalah kulit. Definisi stres harus mencakup respon-respon fisik yang berpotensi berbahaya ini.

Pengertian stres juga perlu merujuk pada peran dari poros adrenal-hipotalamus-hipofisis atau rangsangan dari sistem saraf simpatetik dan sekresi adrenalin dalam respon “fight or flight” (melawan atau lari). Memang, stres adalah suatu fenomena subjektif yang ditanggapi berbeda pada masing-masing kita, sehingga tidak ada definisi yang benar-benar disepakati oleh semua orang.

Awal Mula Terciptanya Istilah ‘Stres’

Bila kita kembali ke awal mula diciptakannya istilah ‘stres’ oleh Hans Selye, maka kita akan mendapati arti stres sebagai “respon tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntutan apa pun untuk perubahan.”

Bagi beberapa orang stres adalah sesuatu yang berasal dari luar (eksternal), misalnya menghadapi bos yang menyebalkan. Tetapi bagi orang lain, definisi stres adalah rasa nyeri di dada atau di perut atau sejumlah reaksi fisik mengganggu lain yang sedang dialami. Definisi stres juga bisa merujuk kepada hasil akhir dari penumpukan keluhan-keluhan fisik, misalnya serangan jantung atau sakit maag.

Hans Selye juga membuat istilah baru, yaitu ‘stressor’ (pemicu stres) untuk membedakan antara rangsangan dan respon. Dia berjuang untuk menyimpulkan definisi stres yang memuaskan, dan dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya ia menyimpulkan bahwa stres adalah “tingkat kelelahan tubuh.”

Dia juga menyadari bahwa stres menurut pengertian fisika yang telah digunakan selama berabad-abad adalah tingkat distorsi (penyimpangan) dalam logam tempa ketika mendapatkan beban eksternal. Dengan demikian, definisi asli dari stres sebenarnya menggambarkan suatu tekanan atau beban.

Stres AkutFight or Flight. Tubuh bersiap-siap untuk mempertahankan diri. Dibutuhkan sekitar 90 menit agar metabolisme tubuh kembali normal bila respon stres telah selesai.

Stres Kronis—Beban hidup sehari-hari: tagihan, anak-anak, pekerjaan, dan lain-lain. Ini adalah stres yang cenderung kita abaikan atau tekan. Bila dibiarkan tidak terkendali, stres kronis akan berdampak pada kesehatan serta sistem kekebalan tubuh Anda.

Eustress—Stres dalam kehidupan sehari-hari yang bermakna positif, seperti: Menikah, promosi jabatan, kelahiran anak, menang udian, mendapat teman-teman baru, dan wisuda.

Distress—Stres dalam kehidupan sehari-hari yang bermakna negatif, seperti: Perceraian, hukuman, kecelakaan, perasaan negatif, problem keuangan, dan kesulitan dalam pekerjaan.

Respon Stres secara Umum

Hans Selye mendefinisikan stres sebagai respon tidak spesifik tubuh terhadap tuntutan apa pun, entah itu disebabkan oleh rangsangan yang menyenangkan atau oleh rangsangan tidak menyenangkan. Anda perlu tahu bedanya antara distress yang bermakna negatif dan eustress yang bermakna positif.

Selama menghadapi eustress maupun distress, tubuh mengalami respon non-spesifik yang hampir serupa—berbagai rangsangan positif atau negatif yang muncul akibatnya. Akan tetapi, eustress menyebabkan jauh lebih sedikit kerusakan daripada distress. Dari sini dapat disimpulkan bahwa cara seseorang menerima stres-lah yang menentukan pada akhirnya apakah ia akan sukses beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Selye mengambil sebuah hipotesis mengenai ‘Sindrom Stres secara Umum’ yang memengaruhi seluruh tubuh. Hipotesis ini menyatakan bahwa stres selalu mewujudkan dirinya melalui sebuah sindrom—sekumpulan perubahan atau gejala—bukan hanya dengan satu perubahan.

Terdapat tiga tahapan dalam Sindrom Stres secara Umum. Tahap pertama, yang disebut tahap alarm, menggambarkan pergerakan pasukan pertahanan dalam tubuh. Dengan kata lain, tubuh sedang mempersiapkan diri untuk sindrom “fight or flight”. Ini melibatkan sejumlah hormon dan senyawa kimia yang dieksresikan pada tingkat tinggi, serta peningkatan denyut jantung, tekanan darah, keringat, laju pernapasan, dan lain sebagainya.

Tahap kedua, tahap perlawanan, tubuh beradaptasi dengan tantangan dan bahkan mulai melawannya. Panjangnya tahapan ini bergantung pada bawaan tubuh, cadangan energi tubuh, serta intensitas pemicu stres. Sama seperti mesin yang akan rusak meskipun sudah dirawat dengan baik, begitu juga tubuh kita cepat atau lambat akan ‘rusak’ akibat tekanan yang berulang-ulang. Adaptasi tubuh akan hilang jika pemicu stres terlalu besar.

Kemudian masuk ke tahap ketiga, tahap kelelahan, dimana tubuh akan mengalami kematian karena telah menghabiskan seluruh cadangan energi adaptasi yang dimilikinya. Untungnya hanya sedikit orang yang pernah mengalami tahapan terakhir ini.

Stres bisa menyebabkan penyakit. Hal ini terutama disebabkan oleh kesalahan tubuh dalam proses adaptasi secara umum. Penyakit tidak akan timbul apabila semua proses regulasi tubuh berjalan dengan benar dan seimbang. Masalah terbesar dalam proses adaptasi yang menyebabkan penyakit adalah kelebihan, kekurangan, atau ketidakseimbangan jumlah hormon adaptif—misalnya hormon kortikoid, ACTH, dan hormon pertumbuhan yang dihasilkan selama stres.

Sayangnya, jika yang dialami adalah stres kronis, respon pertahanan tubuh akan menurunkan perlawanannya karena lebih sedikit antibodi yang diproduksi dan berkurangnya respon inflamasi dalam tubuh.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}