• Home
  • Blog
  • Stres
  • 10 Jenis Penyakit yang Disebabkan Stress dan Tekanan

10 Jenis Penyakit yang Disebabkan Stress dan Tekanan


By Cindy Wijaya

Tekanan pekerjaan atau kehidupan pribadi acapkali menjadi pemicu seseorang mengalami stress. Masalahnya meski sebenarnya stress bukan jenis penyakit medis, melainkan jenis keluhan psikologis, rupanya keluhan ini bisa menjadi pemicu berbagai jenis penyakit. Ada banyak jenis penyakit yang disebabkan oleh stress. Dan ketika stress tidak kunjung Anda atasi, keluhan akan semakin memburuk bahkan bisa menyebabkan kondisi yang lebih fatal.

Untuk membantu Anda memahami bahaya stress dan pikiran dan tekanan, kami akan mencoba mengulas 10 jenis penyakit yang disebabkan oleh stress. 10 jenis penyakit ini adalah jenis yang paling lazim muncul ketika pasien mengalami stress dan mengabaikan gejala stress yang ada.

1. Keluhan pada area kepala

Mereka yang mengalami stress akan mengalami banyak perubahan dalam tubuh mereka. Sebagian besar mengalami masalah dengan ketegangan pada sistem saraf dan juga sistem sirkulasi darah. Ini kerap kali menyebabkan terjadinya impuls-impuls yang bersifat negatif dalam otak dan memicu migrain.

Di sisi lain beberapa gejala seperti menjadi sulit tidur, ketegangan pada otot leher, perubahan kondisi hormonal yang dipicu oleh sifat stress yang kerap secara langsung menjadi stimulan adrenalin juga bisa menjadi pemicu terjadinya migrain.

2. Keluhan pada area pencernaan

Pada beberapa kasus yang memiliki intensitas tinggi, stress juga memicu terjadinya keluhan pencernaan. Beberapa mengeluhkan serangan nyeri pada lambung, kembung, mual, rasa perut seperti terbakar sampai diare.

Menurut Kenneth Koch, MD, seorang ahli di Wake Forrest University Baptist Medical Center, stress memang dapat mempengaruhi seluruh sistem pencernaan.

Stress mempengaruhi sistem kerja pencernaan dan lambung dengan menurunkan intensitas aliran darah dan menurunkan intensitas sistem kerja peristaltik yang memang diatur secara otomatis oleh saraf pusat. Stress juga terbukti mengacaukan sistem enzim sehingga menyebabkan asam lambung terstimulasi berlebihan dan mendorong penyerapan air berlebihan pada usus besar.

3. Serangan asma

Mereka yang sudah dinyatakan mengidap asma, memang sangat disarankan untuk waspada terhadap stress. Terbukti stress bisa menyebabkan terjadinya serangan asma. Dan pemicunya bisa berasal dari banyak faktor.

Seseorang mengidap asma ketika dinding batang tenggorokan seseorang menjadi rentan untuk mengalami pembengkakan sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan batang tenggorokan yang akan menghambat sirkulasi udara masuk dan keluar dari paru-paru. Pada dasarnya asma adalah keluhan alergi yang muncul pada batang tenggorokan.

Ketika seseorang dengan asma mengalami stress, tekanan yang terjadi pada sistem saraf, atau bahkan menangis bisa menyebabkan nafas terasa lebih berat dan mendorong efek sesak muncul. Di sisi lain, stress cenderung mengacaukan sistem hormonal pada hipotalamus yang mengontrol seluruh sistem tubuh termasuk sistem imunitas. Imunitas bisa terstimulasi berlebihan dan meningkatkan risiko terjadinya asma.

4. Serangan gatal-gatal alergi

Masih serupa dengan keluhan yang terjadi pada keluhan asma, mereka dengan kondisi stress akan mengalami beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya alergi, yakni kondisi dimana muncul bentol-bentol pada tubuh yang biasa dikenal dengan biduran atau justru bintik-bintik yang mirip dengan biang keringat yang berat.

Ada dua alasan utama kenapa stress bisa memicu alergi gatal, pertama karena pada banyak kasus stress menyebabkan stimulasi berlebihan pada sistem imunitas dan karena stress sendiri membuat otak melepas sejumlah hormon yang dibaca oleh sistem lever sebagai toksin. Ini menyebabkan kadar toksin dalam tubuh meningkat yang juga akan memicu munculnya alergi gatal-gatal.

5. Diabetes

Ada dua alasan utama kenapa mereka dengan kondisi stress cenderung akan memberi efek negatif terhadap kadar gula dalam darah. Pertama karena dengan stress, seseorang akan melepas hormon kortisol yang mendorong produksi hormon ghrelin yang berfungsi sebagai pemicu rasa lapar. Sehingga orang stress cenderung makan lebih banyak dan ini akan menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang tidak terkendali.

Di sisi lain sebagaimana disebutkan sebelumnya, mereka dengan kondisi stress cenderung mengalami beberapa penyimpangan pada fungsi saraf pusatnya dan akan mempengaruhi fungsi otak dalam mengendalikan tubuh, termasuk di dalamnya mengendalikan produksi hormonal. Dan ini juga termasuk terhadap hormon insulin dengan menurunkan kadarnya dari angka normal.

6. Tekanan darah tinggi

Sudah bukan rahasia lagi bahwa mereka yang stress cenderung akan sensitif untuk mengalami tekanan darah tinggi. Stress akan meningkatkan produksi hormon adrenalin yang terbukti memacu detak jantung bekerja lebih kuat dan kerap kali bertanggung jawab pada ketegangan pada sistem pembuluh darah dan saraf. Inilah yang kemudian menyebabkan tekanan darah meningkat ketika seseorang mengalami stress.

Beberapa pendapat pakar tidak bisa memastikan adanya efek jangka panjang stress terhadap tekanan darah tinggi, tetapi ketika seseorang terus mengalami stres berlanjut, mereka cenderung akan mengalami kenaikan level normal tekanan darah secara permanen.

Kaitan lain stress terhadap tekanan darah tinggi juga bisa terjadi ketika seseorang yang stress cenderung makan dengan membabi buta, termasuk tanpa memperhatikan kandungan lemak jenuh dalam makanan yang tanpa mereka sadari justru meningkatkan kadar kolesterol darah dan bisa menjadi salah satu pemicu tekanan darah tinggi.

7. Serangan jantung

Masih terkait dengan tekanan darah tinggi, kolesterol dan efek dari peningkatan adrenalin yang memicu detak jantung terstimulasi berlebihan. Salah satu efek samping stress yang bisa sangat membahayakan adalah serangan jantung.

Serangan jantung bisa disebutkan sebagai penyakit yang disebabkan oleh stress karena dalam kondisi normal, seorang dengan kesehatan jantung yang menurun bisa menjalankan aktivitas normal selama tidak mendapatkan stimulasi yang sifatnya memberi tekanan atau kejutan, termasuk stress.

8. Alzheimer

Meski sifatnya adalah efek jangka panjang, dalam salah satu ulasan mayoclinic dikatakan ada beberapa kasus Alzheimer di usia tua yang terpicu oleh kondisi stress yang terjadi terus menerus pada seseorang. Ketegangan saraf yang terjadi terus menerus, stimulasi adrenalin yang meningkatkan tekanan darah menuju otak menjadi penyebab sistem impuls saraf justru menjadi rusak dan akhirnya menjadi penyebab alzheimer.

9. Keluhan pada hati

Sebagaimana sudah kami sampaikan ketika seseorang mengalami stress, otak akan meresponnya dengan memproduksi sejumlah hormon. Beberapa hormon ini menyebabkan penurunan kinerja tubuh dan penurunan kemampuan sel melakukan regenerasi, salah satu alasan kenapa mereka yang hidup dengan stress cenderung tampak tua.

Dalam kondisi normal kinerja hormon-hormon stress ini akan dinetralisir oleh fungsi hati dengan memperlakukannya sebagai toksin. Artinya menjadi terlalu sering stress sama saja dengan mengkonsumsi makanan dengan pengawet, pemanis buatan dan bahan berbahaya lain yang terbukti akan menurunkan fungsi hati.

10. Memicu kerusakan DNA

Di WebMD disampaikan adanya kaitan antara stress dengan kondisi DNA. Ibu yang stress cenderung tidak dapat menurunkan kromosom normal untuk menghasilkan janin yang normal. Sedang beberapa kasus kanker serta pra kanker lebih kerap muncul pada mereka yang hidup dalam pekerjaan yang padat dan stress yang tinggi.

WebMD sendiri masih mengakui riset mengenai kemampuan stress dalam merusak DNA masih tentative, karena tidak selalu setiap kasus stress dan depresi memunculkan kerusakan DNA. Tetapi beberapa orang memiiki kerentanan terhadap stress sehingga mudah mengalami kerusakan dengan DNA mereka.

Ternyata menjadi stress bisa menjadi cikal bakal begitu banyak penyakit dan keluhan kesehatan. Hidup dengan penuh rasa bersyukur, berolahraga yang cukup dan selalu siapkan waktu untuk berekreasi adalah cara terbaik untuk menghindari penyakit yang disebabkan oleh stress.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}