Mengapa Garam dan Tekanan Darah Saling Berkaitan?


By Cindy Wijaya

Sewaktu angka di alat pengukur tekanan darah menunjukkan bahwa tensi Anda sedang tinggi, apa yang pertama kali Anda pikirkan? Kebanyakan orang akan langsung mencari-cari apa penyebab tensi tinggi, dan salah satu yang paling sering disalahkan adalah konsumsi makanan bergaram.

Kenapa garam dapat meningkatkan tekanan darah? Apa sebenarnya pengaruh garam dalam tubuh sehingga memicu terjadinya peningkatan tekanan darah? Artikel kali ini akan mengulas mengenai bagaimana pengaruh garam dan tekanan darah.

Caranya Garam Memicu Hipertensi

Pada dasarnya garam memiliki pengaruh kuat terhadap kinerja organ ginjal. Dan karena itu garam dapat membuat tubuh menahan lebih banyak air dalam darah sehingga tekanannya menjadi lebih kuat terhadap pembuluh darah.

Untuk lebih mudah dipahami, mari kita lihat dulu bagaimana kinerja ginjal dan kaitannya dengan tekanan darah. Sebagaimana dijelaskan dalam laman BloodPressureUK.org.

Ginjal merupakan pintu keluar dan sistem kendali utama dari pengeluaran sisa residu proses metabolisme serta toksin dari dalam tubuh dengan perantara air. Ginjal akan memanfaatkan ekstra air yang tidak digunakan untuk menjaga kadar cairan tubuh sebagai media keluarnya kotoran tadi, yang kemudian Anda kenal sebagai urin.

Untuk mendapatkan suplai air sebagai bahan urin, ginjal menarik air ekstra dari darah dengan mengandalkan mekanisme keseimbangan elektrolit antara sodium (natrium) dan potasium (kalium). Dan itu sebabnya penting untuk menjaga asupan natrium dan kalium dalam komposisi yang seimbang demi menjaga fungsi ini berjalan sebagaimana mestinya.

Jika mengonsumsi terlalu banyak garam yang notabene adalah sumber natrium, maka Anda dapat mengacaukan keseimbangan antara natrium dan kalium. Ketidakseimbangan ini kemudian menyebabkan ginjal tak sanggup menarik kelebihan air pada darah. Darah jadi banyak mengandung air sehingga ada tekanan yang lebih tinggi pada dinding pembuluh darah. Inilah yang dikenal dengan penyakit tekanan darah tinggi.

Semakin banyak asupan garam dalam makanan Anda, semakin buruk kondisi tekanan darah yang akan dialami. Dan bila ingin mengendalikan tekanan darah, maka yang pertama kali perlu Anda upayakan dalam jangka pendek adalah membatasi asupan garam. Setidaknya sampai tensi mencapai angka nomal.

Kondisi Tekanan Darah dan Risikonya

Masalah tekanan darah ini semakin buruk bila darah juga mengandung banyak lemak dan kolesterol. Lemak bersifat lengket dan kadang lemak dan kolesterol yang tidak terolah ini malah melekat pada dinding pembuluh darah. Membentuk endapan hingga akhirnya menjadi kerak.

Seiring dengan tekanan dari darah dan pembentukan kerak, pembuluh darah akan kehilangan kelenturannya. Dinding pembuluh darah menjadi kaku dan tebal, kadang terjadi penimbunan di sisi dalam pembuluh yang menimbulkan penyempitan. Kondisi ini semakin memperburuk efek tekanan pada darah. Kondisi inilah yang kemudian mengacu pada beberapa kondisi yang bisa mengarah pada serangan stroke.

Yang jelas, dengan tekanan darah yang tinggi dan gangguan pada dinding pembuluh darah, maka aliran darah akan turut terganggu. Peredaran darah menjadi tidak lancar, melambat, dan kadang tidak bisa optimal mencapai beberapa area tubuh akibat penyempitan pada sejumlah pembuluh darah.

Kondisi ini dapat mulai menyebabkan beragam keluhan, misalnya rasa kesemutan di beberapa area sendi tangan, jari-jari, atau kaki. Keluhan yang juga lazim muncul adalah sakit serta kaku di area leher dan kepala. Ini karena aliran darah menuju otak bekerja melawan gravitasi, sehingga semakin berat tugas sistem peredaran darah untuk melawan tekanan dan sumbatan yang mungkin terbentuk di area ini.

Perlambatan aliran darah ini kemudian memberi imbas cukup kuat pada jantung. Masalahnya jantung dipaksa bekerja ekstra supaya mendorong aliran darah semakin kuat. Otot-otot jantung yang bekerja lebih keras ini pada akhirnya mengalami masalah.

Bisa saja terjadi masalah kesehatan yang disebut ‘angin duduk’—kondisi yang terjadi akibat darah yang masuk ke dalam jantung tidak optimal. Jantung memompa namun tidak ada cukup darah yang memadai sehingga terbentuk semacam ruang kosong yang terisi udara. Kondisi ini memicu efek seperti masuk angin akut yang bisa mematikan.

Kerusakan Parah Akibat Tekanan Darah Tinggi

Masalah yang lebih serius adalah pembengkakan jantung akibat otot-otot yang dipaksa bekerja terlalu keras sampai terjadi kerusakan otot, inflamasi, dan pembengkakan pada jaringan otot jantung. Otot-otot yang membengkak dan menebal ini membuat jantung kesulitan untuk memompa darah, gerakan jantung menjadi kaku, dan sulit berdetak sebagaimana mestinya.

Masalah yang paling dikhawatirkan adalah ketika pengidap tekanan darah tinggi tak juga melakukan diet untuk mengurangi garam dan kolesterol dalam tubuh mereka. Maka ada kemungkinan pasien selanjutnya mengalami serangan stroke atau serangan jantung akut.

Pada kasus stroke, akibat dinding pembuluh darah yang menjadi kaku, tebal, dan tidak elastis, maka tekanan darah yang berlebihan pasca mengkonsumsi terlalu banyak garam akan memicu koyaknya pembuluh darah.

Kondisi ini sangat buruk, karena dengan demikian aliran darah terhenti akibat koyaknya pembuluh darah. Dan bila kondisi ini menyebabkan gangguan pada aliran darah dalam otak, menuju atau keluar dari otak, maka membuat seseorang memasuki koma—pasien kehilangan kesadaran dan kemampuan mengendalikan sistem sarafnya, sebuah kondisi yang kemudian disebut stroke hemoragik. Kasus stroke jenis ini biasanya lebih sulit untuk diatasi, bahkan sangat tinggi risiko kematiannya.

Kasus stroke lainnya diakibatkan pembuluh darah yang terus mengalami penyempitan sampai akhirnya tertutup, juga bisa mengacu pada kondisi stroke yang hampir serupa. Hanya saja pada kondisi ini (stroke iskemik), penyebab utamanya adalah kadar kolesterol yang tinggi. Konsumsi garam berlebihan juga bisa menjadi pemicu, tetapi biasanya hanya sebagai faktor tambahan saja.

Masalah tekanan darah tinggi juga bisa menyebabkan kerusakan jantung yang serius, bahkan bisa memicu kematian. Ini terjadi bila dinding jantung atau pembuluh dalam jantung pecah seiring dengan tekanan darah yang tinggi. Pada kondisi ini pasien sulit untuk diselamatkan.

Dan tentu saja, tekanan darah tinggi juga dapat memengaruhi kinerja otak. Stroke sendiri adalah kerusakan otak akibat aliran darah yang terhenti. Namun otak yang tak cukup tersuplai darah akibat sirkulasi yang tidak lancar juga bisa membentuk sel-sel kelabu— sel dengan komponen mati di dalamnya. Ini mengacu pada kerusakan fungsi ingatan, emosi, kemampuan analisa, sampai kognitif dan motorik. Dan jika keadaannya lebih berat bisa mengacu pada keluhan demensia dan alzheimer.

Terakhir, ternyata juga bisa menyebabkan kerusakan ginjal, bahkan gagal ginjal. Ketika ginjal tidak mendapatkan cukup aliran air, maka urin tidak dapat terbentuk secara optimal. Toksin dan residu tubuh yang semestinya keluar bersama urin, malah mengendap di ginjal hingga akhirnya memicu infeksi ginjal, batu ginjal, atau masalah ginjal lain.

Kadang bersamaan dengan itu, tekanan dari darah juga memengaruhi fungsi ginjal sampai akhirnya memungkinkan terjadinya kerusakan pada pembuluh darah menuju ginjal. Kondisi ini memicu terjadinya gagal ginjal.

Batas Konsumsi Garam yang Aman

Bagaimanapun tubuh manusia tetap membutuhkan garam untuk fungsi peredaran darah dan kinerja ginjal bekerja optimal. Akan tetapi bukan berarti Anda bebas mengonsumsi garam sebanyak yang diinginkan karena bisa memicu peningkatan tekanan darah.

Pahamilah seberapa besar kebutuhan tubuh Anda akan natrium dari garam. Biasanya semakin berat aktivitas fisik seseorang, semakin besar kebutuhan natrium mereka. Karena mereka yang banyak beraktivitas fisik biasanya akan berkeringat banyak, dan karena produksi keringat itu juga terjadi pelepasan natrium dalam jumlah besar.

Kadar yang lazim dibutuhkan oleh orang dewasa normalnya berkisar antara 2000 – 5000 mg per hari. Sedangkan pada kasus pengidap penyakit tekanan darah tinggi, haruslah dilakukan penyesuaian.

Anda bisa turunkan sementara asupan garam hingga pada level rendah selama 3 sampai 15 hari. Jika tekanan darah sudah kembali normal, barulah Anda dapat mengembalikan kadar konsumsi garam ke level moderat. Setidaknya pastikan asupan garam ke dalam tubuh tidak mencapai angka di bawah 1000 mg asupan per hari.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}