Daun Stevia, Pengganti Gula yang Jauh Lebih Sehat


By Cindy Wijaya

Daun tanaman stevia adalah alternatif gula alami yang sedang dikembangkan untuk menjadi sumber pemanis utama di masa depan. Meskipun gula stevia bisa dikonsumsi siapa saja, tapi ada orang-orang yang mendapat lebih banyak manfaat. Misalnya mereka yang mengidap diabetes, yang sedang mengurangi asupan kalori, dan juga anak-anak.

Apa sebenarnya daun tanaman stevia itu? Apa kelebihan pemanis dari daun stevia dibandingkan dengan gula biasa? Apa saja manfaat gula stevia bagi kesehatan? Dalam artikel ini Anda akan dibantu untuk mendapatkan penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Mari kita bahas satu per satu.

Apa Sebenarnya Tanaman Stevia Itu?

Stevia (Stevia rebaudiana) adalah tanaman menahun (perennial) yang dapat tumbuh 65 hingga 80 cm, dan memiliki daun-daun yang tumbuh saling berlawanan di batangnya. Sebenarnya ada beberapa spesies tanaman stevia berbeda yang mengandung senyawa-senyawa pemanis, namun spesies S. rebaudiana merupakan yang paling manis di antara semuanya.

Tingkat kemanisan ekstrak stevia ditemukan lebih tinggi daripada ekstrak dari tanaman pemanis alami lainnya, seperti lo han kuo (Siraitia grosvenorii) dan saga rambat (Abrus precatorius).

Tanaman ini berasal dari Paraguay dan secara tradisional telah digunakan sebagai pemanis minuman teh dan obat-obatan oleh penduduk asli sana sejak ratusan tahun lalu. Stevia adalah tanaman subtropis semi-lembap yang dapat dengan mudah ditanam seperti tanaman sayuran lainnya, bahkan di pekarangan rumah sendiri. Stevia juga punya daya adaptasi lingkungan yang luar biasa, mulai dari lingkungan tropis hingga ke lingkungan dingin yang cukup ekstrem.

Jika di wilayah subtropis stevia dapat tumbuh di dataran rendah (di bawah 200 m dpl) , maka di wilayah tropis tanaman ini bisa tumbuh di ketinggian 250 m dpl (seperti di daerah Bogor). Namun jika ingin optimal pertumbuhannya, stevia baiknya ditanam di ketinggian 800 – 2000 m dpl (seperti di kawasan Puncak Bogor dan Ciwidey Bandung) dan dengan suhu berkisar 20 – 30 derajat C.

Di Indonesia, pertumbuhan tanaman stevia tidak bergantung pada musim. Karena itulah daun stevia bisa dipanen 6 – 10 kali setiap tahun selama satu siklus hidupnya yang sekitar 2 – 4 tahun. Pemanenan daun stevia yang terbaik dilakukan menjelang tanaman berbunga.

Penggunaan gula dari stevia diperkirakan akan melonjak tinggi di masa depat seiring dengan semakin bertambahnya pengidap diabetes, obesitas, dan meningkatnya minat masyarakat terhadap produk alami.

tanaman stevia
Tanaman Stevia (Credit: Dirkr / iStock)

Apa yang Terkandung di Dalam Daun Stevia?

Stevia mengandung 8 jenis glikosida. Mereka adalah konstituen-konstituen manis yang diambil dan dimurnikan dari daun stevia. Kedelapan glikosida tersebut yaitu: stevioside, rebaudioside A, rebaudioside C, rebaudioside D, rebaudioside E, rebaudioside F, steviolbioside, dan dulcoside A.

Konstituen yang paling banyak terkandung di daun stevia adalah stevioside dan rebaudioside A (reb A). Steviosida dan reb A diperkirakan memiliki tingkat kemanisan 150 – 400 kali lebih tinggi daripada gula tebu (sukrosa). Namun untuk mendapatkan produk gula siap konsumsi dari daun stevia, dibutuhkan proses yang cukup panjang.

Dua konstituen itu perlu diekstrasi melalui proses pemanenan daun, kemudian pengeringan, ekstraksi air, dan pemurnian. Stevia kasar, produk olahan sebelum dimurnikan, sering kali masih membawa rasa pahit dan bau busuk sebelum diputihkan atau dihilangkan warnanya. Diperlukan sekitar 40 langkah hingga memperoleh ekstrak akhir.

Apa Saja Manfaat Gula dari Daun Stevia?

Daun tanaman stevia adalah bahan pemanis alami non-kalori yang telah digunakan di seputar dunia. Tapi apakah manfaatnya hanyalah sebatas sebagai alternatif gula tanpa kalori? Tidak. Anda juga akan menikmati sejumlah manfaat berikut ini jika mulai menggunakan gula stevia.

Mengendalikan Diabetes

Penelitian menunjukkan bahwa gula stevia tidak, atau hanya sangat sedikit, mengandung kalori atau karbohidrat. Dan juga tidak berpengaruh pada gula darah maupun respons insulin. Artinya orang-orang dengan diabetes bisa lebih leluasa mengonsumsi makanan atau minuman yang diberi pemanis stevia.

Penelitian juga menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan diabetes tipe 2 mengalami penurunan signifikan pada gula darah dan respons glukagon-nya setelah mengonsumsi stevia. Glukagon adalah hormon yang mengatur kadar gula darah.

Mengendalikan Berat Badan

Salah satu penyebab utama kegemukan ialah sering mengonsumsi makanan/minuman yang diberi gula tambahan. Karena gula dari daun stevia adalah pemanis non-kalori, maka menggunakannya sebagai pemanis pengganti dapat membantu mengurangi asupan kalori, tanpa mengurangi rasa manisnya.

Membantu Pencegahan Kanker Pankreas

Stevia mengandung banyak kandungan senyawa sterol dan antioksidan, termasuk kaempferol. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kaempferol mampu mengurangi risiko terkena kanker pankreas hingga sebesar 23 persen.

Mengendalikan Tekanan Darah

Kandungan-kandungan glikosida tertentu pada ekstrak stevia diketahui bisa melebarkan pembuluh darah. Mereka juga bisa meningkatkan pembuangan natrium dan urin dari dalam tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa stevia dapat membantu menurunkan tekanan darah karena diduga memiliki aktivitas kardiotonik. Kardiotonik artinya kemampuan untuk menormalkan tekanan darah dan mengatur detak jantung.

Daun Stevia Aman bagi Anak-Anak

Makanan dan minuman yang diberi gula dari daun stevia adalah pilihan aman untuk mengurangi asupan kalori kosong pada anak-anak. Karena rasanya yang sama manisnya, bahkan bisa lebih manis, makanan dan minuman tersebut tetap disukai anak-anak. Mengurangi asupan kalori kosong akan membantu mencegah anak-anak menjadi kegemukan.

Daun Stevia Aman bagi Penderita Alergi

Pada 2010, European Food Safety Committee (EFSA) telah meninjau apakah stevia dapat menimbulkan reaksi alergi pada seseorang. Disimpulkan bahwa kandungan-kandungan glikosida pada stevia tidak menimbulkan reaksi alergi dan juga tidak diubah oleh tubuh menjadi senyawa yang menimbulkan alergi. Oleh sebab itu, kemungkinannya sangat kecil bagi gula stevia untuk menyebabkan reaksi alergi.

tanaman stevia
Tanaman Stevia (Credit: Casadaphoto / Shutterstock)

Apakah Ada Efek Samping Stevia yang Harus Diwaspadai?

Penelitian oleh Stephen D. Anthon dari Universitas Florida dan rekan-rekannya telah memperjelas bahwa ekstrak stevia bebas dari efek samping. Salah satu senyawa glikosida utama yang telah dimurnikan dari stevia, yaitu rebaudiosida A, telah diberi status GRAS (Generally Recognized as Safe atau secara umum dianggap aman) oleh lembaga FDA Amerika Serikat di tahun 2008 dan di Uni Eropa pada tahun 2011.

Meski ekstrak stevia dianggap aman, namun daun stevia utuh belum diberi status GRAS. Tidak adanya status GRAS oleh FDA bukan berarti stevia adalah tanaman yang berbahaya. Anda tetap bisa mengonsumsinya dengan cara-cara lain, dan tanaman ini pun sudah digunakan secara tradisional selama ratusan tahun di tempat asalnya.

Dahulu sempat ada dugaan bahwa stevia dapat berbahaya bagi kesehatan ginjal. Namun sebuah penelitian oleh Defence Food Research Laboratory (DFRL) di India yang dilakukan pada hewan percobaan menunjukkan bahwa suplemen dari daun stevia justru memiliki kemampuan untuk melindungi ginjal dan mengurangi dampak diabetes.

Penjelasan oleh College of Family Physicians of Canada (CFPC) juga memperlihatkan bahwa stevia aman dikonsumsi meski sedang hamil, asalkan dalam jumlah yang tidak berlebihan.

Akan tetapi ada pengecualian pada sejumlah produk gula stevia yang mengandung gula alkohol. Orang-orang yang sensitif terhadap gula alkohol mungkin akan mengalami efek samping berupa perut kembung, kram perut, mual, dan diare. Contoh-contoh gula alkohol misalnya xylitol, erythritol, sorbitol, dan maltitol.

Asalkan stevia melalui proses ekstraksi yang tepat sehingga diperoleh produk ekstrak stevia yang murni, dan asalkan dikonsumsi dalam jumlah tidak berlebihan, maka gula stevia tidak akan menyebabkan efek samping yang perlu dikhawatirkan.

Kesimpulan: Stevia Jauh Lebih Sehat Daripada Gula Biasa

Gula dari daun stevia adalah bahan pemanis alami yang tidak mengandung kalori sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes dan mereka yang sedang ingin mengurangi berat badan. Masalah kegemukan atau obesitas sudah menjadi masalah global yang serius, karena merupakan salah satu pemicu utama berbagai penyakit lainnya. Penderita diabetes juga terus meningkat, tak terkecuali di Indonesia.

Banyak pihak mengharapkan agar penggunaan gula stevia semakin ditingkatkan dan diluaskan di berbagai kalangan masyarakat untuk menekan jumlah kasus diabetes dan obesitas. Semoga nantinya tanaman stevia bisa lebih banyak dibudidayakan dan dipergunakan agar masyarakat bisa lebih sehat.

Demikianlah artikel ini yang mengulas tentang daun stevia. Ini adalah bagian dari seri artikel herbal yang mengupas beragam jenis tanaman bermanfaat di Indonesia. Perkaya wawasan herbal Anda dengan membaca artikel-artikel menarik lain seputar pemanfaatan herbal hanya di Deherba.com.

Sumber

Referensi Daun Stevia:

Goyak, S. K., dkk. (2010). Stevia (Stevia rebaudiana) a bio-sweetener: a review. International Journal of Food Sciences and Nutrition. 61 (1): 1-10. DOI: 10.3109/09637480903193049

Nichols, Hannah. What Is Stevia?. Updated: 2018-01-04. URL: https://www.medicalnewstoday.com/articles/287251.php. Accessed: 2019-06-18

Sumaryono & Sinta, Masna. (2008). Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Stevia. Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia. Bogor

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}