Diet Terapi Enzim Untuk Kesehatan yang Lengkap

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

Oktober 20, 2016


Seorang pelopor terapi enzim, Dr. Edward Howell, mengatakan bahwa enzim adalah zat yang memungkinkan kehidupan. Jika tubuh kehabisan enzim, maka tidak akan ada aktivitas apapun yang bisa berlangsung dalam tubuh. Karena itulah perlu diupayakan untuk menambahkan jumlah enzim sekaligus menghemat penggunaan jumlah enzim dalam tubuh—prinsip utama diet terapi enzim.

Secara teori, mengupayakan diet terapi enzim cukup mudah, kita hanya perlu mengubah pola makan, kebiasaan, serta menjaga pikiran tetap positif. Semua upaya ini dilakukan demi memenuhi kecukupan enzim dalam tubuh karena kebutuhan enzim merupakan fokus tujuan utama dari terapi enzim. Dan ini dilakukan dengan menghemat enzim pangkal serta mengonsumsi makanan kaya enzim.

1. Perbandingan Menu Makanan Kaya Enzim

Enzim diproses di dalam tubuh dalam jumlah konstan sejak kita kecil. Jumlah enzim yang diproses akan berkurang ketika Anda beranjak dewasa. Oleh sebab itulah Anda perlu menjaga agar jumlah enzim pangkal dan enzim-enzim lain di dalam tubuh tidak terlalu cepat habis dengan mengonsumsi beragam jenis makanan kaya enzim, misalnya sayura, buah-buahan, dan biji-bijian.

Menu makanan sehari-hari untuk diet terapi enzim sebaiknya menggunakan perbandingan 85% makanan nabati dan 15% makanan hewani. Dalam perbandingan tersebut terdiri dari:

  • Sekitar 40-50% biji-bijian utuh. Seperti: beras merah, gandum, polong-polongan, kacang kedelai, kacang hitam, kacang merah, dan lain sebagainya. Biji-bijian mengandung penghambat (inhibitor) enzim sehingga harus diolah terlebih dulu sampai matang dalam suhu yang tinggi.
  • Sekitar 10 -15% protein hewani atau setara dengan 115 gram sehari. Seperti: daging ikan, daging unggas, daging sapi, dan telur. Sebisa mungkin batasi konsumsi daging merah dan ganti dengan daging ikan.
  • 30% buah-buahan dan sayuran. Seperti: berbagai macam buah, sayuran hijau, sayuran kuning, sayuran warna lain, dan umbi-umbian. Sebaiknya sayuran tidak dimasak lebih dari 2 menit, dan lebih baik lagi jika Anda bisa mengonsumsinya mentah-mentah.

Biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran tidak boleh sehari pun dilewatkan. Jika Anda selama ini jarang makan buah, maka mulai saat ini cobalah biasakan diri lebih sering makan buah, setidaknya sebanyak 3 kali sehari.

2. Mengonsumsi Makanan Mentah

Dalam bukunya yang berjudul “The Enzyme Nutrition”, Dr. Edward Howell, mengatakan bahwa penyakit degeneratif (seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, dan osteoporosis) dan penyakit berat lainnya lebih sering dialami setelah manusia menemukan fungsi api sebagai alat pemanas untuk memasak makanan. Sebelum itu manusia selalu mengonsumsi makanan mentah seperti buah-buahan, sayuran, ikan segar, dan lain sebagainya.

Ketika bahan makanan dimasak dengan suhu tinggi (di atas 40 derajat C), maka enzim yang dikandungnya akan rusak. Padahal pencernaan kita membutuhkan bantuan enzim makanan untuk mencerna makanan. Sebenarnya ada 3 jenis utama yaitu enzim pencernaan, enzim makanan, dan enzim metabolisme.

Enzim makanan yang dimiliki bahan-bahan makanan sudah rusak sehingga tidak dapat membantu proses mencerna. Dan untuk membantu kerja enzim pencernaan, diturunkanlah bantuan enzim metabolisme untuk ikut mencerna makanan yang sudah habis enzimnya.

Akhirnya hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah enzim di dalam tubuh dan jika terjadi terus lama-kelamaan jumlah enzim dalam tubuh akan cepat habis. Karena itu Anda sebaiknya lebih banyak mengonsumsi makanan segar jika itu mungkin.

3. Susu Segar yang Diproses dengan Suhu Rendah Lebih Baik

Susu yang diolah melalui proses pasteurisasi dan homogenisasi membuat enzim di dalam susu rusak dan hilang. Apabila Anda tidak ingin menghentikan konsumsi susu, sebaiknya pilihlah susu segar yang diolah dengan suhu rendah. Sekitar 50 tahun yang lalu sebelum dikenal proses pasteurisasi massal, ada tren diet susu mentah yang dilaporkan berhasil untuk mengatasi berbagai penyakit.

Ini karena susu segar mengandung banyak enzim bermanfaat seperti enzim laktase. Di samping itu, susu segar juga mengandung laktoferin serta antioksidan. Sayangnya kandungan-kandungan bermanfaat itu menghilang jika diproses secara pasteurisasi atau homogenisasi. Jadi sebaiknya Anda berhati-hati memilih produk susu yang hendak diminum, pastikan memilih susu segar yang tidak melewati kedua proses tersebut.

4. ASI Adalah Sumber Enzim yang Luar Biasa

Bagi seorang bayi ASI adalah sumber enzim yang terbaik. ASI juga mengandung segudang nutrisi hidup yang tidak dapat disamai dengan teknologi secanggih apapun. Bahkan susu sapi segar pun tidak sanggup menyamai kehebatan ASI bagi seorang bayi, apalagi susu formula atau susu hasil pasteurisasi lainnya.

ASI mengandung nutrisi yang lengkap sekaligus enzim bermanfaat untuk menunjang kehidupan awal seorang manusia. Seorang bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan lalu ditambahkan makanan pendamping ASI di bulan-bulan selanjutnya namun tetap meminum ASI sampai 2 tahun penuh memiliki bekal enzim serta nutrisi yang mencukupi untuk tumbuh-kembangnya ke depan.

5. Madu Adalah Suplemen Alami yang Kaya Enzim

Madu mengandung sejumlah besar enzim sehingga sangat bermanfaat bagi tubuh Anda. Kandungan enzim tersebut berasal dari ludah lebah yang membuat madu serta dari sari-sari tumbuhan yang dihisap lebah. Di samping itu, Anda juga bisa mendapatkan enzim dari madu embun yang dihasilkan oleh serangga pengisap.

Madu mengandung enzim peroksidae, katalase, oksidae, invertase, protease, dan diastase. Invertase berfungsi untuk memecah glukosa dan fruktosa. Diastase adalah enzim yang berfungsi untuk mengubah zat tepung menjadi dekstrin serta maltosa.

Oksidae punya tugas untuk mengkatalis hidrogen, katalase untuk membunuh perkembangbiakkan bakteri. Kemudian peroksida untuk melindungi lipid membran sel serta hemoglobin dari racun. Dan enzim protease berfungsi untuk menghidrolisis protein. Karena mengandung enzim-enzim itulah yang menjadikan madu sangat baik untuk membantu mencukupi kebutuhan enzim dalam tubuh Anda.

6. Air Sangat Baik Bagi Enzim

Tubuh manusia dewasa terdiri dari sekitar 70% air. Karena itulah sistem metabolisme tubuh sangat membutuhkan air. Ketika air ditelan melewati mulut, air akan masuk melalui kerongkongan lalu mengalir ke sistem pencernaan sebelum akhirnya dialirkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Itu sebabnya semakin banyak air yang diserap tubuh, semakin lancar juga peredaran darah sehingga menghasilkan sistem metabolisme tubuh.

Asupan air yang mencukupi juga membantu menurunkan kadar kolesterol darah serta menstabilkan trigliserida darah. Air juga bermanfaat untuk mengaktifkan kehidupan bakteri usus dan enzim. Untuk mengeluarkan kotoran dan racun dari dalam tubuh juga dibutuhkan air, karena toksin, dioksin, dan zat-zat berbahaya lain dalam tubuh akan dibilas oleh air kemudian dikeluarkan melalui urine atau keringat.

Area-area tubuh yang sering diserang oleh bakteri atau virus, misalnya bronkus, mukosa lambung, dan usus, dapat dilembapkan jika Anda mengonsumsi cukup banyak air sehingga area-area tersebut dapat dilindungi dari serangan virus serta bakteri. Tetapi jika tidak ada cukup air, maka area tersebut akan mengering sehingga dapat dengan mudah ditempeli virus atau bakteri.

Oleh sebab itu, minum air adalah kunci penting dalam diet terapi enzim agar tubuh bisa berfungsi maksimal. Konsumsi air yang tepat dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • Saat bangun tidur tubuh mengalami dehidrasi karena semalaman Anda tidak minum air. Karena itu minumlah 1-3 gelas air secara bertahap di pagi hari. Tunggulah sekitar 30-45 menit setelah minum air baru kemudian Anda bisa mengonsumsi sarapan.
  • Biasakan minum 2-3 gelas air sekitar 1 jam setiap sebelum waktu makan. Inilah waktu yang tepat bagi lambung dan tubuh untuk menerima air, karena jika tepat sebelum makan bisa membuat lambung penuh dan berkurang selera makan. Tetapi jika pada saat sedang makan, air yang dikonsumsi dapat merusak enzim di air liur dan organ pencernaan.
  • Jangan lupa untuk minum air di sela-sela aktivitas sehari-hari agar tubuh tidak dehidrasi.

Minumlah air yang berkualitas baik—yang jernih, bersih, dan bersifat basa. Jangan minum air yang mengandung klorin atau zat berbahaya lainnya. Tetapi pilihlah air minum yang memiliki kekuatan reduksi besar dan mengandung banyak minera—misalnya air yang berasal dari mata air pegunungan atau air yang sudah melewati proses penjernihan dengan mesin penjernih air yang berkualitas.

Ingatlah selalu prinsip utama dari diet terapi enzim—menambahkan jumlah enzim sekaligus menghemat penggunaan jumlah enzim dalam tubuh. Pola makan serta gaya hidup Anda sehari-hari sangat memengaruhi seberapa banyak enzim yang digunakan. Selain itu kondisi hati Anda juga dapat memengaruhi jumah enzim. Rasa tidak puas, amarah, atau sifat masa bodoh akan memberikan dampak yang sangat negaitf jika dibiarkan tertimbun.

Meskipun dampaknya tidak terlihat, tetapi tidak dapat dipungkiri amulasi perasaan negatif akan mengakibatkan gangguan kesehatan di suatu saat nanti. Tidak jarang, perasaan negatif mengubah kebiasaan makan seseorang, mungkin jadi lebih banyak atau tidak terkendali atau malah tidak mau makan.

Salah satu cara terbaik untuk menyingkirkan perasaan negatif adalah dengan menunjukkan kasih sayang kepada setiap orang dan mensyukuri apa yang sudah Anda miliki meskipun kadang mengalami kegagalan. Pola makan yang sehat, kebiasaan baik, serta pikiran positif adalah paket lengkap menuju keberhasilan diet terapi enzim.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}