Aflatoksin: Zat Beracun yang Mengancam Bahan Pangan


By Cindy Wijaya

Aflatoksin adalah zat beracun yang dihasilkan oleh jenis jamur kapang yang ada di seluruh dunia. Mereka dapat mencemari tanaman pangan dan menimbulkan ancaman kesehatan serius bagi manusia maupun hewan ternak. Jenis yang paling bersifat toksik adalah aflatoksin B1 yang sering menjadi pencemar pada kacang tanah, jagung, dan biji kapas.

Dalam artikel ini akan dibahas mengenai bahan pangan yang dapat terkontaminasi aflatoxin, efek aflatoxin pada kesehatan, gejala-gejala pada manusia jika terjadi keracunan aflatoxin (aflatoksikosis), serta cara mencegah masuknya aflatoxin ke dalam tubuh.

Apa Saja Bahan Pangan yang Bisa Terkontaminasi Aflatoksin?

Aflatoxin ada dalam berbagai jenis bahan pangan, seperti pada jenis serealia, rempah-rempah, kacang-kacangan, susu, dan produk makanan yang dibuat dari bahan-bahan itu, misalnya roti dan selai kacang. Pada umumnya yang paling sering tercemar oleh aflatoksin adalah jagung, kacang tanah, dan biji kapas.

Zat beracun ini biasanya terdapat pada tanaman yang belum dipanen. Pada tanaman yang sudah dipanen, zat beracun ini bisa mengontaminasi apabila hasil panennya terlambat dikeringkan atau disimpan dalam keadaan lembap. Jamur kapang juga dapat masuk ke bahan pangan yang sudah disimpan melalui bantuan serangga atau tikus.

Beberapa jenis aflatoksin (14 atau lebih) dihasilkan secara alami di alam, tetapi hanya empat (aflatoksin B1, B2, G1, dan G2) yang khususnya berbahaya bagi manusia dan hewan. Keempat jenis alfatoksin itu ditemukan pada semua bahan pangan utama, tetapi yang paling sering meracuni manusia adalah alfatoksin yang ada pada kacang tanah (dan kacang-kacangan lainnya), serealia, dan produk olahannya.

Selain itu ada juga aflatoxin M1, produk dari metabolisme aflatoksin B1, dapat ditemukan pada susu di tempat-tempat dimana pencemaran zat beracun ini tergolong tinggi. Manusia dapat terkena aflatoxin ini jika mengonsumsi susu atau produk olahannya, terutama di tempat dimana hewan ternak diberi makan bahan pangan yang berkualitas buruk.

Jamur Kapang Penghasil Aflatoksin
Aspergillus Flavus, Salah Satu Spesies Jamur Kapang Penghasil Aflatoxin (Credit: Tyrannosaurus / BigStock)

Apa Efek Aflatoksin pada Kesehatan?

Aflatoxin diketahui memiliki efek karsinogenik pada tikus percobaan serta memiliki efek toksisitas akut pada manusia. Karsinogenik artinya dapat menyebabkan penyakit kanker. Sedangkan toksisitas artinya dapat menimbulkan kerusakan di dalam tubuh.

Pada beberapa spesies binatang, aflatoxin diketahui bisa menyebabkan sirosis, karsinoma hati, nekrosis akut, dan berpotensi mengganggu sistem kekebalan tubuh. Dan tidak ada binatang yang kebal dengan efek toksisitas akut dari zat beracun ini.

Karena itulah timbul kekhawatiran bahwa zat beracun ini juga bisa menimbulkan efek yang serupa pada manusia. Pada sebagian besar spesies binatang, LD50 dari aflatoxin ada di antara 0,5 sampai 10 mg/kg berat badan. LD50 adalah jumlah (dosis) zat yang diberikan sekaligus yang menyebabkan kematian pada 50% (setengah) dari sekelompok hewan yang diuji.

Lembaga IARC (International Agency for Research on Cancer) pada tahun 1988 telah memasukkan aflatoksin B1 ke dalam daftar karsinogen pada manusia. Ini karena sejumlah hasil penelitian epidemiologi yang diadakan di Asia dan Afrika mendapati adanya hubungan positif antara asupan aflatoxin dengan kanker sel hati (liver cell cancer).

Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan sebagai pemicu terjadinya penyakit yang berkaitan dengan aflatoxin pada manusia. Faktor-faktor itu misalnya usia, keadaan nutrisi, dan/atau infeksi virus, bakteri, atau parasit lainnya.

Apa Gejala-Gejala dari Keracunan Aflatoxin?

Kita bisa keracunan aflatoxin melalui makanan yang dikonsumsi. Keracunan akibat memakan sesuatu yang tercemar aflatoxin disebut “aflatoksikosis”. Di beberapa negara, terutama di negara-negara berkembang, seperti India, Uganda, dan Taiwan telah dilaporkan terjadinya kasus aflatoksikosis akut pada manusia.

Di negara-negara maju, pencemaran aflatoxin pada bahan pangan jarang terjadi sampai pada titik dimana itu menyebabkan aflatoksikosis akut terhadap manusia. Namun masih belum diketahui dengan jelas seberapa rentan manusia terhadap aflatoksikosis.

Kasus aflatoksikosis jarang dilaporkan terjadi pada manusia, namun itu lebih karena kebanyakan kasusnya tidak dikenali sebagai aflatoksikosis. Suatu penyakit atau masalah kesehatan sebaiknya dicurigai sebagai aflatoksikosis apabila menunjukkan gejala-gejala seperti berikut:

  • Penyebab penyakit tidak bisa langsung dikenali.
  • Penyebab penyakit mungkin akibat mengonsumsi jenis makanan tertentu.
  • Penyakitnya tidak menular.
  • Obat antibiotik atau obat lainnya tidak banyak membantu.
  • Penyakit itu bersifat musiman (kondisi cuaca bisa memengaruhi pertumbuhan jamur kapang).

Efek aflatoksikosis (pada manusia dan binatang) dapat dibagi menjadi dua tipe: aflatoksikosis akut (jangka pendek) dan aflatoksikosis kronis (jangka panjang). Aflatoksikosis akut bisa disebabkan oleh konsumsi aflatoksin dalam jumlah sedang sampai tinggi.

Beberapa gejala umum keracunan aflatoksin akut adalah pembengkakan pada bagian bawah tubuh, sakit perut, dan muntah. Gejala lainnya yaitu pendarahan, kerusakan hati akut, edema, gangguan pencernaan, dan bahkan kematian.

Aflatoksikosis kronis bisa disebabkan oleh konsumsi aflatoksin dalam jumlah rendah hingga sedang. Gejala yang muncul biasanya tidak terlalu kentara dan susah dikenali. Gejala-gejala tersebut antara lain berkurangnya laju pertumbuhan, berkurangnya produksi susu atau telur (pada hewan ternak), dan menurunnya kekebalan tubuh.

Keracunan aflatoksin B1 juga ada kaitannya dengan efek karsinogenik. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati yang dicirikan dengan gejala kekuningan pada mata dan kulit (jaundice) serta pembengkakan kantung empedu. Dan akibat menurunnya kekebalan tubuh, maka tubuh juga akan rentan mengalami infeksi dari bakteri, virus, atau jamur lainnya.

Bagaimana Cara Mencegah Aflatoksikosis?

Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya keracunan aflatoksin, pabrik bahan pangan harus benar-benar memastikan agar bahan yang mereka pilih dan proses produksi mereka terbebas dari risiko pencemaran jamur kapang. Bagi kita secara pribadi, kita perlu menyimpan dan mengolah bahan pangan dengan baik supaya mencegah pertumbuhan jamur kapang.

Berikut adalah tips-tips untuk menghindari makanan yang telah terkontaminasi racun aflatoxin:

  • Periksa dengan teliti semua bahan pangan, termasuk beras, jagung, kacang, dan lain sebagainya untuk memeriksa apakah ada jamur, dan buang semua yang sudah berjamur, berubah warna, atau ciut.
  • Sebisa mungkin hanya beli biji-bijian dan kacang-kacangan yang segar; yang ditanam dekat dengan rumah, dan yang masih baru dipanen.
  • Hanya beli kacang dan selai kacang dari merek yang terpercaya. Jamur kapang penghasil aflatoksin tidak sepenuhnya mati oleh pemrosesan atau pemanggangan, sehingga dapat muncul dalam produk olahan kacang seperti selai kacang tanah.
  • Pastikan bahan makanan disimpan dengan benar dan tidak disimpan untuk waktu lama sebelum digunakan. Sebaiknya simpan bahan makanan di tempat kering dan sejuk, atau di dalam
  • Pastikan untuk mengonsumsi beraneka jenis bahan makanan. Ini tidak hanya untuk menghindari keracunan aflatoxin, tetapi juga meningkatkan kesehatan dan asupan nutrisi. Seseorang yang hanya mengonsumsi satu atau beberapa jenis bahan pangan utama (misalnya jagung) lebih riskan mengalami aflatoksikosis.
Aflatoksin pada Kacang Tanah
Aflatoksin pada Kacang Tanah (Photo by IITA, CC BY-NC)

Kesimpulan tentang Aflatoxin

Aflatoksin adalah zat beracun yang dihasilkan oleh jenis jamur kapang yang bisa tumbuh pada jagung, kacang tanah, biji kapas, dan bahan-bahan pangan lainnya. Ada beberapa jenis aflatoksin, tetapi hanya empat (aflatoksin B1, B2, G1, dan G2) yang khususnya berbahaya bagi manusia dan hewan.

Pada tahun 1988 lembaga IARC telah memasukkan aflatoksin B1 ke dalam daftar karsinogen pada manusia. Karsinogen artinya zat tersebut dapat menyebabkan penyakit kanker. Selain itu aflatoxin juga diketahui memiliki efek toksisitas pada manusia. Toksisitas artinya dapat menimbulkan kerusakan di dalam tubuh.

Seseorang dapat dicurigai mengalami penyakit atau masalah kesehatan akibat keracunan aflatoxin (aflatoksikosis) apabila: penyebab penyakitnya tidak bisa segera dikenali, penyebab penyakitnya mungkin akibat jenis makanan tertentu, penyakitnya tidak menular, obat antibiotik atau obat lainnya tidak banyak membantu, atau penyakit itu bersifat musiman.

Untuk mencegah keracunan aflatoxin, kita perlu dengan cermat memilih dan menyimpan bahan pangan yang akan dikonsumsi. Jangan pilih bahan pangan yang sudah berubah warna, berbau, atau berjamur. Dan simpanlah bahan pangan di tempat yang sejuk dan kering, atau di dalam freezer.

Demikianlah artikel ini yang mengulas tentang aflatoksin. Semoga informasi ini dapat membuat Anda lebih waspada terhadap kesehatan diri sendiri maupun keluarga. Temukan juga ulasan-ulasan menarik lain seputar kesehatan hanya di Deherba.com.

Sumber

Sumber Referensi:

WHO. (2018). Aflatoxins. URL: https://www.who.int/foodsafety/FSDigest_Aflatoxins_EN.pdf. Accessed: 2019-10-08

Badan POM. (2014). Mewaspadai Cemaran Aflatoksin pada Pangan. Accessed: 2019-10-08

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}