Terapi Hipertermia untuk Pengobatan Kanker Serviks

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

April 17, 2017


Kanker serviks masih menjadi catatan terburuk dalam dunia kanker. Sampai saat ini Indonesia sendiri, kasusnya setiap tahun mencapai  15000 kasus baru dengan tingkat kematian yang sangat tinggi, sekitar 600 ribu perbulannya.

Di dunia angka yang ditunjukan dalam data tak lantas lebih baik. Catatan WHO menunjukan pertumbuhan kasus baru pertahunnya bisa mencapai angka 490 ribu pertahun. Dari angka yang yang ada 80% kasus ternyata lebih banyak ditemukan di kawasan negar berkembang.

Budaya pemeliharaan kesehatan termasuk tradisi menjalankan vaksinasi HPV di dunia barat memang sudah lebih baik dibandingkan di negara berkembang, seperti Indonesia. Vaksin sendiri sangat efektif menekan resiko dalam level sangat rendah.

Proses Terbentuknya Kanker Serviks

Kanker serviks terbentuk secara umum dari infeksi. Bersumber dari Cancer Research UK, sel kanker pada dasarnya bisa berasal dari beberapa penyebab, dan salah satunya adalah infeksi yang menyebabkan kerusakan sel secara masif.

Sebenarnya tubuh secara alami memiliki sistem regenerasi sel. Dimana sel yang rusak seperti akibat infeksi dan peradangan akan diperbaiki dan diganti dengan sel baru. Mekanisme yang melibatkan sel induk dan beberapa komponen asam amino, lemak dan komponen senyawa lain.

Namun, bila sel mengalami kerusakan dengan masif, hingga tingkat kerusakan mengalahkan kecepatan dari kemampuan regenerasi tubuh, di saat itulah kemungkinan sel akan berkembang menjadi sel kanker. Kerusakan berkembang menjadi abses atau pembengkakan dengan jaringan meradang dan akhirnya berubah menjadi sel kanker.

Inilah yang terjadi pada kanker serviks. Kanker terbentuk dari infeksi pada area serviks biasanya oleh Human Papiloma Virus atau HPV. Infeksi ini menyebabkan abses serius pada area serviks atau pangkal vagina, kemudian berkembang menjadi sel abnormal yang mengacu menjadi sel kanker.

sel kanker bisa tumbuh karena adanya kerusakan sel yang kronis. kerusakan sel yang tinggi dan berketerusan akan memacu munculnya perilaku pertumbuhan sel yang abnormal hingga akhirnya tumbuh sebagai sel tumor dan berkembang lebih lanjut menjadi sel kanker.

Penanganan Kanker Serviks

Di era modern, kanker serviks sebenarnya tidak lagi semengerikan sebelumnya. Sejak ditemuka metode penanganan kanker dengan cyroterapy, maka kanker serviks selama masih dalam stadium awal dan menengah masih mungkin untuk diatasi.

Terapi Cyroterapy akan dilakukan dengan menyemprotkan gas nitrogen pada sel kanker untuk membekukannya. Ketika sel menjadi beku, kanker bisa ditarik dan dilepas dari area organ untuk dikeluarkan dari dalam tubuh.

Terapi ini dianggap rendah efek samping karena hampir tidak membutuhkan pembedahan. Biasanya memang terapi semacam ini dilakukan pada kanker yang tumbuh pada liang atau kanal, termasuk pada batang tenggorokan dan batang vagina dimana serviks berada.

Hanya saja, ketika sel kanker sudah tumbuh dan menyebarkan akarnya, terapi beku ini sama sekali tak lagi bisa diandalkan. Pembekuan tak efektif mematikan penyebaran yang sudah terbentuk sehingga tidak akan mampu mengentaskan masalah kanker serviks dengan efektif.

Hipertermia untuk Kanker Serviks

Di sinilah sejumlah pakar mulai mencari pendekatan berbeda untuk bisa menangani kanker stadium menengah akhir dengan hasil yang lebih efektif. Bisa dikatakan kanker pada stadium ini kerap kali tidak bisa diatasi dan akhirnya berujung kematian karena pada dasarnya sel kanker sudah menyebar dan berakar pada organ. Bahkan mungkin sudah bermetastasis ke bagian-bagian lain tubuh.

Sebuah pengungkapan mengenai terapi kanker yang bisa diterapkan untuk stadium akhir diulas dalam hope4cancer.com. Ulasan ini mengenalkan terapi hipertermia yang bisa dimanfaatkan untuk penanganan sejumlah kasus kanker termasuk kanker serviks.

Hipertermia sendiri sebenarnya adalah metode terapi dimana pasien akan mendapatkan paparan suhu tinggi, baik dari sisi luar maupun dalam tubuh. Pada kasus kanker, suhu tinggi dipandang memberi manfaat mematikan sel kanker.

Pasien akan dinaikan suhunya dalam level tertentu dalam jangka waktu tertentu. Ternyata, menariknya, terapi ini memberi manfaat melemahkan hingga mematikan sel kanker tanp melukai sel sehat yang ada di sekitar sel kanker. Inilah yang menyebabkan terapi ini dipandang cocok untuk kasus stadium akhir dimana sel kanker dan sel sehat akan berdampingan dalam tubuh.

Masih menurut sumber yang sama, dikatakan terapi ini sama sekali bukan terapi baru, bahkan sudah dikenal sejak 20an tahun lalu di Jerman. Terapi ini bekerja dengan cara yang terbilang unik, yakni mengandalkan cangkang atau membran khas dari sel kanker yang sebenarnya digunakan oleh sel kanker sebagai perisai perlindungan.

Pada dasarnya perisai ini bekerja melindungi sel kanker dari serangan sel T dan sel B dari limfosit. Tetapi ketika tubuh dipanaskan dengan metode SonoPhoto Dynamic Therapy yang akan menaikan suhu pasien pada suhu di atas 45oC dalam beberapa waktu, maka panas akan masuk menembus membran tebal ini, untuk kemudian terjebak di dalamnya hingga sel kanker akan terjebak dalam panas dan akhirnya rusak.

Sel sehat tidak akan mengalami keluhan semacam ini sehingga tentu saja bebas dari serangan panas. Ini karena justru sel sehat tidak memiliki perisai perlindungan. Jadi ketika sel sehat terpapar panas, panas akan bersikulasi dengan baik dalam tubuh, dan mencegah sel sehat terjebak panas.

Cara Terapi Hipertermia untuk Kanker Serviks

Pada dasarnya setiap jenis kanker bisa mendapatkan terapi hipertermia. Tetapi keuntungan dari kanker serviks adalah lokasinya di area liang atau kanal. Ini membuat pemanasan bisa berjalan lebih efektif dengan memasukan perangkat terapi ke dalam liang untuk menjaga kestabilan panas pada sisi dalam luar tubuh. Ini sekaligus akan menuntaskan sel kanker dengan lebih merata

Terapi ini dilakukan dengan menggunakan perangkat Sono Photo Dynamic Therapy (SPDT), dimana tubuh pasien akan diberi paparan panas dengan media suara dan cahaya. Proses ini mendorong pemanasan suhu tubuh pasien, sehingga perlu dilakukan dengan berhati-hati dan kenaikan suhu yang perlahan.

Perangkat akan dipasangkan dengan mengapit liang,sehingga pemanasan akan dilakukan di kedua sisi, dari dalam liang dan sisi luar tubuh. Sedang pemanasan juga diberikan untuk seluruh bagian tubuh dengan perangkat yang dipasangkan dari luar. Secara keseluruhan pasien akan mengalami kenaikan suhu sekitar 39oC – 40oC. Sedang pada area dimana kanker diperkirakan tumbuh akan dipanaskan sampai 45oC.

Ketika tubuh pasien dipanaskan, seluruh sel dalam tubuh akan turut mengalami kenaikan suhu. Hanya pada sel kanker dengan membran yang lebih berserat, panas akan tertahan di dalam sel sehingga merusak inti sel. Nukleus sel akan melemah demikian pula dengan membran sel dan elemen protein dalam sel. Ini membuat sel lebih mudah untuk dimatikan.

Biasanya bersamaan dengan terapi hipertermia ini dijalankan, pasien akan mendapatkan sejumlah terapi biologis yang akan membantu melepas sel-sel kanker yang mati untuk dibuang dari dalam tubuh sekaligus mendorong terbentuknya sel-sel baru. Terapi biologis untuk mendorong imunitas juga dilakukan, sehingga serangan sel T dan sel B bisa ditingkatkan selagi sel kanker dalam kondisi lemah.

Pada beberapa terapi konvensional juga diketahui bahwa hipertermia ini memberi bantuan terhadap efektifitas serangan dari kemoterapi dan radioterapi. Hipertermia pada dasarnya bekerja melemahkan sel kanker, sehingga kemoterapi akan lebih efektif dalam mematikan sel kanker, yang sudah pada dasarnya mengalami penurunan.

Sedang pada kondisi pasien kanker stadium awal, dimana sel kanker belum berkembang masif serangan panas sudah cukup untuk membuat sel kanker mati, atau setidaknya pingsan dan dengan mudah dimatikan oleh limfosit tanpa perlawanan.

Hanya saja selama pasien menjalankan terapi ini, pasien harus terus dipantau daya tahannya. Suhu tinggi kadang mempengaruhi sirkulasi darah, kinerja jantung, ginjal dan otak. Tubuh membutuhkan suplai oksigen untuk membantu menjaga ketahanan pembuluh darah dan fungsi otaknya dalam menghadapi suhu tinggi dalam tempo panjang.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}