Jangan Khawatir Bila Bayi Anda Mengalami 5 Masalah Pencernaan Berikut!


By Cindy Wijaya

Bayi dibawah usia 1 tahun memang belum memiliki sistem pencernaan yang sempurna. Itu sebabnya bayi memerlukan waktu untuk memulai asupan pertamanya. Makanan juga harus diberi bertahap dimulai dari tekstur yang paling lembut. Inilah yang kemudian menjadi awal terjadinya sejumlah masalah pencernaan pada bayi.

Pencernaan bayi belum sempurna dalam menggerus dan menghaluskan makanan. Sedangkan kemampuan produksi enzim pada usus dan lambung mereka juga belum bisa bekerja optimal. Kadang sistem mekanis dari sistem pencernaan juga masih sering menghasilkan produksi gas berlebihan yang memicu sejumlah masalah pencernaan pada bayi.

Tetapi sebenarnya sejumlah kondisi tak lebih hanya efek samping biasa dari sistem pencernaan mereka. Sedangkan sebagian lain merupakan bagian dari proses perkembangan dan pematangan sistem pencernaan bayi. Jadi selama masih dalam batasan normal, Ibu tak perlu khawatir akan kesehatan bayi.

Namun bagi banyak Ibu, batasan normal dari gejala tidak selalu jelas. Anda kesulitan menentukan apakah keluhan yang dialami bayi Anda masih berada dalam ambang batas normal atau sudah perlu dikhawatirkan.

Karena sebagian dari kondisi masalah pencernaan bayi juga bisa menjadi penanda adanya kondisi khusus dari bayi seperti sejumlah kondisi alergi, masalah pencernaan serius, penyakit celiac, dan masalah lain. Itu sebabnya, pada kesempatan kali ini kami mengulas batasan normal dari 5 masalah pencernaan pada bayi yang paling lazim terjadi.

  • Gumoh

    Bayi kadang mengeluarkan sedikit susu atau makanan yang mereka asup sesaat setelah mereka mulai merasa kenyang. Biasanya keluhan ini terjadi sekitar 4 bulan pertama, walau kadang bisa berlanjut sampai usia 7 bulan.

    Keluhan ini merupakan efek dari tertelannya sedikit udara ketika mereka mengasup susu atau makanan. Aktivitas pencernaan yang disebut juga dengan istilah refluks ini sebenarnya normal dan tidak berbahaya, selama ketika bayi refluks Anda berusaha menengadahkan kepala bayi supaya muntahan tidak kembali masuk ke dalam saluran tenggorokan dan tersedak ke dalam sistem pernapasan.

    Sistem kerja mulut dan laring mereka dalam menelan kadang belum sempurna sehingga dalam proses telan mereka juga menelan udara. Sedangka lambung kecil mereka yang belum sempurna kesulitan menampung asupan dalam jumlah besar sekaligus. Ini mendorong terbentuknya gelembung gas kecil di antara asupan yang memaksa mendorong keluar.

    Sebenarnya ini adalah mekanisme normal dari sendawa, hanya saja karena kendali sistem kerongkongan anak belum sempurna, maka bersamaan dengan keluarnya gas sebagian susu atau makanan turut keluar.

    Sejauh keluarnya muntahan ini dalam porsi kecil, tidak menyebabkan anak sesak atau batuk sebenarnya kondisi ini aman dan nantinya akan hilang dengan sendirinya seiring semakin sempurnanya sistem kerja pencernaan. Anda bisa membantu bayi Anda menghindari gumoh dengan menyendawakannya setelah makan atau minum susu sembari posisi vertikal supaya menahan makanan turut keluar bersama sendawa.

    Namun bila porsi yang keluar cukup banyak dengan disertai efek berbusa, dalam warna kehijauan atau kemerahan, keluar dengan dorongan kuat hingga seperti semburan, ada baiknya Anda segera periksakan ke dokter. Dikhawatirkan terjadi produksi gas atau asam berlebihan dalam sistem lambung bayi yang berbahaya bagi kesehatannya.

  • Sembelit

    Beberapa bayi juga mengalami kesulitan untuk BAB dengan rutin. Seharusnya bayi bisa melakukan buang air besar sekali setiap harinya atau seburuk-buruknya 3 kali dalam sepekan. Feses yang keluar cenderung keras, sulit keluar dan membulat padat.

    Jadwal BAB yang rutin bagi bayi sebenarnya sangat penting karena toleransi tubuhnya terhadap toksin yang masih rendah, maka feses yang terendap akan menyebabkan penurunan kondisi. Setidaknya akan mempengaruhi kenyamanan dan daya tahan tubuhnya.

    Untuk bayi dengan usia di bawah 6 bulan, solusi terbaik untuk mencegah dan mengatasi sembelit adalah dengan menambah asupan makanan berserat untuk ibu supaya kadar serat pada ASI meningkat. Sedang untuk bayi di atas usia 6 bulan bisa Anda bantu dengan menambahkan buah kaya serat seperti alpukat dan pepaya sebagai pendorong BAB rutin.

    Menurut Dr. Tim Kenny, Clinical Editor dan co-founder Patient.info, Inggris, dijelaskan Anda perlu lebih waspada ketika bayi Anda mulai menemukan adanya luka pada anus, atau darah pada feses. Perhatikan perut bayi untuk memastikan ukuran perut bawahnya tidak tampak membengkak.

    Pastikan warna tinja tidak menjadi terlalu gelap terutama pada bayi usia dibawah 6 bulan, tidak beraroma terlalu tajam dan tidak disertai dengan urin yang beraroma tajam dengan warna menggelap. Dikhawatirkan kondisi ini merujuk pada adanya kondisi celiac desease atau sejumlah keluhan dengan sistem cerna pada mekanisme liver mereka.

  • Perut Kembung

    Bayi Anda akan lebih sering tampak memiliki perut membuncit dengan suara kembung yang kuat. Diakui sistem pencernaan bayi memang cenderung menyebabkan terjadinya produksi gas berlebihan. Ditambah sistem mekanis bayi dalam menelan yang belum sempurna sehingga kerap kali mereka juga menelan udara kala makan dan minum.

    Kondisi ini sepenuhnya normal dan menjadi salah satu bagian dari proses penyempurnaan sistem pencernaan bayi. Jadi sebenarnya kondisi ini tak harus Anda khawatirkan. Hanya demi memberi rasa nyaman bagi bayi, coba hangatkan perut bayi dengan minyak yang sifatnya hangat dan bukan panas. Bantu memijat pelan telapak kaki dan memijat punggungnya dengan arah turun menuju pantat. Ini akan membantunya buang gas dan merasa lebih longgar.

    Namun perhatikan dengan seksama bila bayi terlalu sering mengalami kembung dan tampak sangat kembung sampai perutnya mengeras. Perhatikan pula bila si kecil menjadi terdorong untuk muntah acapkali mereka kembung. Dan kembung juga kerap terjadi bersamaan dengan bayi usia minum susu atau mengkonsumsi makanan tertentu.

    Produksi gas berlebihan bisa pula merujuk pada ketidak normalan sejumlah produksi enzim dalam pencernaan yang serius. Kondisi ini bisa menjadi tanda adanya reaksi tidak normal sistem pencernaan terhadap sejumlah asam amino. Seperti reaksi alergi kacang, alergi laktosa atau alergi lainnya.

  • Buang Gas Berlebihan

    Bayi memang akan lebih sering buang gas dibandingkan orang dewasa. Kadar normalnya bisa mencapai anga 23 kali dalam sehari menurut Elly Berger, BA, MD, FRCPC, FAAP, MHPE dari About Kids Health, Kanada. Bahkan dalam pendapat lain bayi bisa ditoleransi untuk buang gas sekitar 28 kali dalam sehari.

    Ini masih berkaitan dengan ketidak sempurnaan sistem kerja mekanis telan bayi dan sistem kerja produksi enzim yang akhirnya memudahkan bayi memproduksi gas berlebihan. Gas yang menumpuk pada pencernaan perlu dikeluarkan atau perut bayi justru akan kembung dan terasa tidak nyaman.

    Bila bayi mulai terlalu sering kentut lebih dari 30 kali dalam sehari, itupun masih kerap disertai dengan efek kembung. Bayi juga mengalami sembelit terus menerus atau malah kerap menampakan feses yang terlalu cair, disertai bayi yang kerap muntah, segera lalukan pengecekan. Sejumlah kondisi seperti alergi laktosa, masalah pencernaan serius termasuk penyakit celiac bisa muncul dan perlu Anda tidak lanjuti.

  • Diare

    Pada dasarnya selama bayi masih mengonsumsi ASI, susu formula atau makanan padat berupa bubur bayi, maka feses mereka seharusnya memang masih cenderung lunak. Jadi selama masih dalam skala lunak dan semi cair, Anda tidak perlu khawatir. Ini bukan kondisi masalah pencernaan pada bayi yang serius.

    Namun perhatikan bila diare terjadi yang ditandai dengan keluarnya feses terlalu sering, bentuknya berair, kadang berlendir atau malah berbusa. Diare bisa jadi adalah reaksi normal pencernaan akan perubahan susu formula, reaksi terhadap makanan yang baru dikonsumsinya atau ketika ibu mengkonsumsi makanan yang menyebabkan sejumlah senyawa baru dalam ASI mereka.

    Namun bila diare berlangsung dalam jangka lebih dari 6 kali dalam sehari, segera tindak lanjuti dengan mengunjui pihak medis terdekat. Anda juga perlu waspada dengan diare yang terlalu sering karena bisa merujuk pada kasus celiac desease.

Bayi memang dilahirkan dengan sistem jaringan dan organ tubuhnya yang masih belum sempurna dan akan terus berkembang. Ini jelas menimbulkan sejumlah kondisi yang sebenarnya normal dan tidak berbahaya. Tentu saja inilah alasan kenapa perlu langkah hati-hati ketika Anda melakukan perawatan untuk bayi Anda.

Namun tetaplah waspada ketika kondisi memburuk. Karena setiap kondisi yang berat bisa saja merujuk pada masalah kesehatan yang lebih serius, termasuk dengan sejumlah masalah pencernaan pada bayi yang telah kami jelaskan di atas.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}