Hindarilah 8 Kebiasaan Buruk yang Meningkatkan Risiko Kanker Otak!

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

Oktober 9, 2016


Meski belum ada bukti yang meyakinkan, sejumlah pakar sejauh ini sepakat bahwa ada kaitan antara paparan tekanan berlebihan dan kinerja dalam intensitas tinggi pada otak dengan peningkatan risiko seseorang mengalami kanker otak.

Ada kemungkinan kanker otak berkaitan dengan beberapa kebiasaan buruk yang dijalankan seseorang dalam jangka panjang dan memicu terjadinya semacam stimulan abnormal pada sistem jaringan saraf dan jaringan sel dalam otak yang kemudian memicu terbentuknya sel-sel abnormal.

Menurut cancer.org, pada dasarnya sel dalam tubuh memiliki semacam masa kadaluwarsa, demikian juga dengan sel dalam otak. Dan ketika sel-sel tersebut mendapatkan tugas lebih berat, maka masa kadaluwarsa ini menjadi lebih cepat. Secara alami tubuh akan melakukan sistem regenerasi sel yang berfungsi mengganti sel-sel rusak ini dengan sel baru yang segar untuk mempertahankan fungsi organ dan jaringan.

Hanya saja, ketika kerusakan dan keusangan sel-sel berjalan terlalu cepat, kadang fungsi regenerasi sel ini tidak bisa mengimbangi. Di saat inilah kemungkinan seseorang mengalami regenerasi sel abnormal yang bisa mengarah ke pembentukan sel tumor dan kanker. Dan hal demikian juga bisa terjadi pada sel-sel otak.

Tekanan pada otak jelas berbeda dengan tekanan pada usus atau tekanan pada otot. Bila usus menjadi rentan terhadap pembentukan sel kanker ketika kotoran di dalamnya tidak keluar dengan lancar sebagaimana mestinya, dan otot bisa mengalami kerusakan karena terlalu banyak bekerja dan mengangkat beban di luar kemampuan, maka otak akan mengalami masalah karena berpikir dan mengatur tubuh secara berlebihan.

Sejumlah kondisi berikut bisa menjadi semacam kebiasaan buruk yang menjadi pemicu regenerasi abnormal pada otak, antara lain:

1. Stress

Sebuah riset dari Department of Clinical Neuroscience, Rumah Sakit Karolinska di Swedia pada tahun 2015 membuktikan adanya peningkatan risiko kanker otak pada mereka dengan pendidikan tinggi, wanita dan kalangan profesional dengan tuntutan tanggung jawab lebih tinggi.

Meski tidak secara langsung menjelaskan adanya kaitan stress dengan kanker otak, sejumlah pakar melakukan prognosis adanya kaitan tingginya intensitas kinerja otak akibat tekanan kerja, dorongan untuk belajar, tekanan emosi dan sebagainya terhadap kemungkinan seseorang mengalami kanker otak.

2. Kebiasaan mendengarkan lagu dengan earphone

Sebenarnya risetnya sendiri lebih pada menunjukkan bahwa telinga yang kerap digunakan untuk mendengarkan lagu dalam volume keras cenderung lebih rentan mengalami sejumlah jenis tumor otak, termasuk jenis kanker yang bisa merusak sistem pendengaran dan keseimbangan.

Menurut Sciencedaily, semakin kuat volume suara yang mereka dengar dan semakin sering suara itu mereka dengar, semakin besar pula risiko mereka terkena kanker dan tumor otak. Setidaknya peningkatan risikonya bisa mencapai 1.5 sampai 2.5 kali lipat!

3. Kurang tidur

Otak membutuhkan waktu istirahat untuk bisa memulihkan kondisi setelah seharian penuh bekerja mengatur fungsi tubuh dan Anda gunakan untuk berpikir. Salah satunya adalah ketika seseorang tidur.

Tidur memberi sejumlah manfaat bagi kesehatan otak, seperti memaksimalkan aliran oksigen menuju otak dan membantu mengistirahatkan sejumlah impuls saraf dari beban kerja berlebihan.

Sebagaimana kita tahu, untuk menjalankan fungsinya, otak membutuhkan suplai oksigen dalam jumlah sangat besar, dan selama Anda gunakan untuk berpikir, otak akan kehabisan cadangan oksigen yang akan memberi efek otak lelah dan kantuk. Di saat tidur-lah otak kembali mendapatkan asupan oksigen baru dalam jumlah besar dan membantu jaringan otak disegarkan kembali.

Di saat yang sama, ketika tidur, seseorang menjadi rileks. Efek ini membantu meregang kembali ketegangan pada jaringan impuls saraf, jaringan pembuluh darah halus pada otak, dan sejumlah otot penyangga otak.

Dan ketika seseorang kurang tidur dalam jangka yang panjang, sebenarnya otak tak cukup mendapatkan waktu istirahatnya, tak cukup mendapatkan asupan oksigen dan tak punya cukup waktu untuk meregangkan ketegangan. Ini juga bisa memberi efek tekanan yang merujuk pada pembentukan regenerasi sel abnormal dalam otak.

4. Penggunaan ponsel berlebihan

Sebuah riset pada tahun 2016 yang dimuat ulang dalam laman healthyandnaturalworld.com mengungkap berlebihan dengan ponsel pada telinga akan meningkatkan risiko kanker otak. Diyakini pula, semakin buruk kualitas sinyal pada satu wilayah sebenarnya semakin buruk pula efek radiasi yang bisa terjadi, karena pancaran radiasi yang muncu juga sebenarnya lebih kuat.

Disarankan untuk menggunakan hands free selagi Anda melakukan pannggilan telepon, karena semakin kecil paparan ponsel dengan area kepala maka semakin baik. Juga cobalah untuk menghindari menggunakan ponsel pada wilayah yang memiliki sinyal lemah.

5. Lupa atau sengaja tidak sarapan

The Journal Frontiers in Human Neuroscience pada tahun 2012 mengungkap adanya peningkatan risiko masalah dengan kesehatan otak pada mereka yang meninggalkan sarapan di pagi hari. Kemampuan berpikir mereka menjadi lebih lemah sementara mereka menjadi mendorong otak bekerja lebih keras.

Dalam riset lain di Jepang yang melibatkan 80 ribu sample dalam masa riset 15 tahun, dipastikan adanya kaitan tekanan darah tinggi, stroke, pendarahan otak, dan sejumlah kasus tumor otak dengan kebiasaan tidak sarapan.

6. Mengonsumsi makanan manis dan lemak trans berlebihan

Ternyata ada kaitan antara kebiasaan buruk mengonsumsi lebih banyak makanan manis dan makanan berlemak tinggi dengan kesehatan otak. Dalam riset yang dikembangkan di University of New South Wales terbukti bahwa mereka yang terbiasa makan manis dan gula cenderung mengalami masalah dengan kinerja otak, kemampuan mengelola stress, dan kemampuan untuk berkonsentrasi.

Ini berkaitan dengan lemahnya sirkulasi darah menuju otak dan menurunnya intensitas kinerja sel saraf tepi dan pusat akibat efek gula dan lemak yang memicu jaringan otak tidak dapat bekerja optimal. Kondisi ini bisa menyebabkan otak didorong bekerja berlebihan tanpa diimbangi amunisi yang memadai. Inilah yang bisa memudahkan sel-sel pada otak lebih mudah rusak.

7. Konsumsi rokok dan alkohol

Menurut healthyandnaturalworld.com, dikatakan merokok bisa menyebabkan produksi dopamin menurun. Padahal dopamin memberi pengaruh baik pada kinerja otak sehingga merokok dalam jangka panjang jelas akan memberi pengaruh buruk pada kesehatan otak. Malah sejumlah riset membuktikan bahwa seorang perokok jangka panjang mengalami pengecilan kortex—satu bagian otak yang bertanggung jawab mengelola ingatan, bahasa, dan persepsi.

Sedangkan di sisi lain, dalam laman resmi U.S. Department of Health & Human Services disampaikan adanya efek kerusakan otak yang cukup fatal pada mereka yang ketagihan alkohol, terutama pada jangka panjang dan dalam jumlah besar. Kerusakan bisa cukup kompleks hingga merusak kinerja saraf, merusak ikatan impuls saraf, serta menyebabkan disfungsi sejumlah sistem motorik dan kognitif.

8. Terbiasa hidup menyendiri

Terbiasa hidup soliter dan introvert—lebih banyak membiarkan diri sendirian dan mengurangi aktivitas bersosialisasi—ternyata juga memiliki efek berbahaya terhadap otak. Bukan hanya menyebabkan peningkatan seseorang mengalami demensia dan alzheimer, tetapi juga risiko kanker otak.

Ini karena mereka yang soliter cenderung memiliki tekanan terhadap diri yang lebih besar dari mereka yang membuka dirinya. Mereka memiliki ketidakmampuan membagi masalah mereka sehingga menekan dan menyimpannya untuk diri sendiri.

Kondisi ini memberi efek tekanan tersendiri pada otak, di luar aspek mereka yang pandai bersosialisasi cenderung memiliki banyak waktu untuk menikmati hari-hari mereka, tertawa, dan rileks. Hal-hal semacam ini ternyata bisa menjadi terapi dari stress dan membantu mengurangi risiko kerusakan sel-sel pada otak.

Sebuah riset yang dikembangkan Michigan University membuktikan adanya kaitan kerusakan otak, termasuk alzheimer, dan tumor dengan mereka yang cenderung hidup soliter serta enggan bersosialisasi.

Setelah melihat 8 kebiasaan buruk yang meningkatkan risiko kanker otak di atas, apa kesimpulan yang bisa Anda dapatkan? Bisa dilihat bahwa kebiasaan apapun yang tidak sehat atau kebiasaan sehat yang berlebihan, justru memberi dampak buruk bagi kesehatan Anda.

Karena itu jalanilah hidup dengan cara yang sehat, hindari stress, dan tekanan berlebihan dalam pekerjaan keseharian Anda, serta luangkan cukup waktu untuk beristirahat dan menjalankan waktu santai Anda adalah salah satu cara terbaik untuk menghindari kanker otak. Selain itu biasakan pola makan sehat yang kaya akan nutrisi dan anti oksidan untuk memaksimalkan kesehatan otak Anda.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}