Efek Samping Radioterapi Kanker Nasofaring

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

Oktober 7, 2019


Apabila Anda didiagnosis menderita kanker nasofaring, ada kemungkinan dokter menyarankan untuk menjalani pengobatan radioterapi (terapi radiasi). Radioterapi adalah jenis pengobatan utama untuk kanker nasofaring dan dapat mulai dijalani sejak kankernya masih di stadium awal. Tapi mungkin Anda masih khawatir dengan efek samping dari radioterapi untuk kanker nasofaring.

Dalam artikel ini akan dibahas mengenai metode radioterapi untuk kanker nasofaring serta efek samping yang dapat ditimbulkan olehnya. Semoga informasi ini dapat membantu Anda untuk lebih siap menjalani serangkaian terapi pengobatan Anda.

Apa Metode Radioterapi untuk Kanker Nasofaring?

Pengobatan radioterapi menggunakan sinar-X atau partikel lain yang berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker atau untuk memperlambat laju pertumbuhannya. Radioterapi sering menjadi bagian utama dari perawatan kanker nasofaring karena kebanyakan kanker ini sangat sensitif terhadap radiasi.

Pada sebagian besar kasus kanker nasofaring, terapi radiasi juga dikombinasikan dengan kemoterapi untuk mencoba meningkatkan efek pengobatannya. Perawatan kombinasi untuk kanker nasofaring ini, yang disebut “kemoradiasi”, dapat bekerja lebih baik daripada hanya radioterapi saja, tapi juga cenderung menimbulkan lebih banyak efek samping.

Terapi radiasi biasanya diberikan pada tumor utama di nasofaring dan pada kelenjar getah bening di sekitarnya. Bahkan jika kelenjar getah bening tidak mengeras atau membesar secara abnormal, radiasi masih tetap diberikan, untuk berjaga-jaga jika sel kanker sudah menyebar di sana. Bila kelenjar geta bening diketahui telah memiliki sel-sel kanker, maka akan diberikan dosis radiasi yang lebih tinggi.

Untuk mengobati kanker nasofaring, terdapat dua metode atau tipe radioterapi yang umumnya digunakan, yaitu radioterapi eksternal dan radioterapi internal. Berikut penjelasan dari masing-masing tipe ini.

Radioterapi Eksternal

Tipe radioterapi ini menggunakan sinar-X yang diarahkan pada tumor dari sebuah mesin besar. Ini merupakan jenis terapi radiasi yang paling umum untuk kanker nasofaring.

Sebelum terapi dimulai, tim dokter akan dengan cermat melakukan pengukuran untuk menentukan sudut-sudut yang tepat untuk mengarahkan sinar radiasi dan dosis radiasi yang tepat. Radioterapi sama seperti mendapat rontgen, hanya saja radioterapi efeknya lebih kuat. Terapi ini tidak terasa sakit dan mesinnya tidak menyentuh Anda.

Setiap terapi berlangsung hanya beberapa menit, tetapi waktu pemasangannya—untuk mempersiapkan terapi—bisa membutuhkan waktu lebih lama. Sering kali, terapi radiasi diberikan 5 hari seminggu selama sekitar 7 minggu.

Radioterapi eksternal sering kali diberikan menggunakan sebuah teknik bernama intensity-modulated radiation therapy (IMRT). IMRT memfokuskan tembakan radiasi dengan lebih baik dan mengurangi paparan radiasi ke jaringan sehat di sekitar kanker. Teknik ini membantu mengurangi efek samping yang dapat ditimbulkan oleh radioterapi kanker nasofaring.

Ada juga jenis perawatan radiasi bernama stereotactic radiosurgery yang mengirimkan dosis radiasi jumlah besar dan diarahkan secara tepat ke area tumor dalam satu kali sesi terapi. Mesin yang digunakan untuk memberikan jenis radiasi ini dikenal dengan nama Gamma Knife, X-Knife, CyberKnife, dan Clincac.

Radioterapi Internal

Metode lain untuk menjalani terapi radiasi ialah dengan radioterapi internal, atau disebut juga brachytherapy. Metode ini dilakukan dengan memasukkan (menanamkan) batang atau kawat logam yang sangat tipis ke dalam kanker atau ke area terdekatnya. Butiran kecil bahan radioaktif kemudian ditempatkan ke dalam batang atau kawat.

Radiasi yang dipancarkan hanya menempuh jarak yang sangat pendek, sehingga dapat menyerang kanker tanpa menyebabkan banyak kerusakan pada jaringan sehat di sekitarnya.

Batang atau kawat itu biasanya akan dibiarkan tertanam di tempatnya selama beberapa hari saat Anda dirawat di rumah sakit. Karena itu lamanya waktu yang diperbolehkan bagi keluarga, pengunjung, atau perawat untuk bertemu dengan Anda mungkin akan dibatasi sebab ada bahaya paparan radiasi. Batang atau kawat akan dilepaskan sebelum Anda pulang dari rumah sakit.

Radioterapi internal juga dapat digunakan jika kanker kambuh kembali meski sudah menjalani pengobatan radioterapi eksternal. Kadang-kadang radioterapi internal dan eksternal digunakan secara bersamaan untuk mengobati kanker nasofaring, tetapi dengan risiko efek samping yang lebih besar.

Apa Efek Samping dari Radioterapi Kanker Nasofaring?

Radioterapi memang efektif untuk pengobatan kanker nasofaring, namun sama seperti pengobatan medis lainnya, ada risiko efek samping dari perawatan ini. Berikut adalah sejumlah efek samping yang umum dialami oleh pasien yang menerima radioterapi ke area kepala dan leher:

  • Perubahan kulit pada area yang diarahkan radiasi, misalnya kemerahan atau melepuh.
  • Mual dan muntah.
  • Merasa sangat lelah atau letih.
  • Luka di mulut dan tenggorokan yang bisa membuat sulit untuk menelan.
  • Berat badan turun karena sulit untuk makan.
  • Suara serak.
  • Indera pengecap melemah atau tidak bisa merasakan rasa makanan.
Ilustrasi Efek Samping Radioterapi Kanker Nasofaring
Ilustrasi Efek Samping Radioterapi Kanker Nasofaring (Credit: seb_ra / iStock)

Sejumlah efek samping di atas biasanya akan membaik setelah tidak lagi menerima terapi radiasi. Namun ada efek-efek samping lain yang mungkin tidak akan membaik, misalnya kerusakan pada tulang tengkorak, atau masalah pada pendengaran atau penglihatan akibat kerusakan pada saraf tertentu. Selain itu ada juga efek samping jangka panjang seperti:

Masalah pada Gigi:

Radiasi ke area mulut dapat menimbulkan masalah gigi yang mungkin sudah Anda miliki dan susah untuk diatasi. Biasanya dokter meminta Anda untuk memeriksakan gigi ke dokter sebelum memulai terapi radiasi ke daerah kepala atau leher. Dalam beberapa kasus, dokter gigi bahkan mungkin menyarankan untuk mencabut beberapa gigi sebelum memulai terapi untuk mencegah efek samping nantinya.

Kerusakan pada Kelenjar Liur:

Ini adalah efek samping umum dari radioterapi kanker nasofaring. Kerusakan ini dapat menyebabkan masalah mulut kering dan membuat sulit untuk menelan makanan. Mulut kering juga dapat menimbulkan kerusakan gigi yang parah.

Untuk membantu mencegah masalah ini, pasien harus mengupayakan kebersihan mulut secara cermat. Masalah ini juga bisa diminimalkan jika menggunakan teknik radioterapi intensity-modulated radiation therapy (IMRT). Sejumlah kerusakan pada kelenjar liur juga dapat dikurangi jika pasien diberikan obat amifostine sebelum setiap terapi radiasi. Tetapi obat ini dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu.

Kerusakan pada Kelenjar Tiroid:

Kelenjar tiroid sering rusak jika daerah leher dirawat dengan radioterapi eksternal. Kerusakannya mungkin tidak langsung menimbulkan masalah, jadi dokter Anda akan memantau fungsi tiroid Anda dengan tes darah selama beberapa tahun setelah perawatan. Jika fungsi tiroid Anda menurun, dokter mungkin akan meresepkan obat pengganti hormon tiroid.

Kerusakan pada Kelenjar Hipofisis:

Kelenjar hipofisis bertugas untuk mengendalikan banyak jenis hormon di dalam tubuh. Kerusakan pada kelenjar ini dapat dideteksi dengan tes darah. Kalau rusaknya cukup parah, mungkin dokter akan menganjurkan penggantian hormon untuk mengatasi masalahnya.

Kerusakan pada Arteri Karotis:

Arteri karotis adalah pembuluh darah utama di leher yang membawa darah menuju otak. Kadang-kadang mereka bisa menyempit akibat efek samping dari radioterapi kanker nasofaring. Efek samping ini bisa membuat pasien rentan mengalami stroke atau masalah lainnya. Namun masalah semacam itu biasanya membutuhkan beberapa tahun hingga terjadi.

Mengingat efek-efek samping cukup berbahaya yang dapat ditimbulkan oleh radioterapi kanker nasofaring, ada baiknya Anda membicarakannya dulu dengan dokter sebelum memulai terapi. Tanyakanlah pada dokter apa saja yang bisa diupayakan untuk sebisa mungkin meminimalkan efek sampingnya. Dan bagaimana cara mengatasinya apabila terjadi efek samping yang berbahaya.

Demikianlah artikel ini yang mengulas tentang efek samping dari radioterapi kanker nasofaring. Semoga informasi ini membantu Anda untuk lebih waspada dan mempersiapkan diri sebelum memulai terapi radiasi. Temukan juga ulasan-ulasan menarik lain seputar penyakit kanker nasofaring hanya di Deherba.com.

Sumber

Referensi Efek Samping Radioterapi Kanker Nasofaring:

American Cancer Society. Radiation Therapy for Nasopharyngeal Cancer. Reviewed: 2018-09-24. URL: https://www.cancer.org/cancer/nasopharyngeal-cancer/treating/radiation-therapy.html. Accessed: 2019-10-07

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}