Diet Ketosis: Diet Cepat Kurus yang Berisiko?

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 


Diet ketosis, salah satu diet cepat kurus yang diklaim diet dengan kemampuan cepat dalam membantu menurunkan berat badan secara efektif. Berdasarkan American Journal of Clinical Nutrition Diet, diet ini memiliki tingkat efektivitas lebih tinggi dalam mengurangi berat badan dibandingkan diet konvensional yang mengutamakan prinsip rendah lemak dan tinggi karbohidrat.

Anda bisa mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai bagaimana diet ketosis ini dijalankan dan juga bagaimana cara kerja diet ini dalam proses menurunkan berat badan pada artikel: Diet Ketosis—Melihatnya Lebih Dalam.

Meski dikatakan, diet ketosis termasuk salah satu metode diet yang aman, bukan berarti diet ini sama sekali bebas risiko. Menurut berbagai pandangan medis, diet ketosis paling baik jika dilakukan dalam jangka pendek. Berikut adalah beberapa pandangan medis mengenai diet ketosis.

Risiko Diet Ketosis Menurut Berbagai Ahli Medis

Meski diakui dengan diet ketosis Anda bisa mencapai berat badan ideal Anda secara cepat, Anda sebaiknya mempertimbangkan pandangan sejumlah ahli medis yang mengatakan bahwa diet ini memiliki risiko efek samping.

Efek samping tersebut memang tidak akan dialami semua pelaku diet. Biasanya masalah efek samping terjadi akibat hipersensitivitas yang diderita seorang pelaku diet, efek dari penerapan diet ketosis yang terlalu ketat, atau efek dari penerapan diet ketosis dalam jangka panjang. Dalam sebuah jurnal Experimental and Clinical Cardiology 2004 bertajuk “Long-term effects of a ketogenic diet in obese patients”, dijelaskan bahwa diet ketosis dikatakan aman dengan beberapa persyaratan tertentu.

Sejumlah efek samping yang beberapa kali terekspos adalah sebagai berikut:

1. Efek keto flu

Sebenarnya ini adalah istilah tidak resmi yang kerap disematkan pada sebuah kondisi tubuh sekitar 5 harian pertama Anda mengawali diet ketosis. Kekurangan suplai karbohidrat dan gula membuat tubuh merasa lemas, lesu, bahkan kadang merasa agak meriang dan pusing, juga gelisah dan insomnia.

Kondisi ini bisa dianalogikan dengan ketika seseorang yang terbiasa merokok selama belasan tahun harus berhenti, proses withdrawal ini memberi efek tidak nyaman selama masa adaptasi. Anda yang sudah terbiasa dengan asupan karbohidrat dan tubuh yang sudah terbiasa memproses energi dari karbo harus melakukan penyesuaian untuk mencari sumber energi baru dari lemak.

Selama masa adaptasi ini tubuh Anda akan kekurangan energi sehingga menjadi lemas dan mudah lelah. Kadang rasanya seperti tubuh akan segera flu, inilah alasannya kondisi ini disebut “keto flu”. Pada beberapa orang kondisi ini akan menghilang secara perlahan setelah 5 hari menjalankan diet. Namun pada beberapa orang yang mengalami hipersensitif, mereka mungkin bisa mengalami periode adaptasi yang lebih lama.

2. Efek ketoacidosis

Pada tahap awal dari proses pembentukan metabolisme ketosis, atau saat tubuh mengalami kenaikan keton dalam darah hingga angka 0.5–3.0 mmol/L. Pada kondisi ini, tubuh artinya sudah mulai menghasilkan energi dari lemak.

Pada tahap awal keberadaan keton dalam darah, tubuh cenderung akan merasa mual, sedikit pusing dan beberapa gejala yang berbeda. Namun seharusnya ini juga akan berangsur hilang seiring tubuh beradaptasi dengan keberadaan keton.

Selain berarti pembakaran lemak telah terjadi, beberapa pakar juga menyatakan bahwa keton dalam darah dengan skala rendah memiliki peran baik untuk efisiensi energi dan membantu kinerja sistem saraf otak dan imunitas.

Namun, pada kasus yang jarang terjadi, seperti pada mereka yang hipersensitif, mengidap diabetes, atau menjalankan diet ketosis yang terlalu ketat dalam jangka panjang, bisa mengalami kondisi yang disebut ketoacidosis. Ketoacidosis terjadi ketika kadar keton menjadi terlalu tinggi. Temuan ketoacidosis muncul pada pelaku diet ketosis tanpa keluhan diabetes berdasarkan jurnal pada The New England Journal of Medicine 2006 bertajuk “Ketoacidosis during a Low-Carbohydrate Diet”.

Diduga karena demikian rendahnya kadar karbo dalam tubuh, maka sistem mekanisme normal tubuh mengalami gangguan. Seharusnya, ketika tubuh menghasilkan energi dari lemak dalam jumlah besar hingga keton meningkat drastis, insulin bekerja otomatis mengambil alih untuk menahan keton agar tidak naik berlebihan.

Insulin akan mendorong sel-sel untuk menyerap glukosa dan mengganti sumber energi dengan glukosa. Namun karena kekurangan kadar glukosa pasca diet panjang, sel tidak berhasil menemukan glukosa yang mencukupi dan gagal menekan kadar keton berlebihan.

Ketoacidosis mengacu pada sejumlah keluhan seolah tubuh mengalami overacid yang hampir serupa dengan overtoksin. Keluhan tersebut seperti mual, migrain, sakit perut, masalah dengan kesehatan sistem saraf, kencing berlebihan, dehidrasi, lemas berlebihan, dan kadang bisa membuat seseorang kehilangan kesadaran. Pada skala yang lebih serius kondisi ini juga bisa menyebabkan kematian dengan persentase seitar 2 – 5 % berdasarkan data dari Healthline.

3. Menciptakan masalah kesehatan pada organ hati

Menurut pakar gizi Prof Dr Walujo Soerjodibroto, Sp.GK (K) pakar gizi yang dikutip oleh majalah Gaya Hidup Sehat tahun 2010, penerapan diet ketosis dalam jangka panjang bisa membahayakan organ hati.

Ahli Herbal

Cari produk herbal untuk penyakit Anda? Ayo konsultasi gratis dengan ahli herbal DEHERBA.COM!

WHATSAPP SEKARANG

Hal senada juga disampaikan dalam laman Livestrong.com bahwa ada bahaya dari penerapan diet ketosis dan kondisi metabolisme ketosis dalam jangka panjang yang membahayakan hati serta ginjal.

Ini karena pada satu titik, ketosis menyebabkan seseorang mengalami efisiensi energi. Sehingga proses pembentukan energi melambat dan pembakaran lemak juga melambat. Pada taraf ini, beberapa masalah baru bisa muncul.

Lemak cadangan baru terbentuk dan kebanyakan menjadi lemak hati. Sedangkan organ hati berjibaku dengan meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Ditambah dengan menurunnya sejumlah mikro nutrisi dan asupan senyawa antioksidan sehingga kinerja hati terbebani.

Dalam ulasan Dr Mehmet Oz pada Sharecare.com, dijelaskan bahwa sebagian toksin cenderung lebih mudah terjebak dalam lemak hati dan hanya bisa dibantu untuk diatasi dengan anti oksidan serta serat. Masalahnya diet ketosis menyarankan kita meminimalisir buah dan serat karena faktanya terdapat kandungan karbo dan gula di dalam keduanya.

4. Menyebabkan keluhan sembelit

Pada tahap withdrawal, dimana tubuh menjalankan proses adaptasi terhadap perubahan awal pengalihan asupan karbo kepada lemak, tubuh otomatis akan mengalami sejumlah perubahan termasuk pada sistem pencernaan. Bahkan dikatakan efek pertama yang biasanya Anda alami adalah perubahan pada pencernaan. Salah satunya adalah sembelit, kondisi ini dialami sekitar 30% pelaku diet ketosis.

Dalam salah satu ulasan penggiat diet ketosis dikatakan, bahwa seharusnya sembelit hanya akan terjadi pada masa adaptasi. Dan bilapun memang sembelit terjadi lebih panjang ini adalah kondisi wajar mengingat lemak dan protein memiliki sifat lebih mudah dicerna dan diserap dibandingkan serat dan karbo. Sehingga ampas yang tersisa cenderung lebih sedikit dan menyebabkan BAB memiliki volume yang lebih kecil.

Namun dalam sumber Diagnosisdiet.com mengenai ketosis dijelaskan beberapa jenis makanan yang lazim dikonsumsi oleh pelaku diet ketosis, seperti kacang-kacangan, susu, telur, dan sejumlah jenis daging-dagingan merah merupakan makanan penyebab sembelit. Jadi, bila Anda mengalami sembelit dalam jangka panjang sebaiknya amati lagi lebih cermat, bisa jadi kombinasi makan Anda selama diet ketosis perlu diubah.

5. Masalah kekurangan nutrisi

Bersamaan dengan metode makan yang kurang seimbang nutrisinya, dalam jangka panjang pelaku diet ketosis bisa mengalami sejumlah malnutrisi. Pada dasarnya tubuh manusia didesain untuk mendapatkan konsumsi makanan yang berimbang. Dan ketika metode diet ketosis dijalankan dalam jangka panjang, Anda bisa mengalami sejumlah defisiensi nutrisi seperti kekurangan vitamin, mineral, serta sejumlah asupan senyawa fitonutrien esensial.

Pakar gizi Prof Dr Walujo Soerjodibroto, Sp.GK (K) juga menjadikan masalah ini sebagai alasan kenapa diet ketosis sebaiknya tidak dijalankan dalam jangka panjang, apalagi menahun. Diet ketosis dalam jangka panjang bisa menyebabkan keluhan seperti osteoporosis, anemia, penurunan fungsi imunitas, dan penurunan massa otot.

6. Masalah hormonal

Dalam laman apki.or.id, dijelaskan adanya kemungkinan penerapan diet ketosis jangka panjang menyebabkan tubuh kelebihan hormon kortisol. Hormon pada wanita ini bisa memicu sejumlah keluhan terkait dengan produksi estrogen berlebihan yang pada akhirnya bisa mengganggu kesehatan reproduksi.

Untuk diketahui bahwa sewaktu kadar estrogen dalam tubuh menjadi berlebihan dan tidak diimbangi dengan anti oksidan yang memadai, wanita menjadi lebih rentan mengalami kanker payudara dan endometriosis.

Penerapan Diet Ketosis yang Aman

Sebagaimana dijelaskan dalam kedua ulasan artikel kami mengenai diet ketosis, bahwa diet ini sangat efektif untuk menurunkan berat badan. Meskipun ada sejumlah risiko efek samping yang dapat terjadi dalam kondisi tertentu, namun Anda masih bisa menjalani diet ketosis yang aman dan rendah risiko dengan hasil yang sesuai harapan.

Ada dua saran yang bisa Anda terapkan untuk menjalankan diet ketosis secara aman, yakni:

  • Menjalankan diet siklus yang mengatur diet ketosis terjadwal, dimana dilakukan 5 hari diet ketosis dan 2 hari bebas selama sepekan. Diet ini sebaiknya dijalankan dalam 5 – 8 pekan untuk kemudian diobservasi hasilnya.
  • Menjalankan diet ketosis moderat yang memasukkan unsur rempah dan sejumlah porsi buah sebagai sumber anti oksidan, mineral, vitamin, dan serat. Ini membantu Anda terhindar dari proses adaptasi yang terlalu berat, mencegah sembelit, dan mengurangi risiko defisiensi nutrisi.

Selain itu, dalam sejumlah sumber juga dijelaskan bahwa diet ketosis sebaiknya tetap dijalankan dalam jangka pendek. Pandangan ini didasarkan pada fakta bahwa dalam jangka panjang, Anda bisa mengalami sejumlah keluhan kesehatan.

Untuk cara aman diet ketosis, setidaknya jalankan maksimal hingga 24 minggu untuk kemudian istirahat dengan bertahan mengonsumsi karbo dalam jangkauan kurang-lebih 100 gram per hari selama beberapa pekan sebelum memulai kembali diet ketosis. Selalu lakukan pengecekan kesehatan dan kadar keton darah supaya Anda terhindar dari kondisi-kondisi yang sulit diatasi.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}