Sakarin: Benarkah Pemanis Sintetis Berbahaya?

DITULIS OLEH:
Nurul Kuntarti 

Oktober 7, 2018


Pemanis sintetis dewasa ini sudah cukup familier kita kenal. Kesadaran akan bahaya gula berlebih dalam pola diet mengenalkan kita akan gula diet yang diklaim rendah kalori. Salah satu yang paling tua adalah sakarin.

Jenis pemanis ini dikenal sejak tahun 60an sebagai alternatif pengganti gula yang diklaim rendah kalori. Cocok dikonsumsi oleh mereka yang menjalankan diet dan harus menjalankan pola makan rendah kalori.

Tetapi dewasa ini sejumlah pembaruan riset menunjukan adanya kemungkinan bahwa sakarin bukan pilihan pemanis sintetis yang sehat. Benarkah informasi tersebut? Apakah pemanis ini justru berbahaya sebagai gula diet?

Apa Sebenarnya Sakarin?

Sakarin ditemukan pada tahun 1878 pada masa perang dunia I, meski baru mulai dikenal sebagai gula diet secara komersial di akhir tahun 60an. Produk ini merupakan jenis gula sintesis yang diperoleh dari proses oksidasi senyawa kimia phthalic anhydride.

Pemanis buatan yang memiliki tampilan hampir serupa dengan gula halus ini tidak mengandung kadar karbohidrat, serat dan kalori sama sekali. Juga memiliki rasa manis yang sangat dominan hingga mencapai 200 – 700 kali lebih manis dari gula pasir biasa.

Untuk itu, Anda hanya membutuhkan sedikit dosis dari pemanis ini untuk memenuhi selera Anda. Hanya saja, rasa manis darinya tidak sepenuhnya menyerupai rasa manis pada gula. Ada rasa kimia dengan sedikit efek getir di akhir yang kadang membuat konsumen kurang nyaman.

Pada umumnya, demi memenuhi selera pasar, sakarin sebagai pemanis sintetis dipadukan dengan jenis pemanis sintetis lain seperti aspartam. Ini akan membantu meredakan rasa tidak getir tadi.

Pemanis ini kemudian sejak tahun 60an mulai dikenal secara komersial sebagai pemanis sintetis pengganti gula. Di satu sisi, sakarin bahkan dianggap lebih terjangkau secara ekonomi dibandingkan gula biasa. Sehingga digemari sebagai pemanis pada produk komersial.

Selain juga dimanfaatkan sebagai gula diet yang dapat ditambahkan pada aneka makanan dan minuman Anda sehari-hari. Pasar mulai mengenal mini tablet sakarin yang cukup untuk memaniskan secangkir kopi. Juga produk dalam sachet untuk kebutuhan pemanis sintetis makanan.

Dewasa ini pemanis ini sudah demikian lazim dimanfaatkan sebagai alternatif gula diet. Selain dianggap lebih terjangkau secara komersial, produksinya memiliki sifat relatif stabil, tidak mudah rusak dimakan waktu dan memiliki rasa cenderung netral. Ini membuatnya dengan mudah dipadukan dengan beragam produk makanan dan aneka rasa.

sakarin
Sumber: Cloudfront

Sakarin untuk Gula Diet

Di pasaran dengan mudah Anda menemukan produk komersial untuk sakarin. Pemanis sintetis ini dipasarkan dalam bentuk butiran tablet atau pil kecil yang mudah larut dalam cairan. Atau dalam bentuk serbuk halus juga dapat pula dalam bentuk cairan.

Pada umumnya satu tablet atau satu sachet dari sakarin akan cukup menggantikan rasa manis dari gula sekitar 2 sendok teh. Ini tentu karena rasa manis dari sakarin memiliki tingkat manis ratusan kali lebih kuat dari gula biasa.

Penggunaan sakarin sebagai gula diet juga sudah masuk ranah industri makanan dan minuman. Sejumlah produk di pasaran memilih menggunakan sakarin untuk memenuhi kebutuhan gula karena dianggap lebih murah dan lebih stabil. Sakarin lazim ditemukan pada produk minuman, permen, jelly, selai, buah kalengan, puding, es buah dan lain sebagainya.

Sejumlah produk bebas gula juga kadang menggunakan sakarin, meski belakangan penggunaan aspartam menjadi lebih populer. Sakarin juga mulai dikenal di dunia medis dengan menjadikan pemanis sintetis ini pemanis pada produk pasta gigi, vitamin dan beberapa jenis obat-obatan.

Produk sakarin dikatakan aman dipadukan dengan beragam jenis senyawa kimia obat-obatan, tanpa menyebabkan reaksi yang merusak manfaat obat. Penambahan pemanis justru dianggap membantu pasien mudah mengonsumsi obat, seperti pada obat kaplet atau pada obat sirup.

Manfaat Pemanis Sintetis Sakarin

Dewasa ini memang produk sakarin tidak lagi populer dimanfaatkan oleh pasar. Rasa getir khas yang muncul diakhir menjadi satu alasan utama kenapa produk ini mulai ditinggalkan. Meski sebenarnya produk pemanis sintetis ini memiliki sejumlah manfaat untuk konsumennya. Dan beberapa manfaat dari pemanfaatannya sebagai gula diet adalah sebagai berikut.

Membantu Diet Anda

Mengonsumsi gula adalah salah satu aspek yang berperan besar dalam meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Juga berperan besar dalam meningkatkan berat badan. Mereka dengan masalah obesitas pada umumnya juga rentan dengan masalah hiperglikemia.

Ini karena dalam gula terkandung kalori yang tinggi. Kalori ini akan berperan dalam pembentukan energi tubuh. yang apabila tidak digunakan menjadi energi akan diubah oleh tubuh menjadi cadangan energi berupa cadangan lemak. Inilah yang menjadikan alasan gula berperan dalam kasus obesitas.

Dalam satu gram gula pasir ditemukan kadar kalori hingga 4 kkal. Ini kabar buruk mengingat setidaknya dibutuhkan 2 sendok teh gula pasir untuk satu cangkir teh dan itu sama dengan sekitar 10 – 12 gram gula pasir. Atau sama dengan kalori sekitar 40 kkal. Bila dalam sehari Anda mengonsumsi 5 cangkir teh saja Anda sudah memenuhi 10% – 15% dari kebutuhan kalori tubuh harian.

Pilihan untuk mengonsumsi gula diet seperti sakarin akan membantu Anda mengendalikan asupan kalori harian Anda. Anda bebas minum teh Anda tanpa perlu khawatir asupan kalori yang sudah masuk ke dalam tubuh. Anda tak lagi harus berhitung soal banyaknya cangkir teh yang sudah Anda sajikan. Dan tentu saja ini berlaku untuk semua asupan, karena pemanis ini juga dapat ditambahkan sebagai gula diet dalam aneka hidangan, makanan maupun minuman.

Semakin terkendali asupan kalori yang Anda asup, semakin minimal kemungkinan tubuh Anda membentuk cadangan lemak. Dan ini akan sangat bermanfaat untuk kesuksesan program diet Anda.  Menambahkan sakarin sebagai gula diet diduga dapat menurunkan asupan kalori hingga 50%.

Baik untuk Gigi Anda

Gula diduga kuat menjadi salah satu stimulan terbentuknya karang gigi dan kerusakan gigi lain akibat bakteri. Ini karena gula mudah mengendap dan melekat pada gigi. Dalam jangka panjang endapan ini menyebabkan terbentuknya karang pada gigi.

Endapan gula pada gigi ini juga meningkatkan resiko seseorang mengalami infeksi. Ini karena gula dapat menurunkan kadar basa dari mulut dan meningkatkan resiko infeksi. Gula adalah salah satu makanan yang digemari oleh bakteri. Terendapnya gula pada dinding mulut dan gigi mendorong bakteri membentuk koloni dan menginfeksi mulut.

Mengonsumsi gula buatan yang memiliki kadar kalori 0 akan memberi manfaat untuk gigi.  Gula diet ini tidak akan melekat pada gigi dan efektif mencegah  terbentuknya koloni bakteri dalam mulut dan gigi.

Tidak heran kalau kemudian gula diet ini dimanfaatkan sebagai pemanis pada obat. Karena pemanis sintetis ini membantu mencegah terbentuknya koloni bakteri tanpa menyebabkan kerusakan komponen kimiawi dari obat.

Pengaruh Sakarin untuk Diabetes

Ketika pertama kali diperkenalkan secara komersial di tahun 60an, produk sakarin diklaim efektif membantu keluhan pasien diabetes. Sakarin dikatakan akan sangat membantu menjaga kadar gula darah.

Pada gula biasa, tidak hanya tersimpan kadar kalori yang tinggi juga mengandung komponen sukrosa dan glukosa. Oleh tubuh sukrosa juga diubah menjadi glukosa dan diserap oleh tubuh menuju aliran darah. Kedua komponen gula inilah yang akan menjadi komponen pembentuk energi.

Dibutuhkan sistem metabolisme khusus dimana unsur glukosa dalam darah dillepas menuju sel atas perintah insulin. Kemudian sel akan melakukan pembakaran dan pembentukan energi dengan bantuan oksigen dan sejumlah unsur enzim dan hormon lain.

Pemanis ini tidak dimetabolisme oleh tubuh dengan cara yang sama karena cara penyerapannya berbeda. Pemanis ini juga tidak mengandung komponen glukosa maupun sukrosa, sehingga proses metabolisme dari sakarin juga berbeda. Ini yang menjadikan sakarin sebagai gula diet yang efektif untuk pasien diabetes.

Hanya saja pengaruhnya sebagai pemanis sintetis untuk pasien diabetes juga bisa bersifat negatif. Pengaruh mengonsumsinya dalam jangka panjang ternyata perlu dicermati. Karena pada beberapa orang, sakarin yang dikonsumsi dalam jangka panjang justru dapat merubah pola metabolisme tubuh dan akan mendorong peningkatan kadar gula darah. Diduga ini dikaitkan dengan efeknya terhadap komposisi bakteri dalam usus.

Bagaimana pola perubahan dapat terjadi dan sejauh mana pengaruh jangka panjangnya terhadap pasien diabetes memang belum sepenuhnya dipahami. Masih diperlukan riset lanjutan untuk menemukan kepastian seputar manfaat pemanis ini untuk diabetes.

gula diet
Sumber: Shutterstock

Kemungkinan Efek Samping Sakarin

Salah satu alasan kenapa sakarin belakangan mulai tidak populer adalah munculnya sejumlah temuan dan isu-isu seputar efek dari sakarin terhadap tubuh. Meski dikatakan efektif bekerja sebagai gula diet, beberapa fakta mulai mengungkap adanya kemungkinan pemanis sintetis ini tidak sepenuhnya aman untuk dikonsumsi.

Apa saja sebenarnya efek samping dari pemanis ini yang mungkin mengancam kosumennya? Berikut beberapa temuan yang berhasil kami himpun.

  • Reaksi Iritasi pada Tenggorokan

    Pada beberapa orang, pemanis ini memiliki efek yang tidak nyaman pasca dikonsumsi. Ini karena sakarin memiliki rasa manis yang terlalu kuat sehingga kerap mengiritasi tenggorokan. Akibatnya konsumen merasakan efek gatal pada tenggorokan.

    Belum dapat dipastikan apakah sakarin ini memiliki unsur alergen. Sementara beberapa pakar masih sepakat melihatnya sebagai faktor iritan yang memiliki resiko mengiritasi lapisan dinding dalam organ seperti pada tenggorokan. Dalam skala terbatas, beberapa kali juga ditemukan adanya reaksi iritasi lambung pasca mengonsumsinya dalam jangka panjang.

    Hanya saja pada mereka yang over sensitif, mengonsumsi pemanis sintetis dapat memicu anapilaksis.  Ini adalah kondisi alergi berat yang memicu seluruh bagian tubuh membengkak. Bahaya muncul ketika dinding tenggorokan membengkak hingga sulit untuk udara melewati batang tenggorokan.

  • Potensi sebagai Karsinogen

    Dalam salah satu riset yang diungkap dalam jurnal Science tahun 1970, ditemukan adanya potensi sakarin sebagai pemicu kanker kandung kemih pada tikus. Hanya saja sampai saat ini belum ditemukan adanya koneksi antara sakarin dengan kanker pada tubuh manusia.

    Beberapa pakar masih melihat adanya kemungkinan kuat pemanis ini sebagai unsur karsinogen. Ini erat kaitannya dengan sejumlah temuan yang menunjukan bahwa mengosumsinya dalam jangka panjang dapat memicu gangguan liver.

    Studi yang diungkap dalam Bosnian Journal of Basic Medical Journal tahun 2013 membuktikan konsumsi pemanis ini dalam waktu panjang pada tikus memicu inflamasi pada hati. Sedang dalam The New England Journal of Medicine tahun 1994 membuktikan bahwa dalam kasus terbatas penggunaannya sebagai gula diet meningkatkan sejumlah indikator hipotoksin dalam liver. Dari sini ada dugaan bahwa unsur toksin ini mungkin memiliki efek karsinogenik.

  • Potensi Meningkatkan Kadar Gula Darah

    Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa beberapa kasus diabetes justru menunjukan arah berlawanan dari harapan ketika mulai mengonsumsinya sebagai gula diet. Pemanis sintetis ini malah menyebabkan kenaikan kadar gula darah.

    Sulit untuk dipahami secara medis potensi ini, tetapi diduga tubuh membentuk sistem adaptasi terhadap komponen gula buatan ini. akibatnya pola metabolisme tubuh berubah. Akibat rendahnya kadar kalori pasca mengonsumsi gula diet ini berlebihan, tubuh mengalami hipoglikemia yang berketerusan. Akibatnya tubuh malah melepas sejumlah komponen cadangan lemak dalam tubuh menjadi gula.

    Seharusnya situasi  semacam ini dapat terkendali, tetapi setiap tubuh pasien bereaksi dengan cara berbeda. Dan bebrapa pasien malah mengalami masalah resistensi insulin dan peningkatan kadar gula darah.

    Dalam riset lain di jurnal Nature tahun 2014, tikus diberi asupan sakarin dalam jumlah besar selama 5 hari. Hasilnya menunjukkan tikus mengalami hiperglikemia. Peningkatan gula darah diduga kuat berawal dari perubahan pola bakteri dalam usus. Ini merubah pola metabolisme tubuh dan menyebabkan pola penyerapan gula dalam usus.

  • Gangguan Keseimbangan Bakteri pada Usus

    Sebagaimana dijelaskan di atas, ada pengaruh kuat antara pola konsumsi sakarin dengan keseimbangan bakteri baik dalam usus. Dan ini pula yang mengaitkan pemanis ini dengan masalah metabolisme dan berat badan.

    Diduga kuat bahwa pemanis ini akan meningkatkan jumlah bakteri yang berfungsi dalam penyerapan gula. Memudahkan kalori dan glukosa terserap oleh tubuh. Ini yang menyebabkan kadar gula dalam darah justru dapat naik.

Dosis Mengasup Sakarin

Ada cukup banyak fakta yang menunjukan adanya manfaat dari sakarin sebagai gula diet. Juga menyimpan sejumlah efek samping yang perlu Anda waspadai. Sebenarnya, selama dikonsumsi dalam kadar wajar dan sesuai dosis maka buh juga bebas dari efek samping.

Dan menurut FDA serta WHO, tubuh manusia secara umum dapat mentoleransi asupan pemanis ini sebanyak 350 mg untuk berat badan 700 kg. Kadarnya yang ditoleransi tubuh sama dengan 5 mg untuk tiap 1 gramnya untuk tiap harinya.

Selama Anda mengonsumsi dalam kadar wajar, sakarin tidak berbahaya. Beruntung rasa manisnya sangat terasa meski dalam jumlah sedikit. Sehingga pasien kebanyakan hanya mengonsumsi dalam dosis terbatas.

Sakarin, memang memiliki banyak sisi yang perlu diungkap lebih jauh. Diakui sebagai pemanis sintetis yang memiliki rasa manis kuat dan sifat netral yang disukai. Tetapi memiliki sederet klaim negatif yang menyertai. Meski demikian, rupanya sakarin masih diakui, dengan menjadi satu dari 5 jenis gula diet yang diterima oleh FDA.

Sumber

Mary Jane Brown, PhD, RD (UK). Healthline. Saccharin – Is This Sweetener Good or Bad?. https://www.healthline.com/nutrition/saccharin-good-or-bad. Accessed: 2018-09-23. (Archived by WebCite®)

Diabetes.co.uk. Saccharin. https://www.diabetes.co.uk/sweeteners/saccharin.html. Accessed: 2018-09-23. (Archived by WebCite®)

Shereen Lehman, MS. Verywell Fit. How Safe Is Saccharin?. https://www.verywellfit.com/how-safe-is-saccharin-2506562.Accessed: 2018-09-23. (Archived by WebCite®)

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Nurul Kuntarti seorang seorang sarjana ekonomi yang menemukan hasratnya dalam bidang kesehatan sejak memiliki putri pertamanya. Keinginan untuk terus memahami dunia kesehatan dilanjutkan dengan mengabdikan diri dalam dunia tulis-menulis di bidang kesehatan, untuk terus menghasilkan artikel-artikel kesehatan yang akurat, kredibel, dan bermanfaat. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}