Bunda Harus Tahu: Tanda Alergi Susu Sapi pada Bayi Anda

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

April 12, 2017


Mungkin Anda mulai melihat ada yang aneh dengan buah hati Anda belakangan ini. Dan Anda menduga jangan-jangan penyebabnya adalah susu sapi formula yang baru-baru ini Anda berikan kepadanya. Memang alergi susu sapi paling sering terjadi sewaktu masih bayi, jadi Anda harus memastikan apakah susu formula aman bagi anak Anda.

Alergi susu sapi—atau juga disebut alergi protein susu sapi—terjadi bila sistem kekebalan tubuh bayi Anda secara keliru mengira protein-protein pada susu mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh, sehingga sistem kekebalan tubuh berupaya menyingkirkannya.

Reaksi yang Terjadi Setelah Minum Susu

Jika anak Anda memiliki alergi terhadap susu sapi, maka kemungkinan ia akan mengalami gejala-gejala seperti berikut:

  • Dalam hitungan menit sampai 2 jam setelah minum sedikit susu sapi. Gejala-gejalanya mencakup gatal-gatal, eksim, muka bengkak, muntah, diare, suara berisik atau bengek saat bernapas. Reaksi alergi parah (anafilaksis) juga bisa menyebabkan kondisi hipotonia (lemah otot pada bayi).
  • Beberapa jam setelah minum susu sapi takaran sedang. Gejala-gejalanya mencakup muntah dan diare, juga kadang-kadang muncul bercak-bercak ruam atau eksim yang semakin parah di kulit.
  • Sehari atau beberapa hari setelah minum susu sapi takaran normal. Gejala-gejalanya mencakup eksim, muntah, diare, atau asma.

Jika gejala-gejala langsung terjadi dalam waktu beberapa menit hingga 2 jam setelah minum susu, kemungkinan besar anak Anda memang memiliki alergi susu sapi. Hal ini bisa dipastikan dengan periksa ke dokter. Dokter akan melakukan tes alergi (tes kulit atau tes darah) untuk memastikannya.

Apabila gejala-gejala muncul beberapa jam atau hari setelah minum susu, dokter akan lebih sulit menentukan apakah itu disebabkan oleh alergi atau bukan. Dokter biasanya akan merujuk anak Anda ke spesialis imunologi/alergi untuk memastikan penyebabnya.

Cara Menangani Alergi Susu Sapi pada Bayi

Cara menganani reaksi alergi ini sangat jelas—jangan lagi berikan susu sapi formula kepada bayi Anda. Hindari juga produk-produk makanan bayi lain yang mengandung susu. Anda bisa mengganti asupan bayi dengan produk-produk makanan lain yang tidak mengandung susu.

Pastikan kandungannya sebelum membeli dengan memeriksa label komposisi. Jangan beli jika makanan itu mengandung susu sapi atau kambing, keju, mentega, krim mentega susu, krim fraiche, susu bubuk, whey, casein, caseinate, dan margarin yang mengandung susu.

Rencana pembatasan susu sapi dan produk susu lain sebaiknya dilakukan dengan konsultasi bersama dokter spesialis, terutama dalam kasus-kasus dengan gejala alergi berat (anafilaksis).

Jika dokter menganjurkan agar pembatasan susu dilakukan dalam jangka panjang, maka dibutuhkan alternatif sumber kalsium dan protein. Hal ini berlaku bagi bayi maupun sang ibu apabila diperlukan pembatasan makanan selama masa menyusui.

Setelah memastikan bahwa anak Anda memiliki alergi susu sapi, dokter biasanya akan merekomendasikan penggantian produk susu dengan formula-formula pengganti, antara lain misalnya:

  • Formula protein susu kedelai. Sekitar 50 hingga 80 persen anak penderita alergi susu sapi masih bisa menoleransi formula dari susu kedelai. Tetapi jika anak ternyata juga alergi terhadap susu kedelai, maka formula ini bukan pengganti yang tepat.
  • Formula Ekstensif Hidrolisa. Formula ini mengandung protein susu sapi yang sudah melalui pemrosesan khusus (hidrolisa) sehingga protein tersebut tak lagi memicu reaksi alergi. Rasa susu dari formula ini tidak terlalu enak dan harganya cukup mahal.
  • Formula Sintesis Asam Amino. Sejumlah anak-anak penderita alergi susu sapi yang juga alergi terhadap susu kedelai dapat menoleransi susu dari formula ini. Rasanya cukup enak dan lebih bisa diterima oleh bayi pada umumnya, tetapi harganya tergolong sangat mahal.

Sebagian besar anak sanggup mengatasi alergi susu sapi pada usia 4 tahun, tetapi kadang-kadang alergi ini tetap ada sampai mereka tumbuh besar.

Jika Penyebabnya Bukan Alergi Susu Sapi

Kadang-kadang gejala yang dialami bayi Anda setelah minum susu ternyata bukanlah disebabkan oleh reaksi alergi. Gejala seperti diare, muntah, sakit perut dan kembung, yang serupa dengan gejala alergi susu, rupanya dapat juga dipicu oleh kondisi intoleransi laktosa.

Ini adalah kondisi yang mengganggu pencernaan bayi tetapi tidak bahaya, dan juga tidak menyebabkan reaksi alergi parah (anafilaksis). Jika anak Anda mengalaminya, biasanya dia masih bisa minum sedikit susu.

Intoleransi laktosa disebabkan oleh kurangnya enzim laktase pada tubuh bayi, padahal enzim laktase dibutuhkan untuk membantu mencerna gula laktosa yang terdapat dalam susu.

Dokter menentukan apakah seorang anak memiliki alergi atau mengalami intoleransi laktosa melalui tes kulit atau darah. Bila tes menunjukkan hasil negatif untuk alergi, maka berarti anak Anda mungkin mengalami intoleransi laktosa.

Anda bisa menangani kondisi ini dengan cara mengurangi atau menghindari konsumsi produk-produk yang terbuat dari susu atau mengandung laktosa, dan menggantinya dengan susu yang tidak mengandung laktosa.

Cara terbaik untuk menangani alergi susu sapi pada bayi adalah dengan memastikan dia sama sekali tidak mengonsumsi protein dari susu sapi. Dokter bisa membantu Anda untuk menentukan pengganti susu yang tepat bagi anak Anda.

Dan beruntungnya, sebagian besar anak penderita alergi mulai usia 4 tahun sudah mulai bisa mengasup susu. Tetapi ingatlah bahwa beberapa anak masih akan memiliki alergi, bahkan sampai mereka besar. Jadi sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum mulai memberikan asupan susu lagi kepada buah hati Anda.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}