Anda Wajib Ikuti Aturan Minum Antibiotik yang Benar!


By Cindy Wijaya

Ketika seseorang terserang infeksi, biasanya dokter langsung meresepkan obat antibiotik untuk mengobatinya. Karena penggunaan antibiotik sangat lazim, kadang ada orang yang kurang yakin kalau belum mendapat resep antibiotik sewaktu berkunjung ke dokter.

Sebenarnya antibiotik bekerja sebagai antibakterial. Artinya sifatnya hanya bekerja untuk membunuh bakteri, dan tidak efektif bekerja pada infeksi akibat virus. Kadang antibiotik juga bisa dimanfaatkan sewaktu infeksi terjadi akibat fungi atau jamur, tetapi hasilnya mungkin tidak sama efektifnya bila infeksi ditangani dengan obat antifungi.

Jadi seharusnya dokter tidak selalu meresepkan antibiotik untuk setiap keluhan infeksi penyakit. Jika suatu penyakit disebabkan oleh infeksi virus, maka tidak akan efektif bila diobati menggunakan antibiotik, demikian pula bila infeksi terjadi akibat jamur.

Apa Sebenarnya Antibiotik Itu?

Menurut MedicalNewsToday, antibiotik adalah jenis obat yang memiliki kekuatan dominan untuk menyerang bakteri jahat yang hidup dalam tubuh kita. Antibiotik bekerja sebagai anti radang yang membantu menekan pembentukan infeksi oleh bakteri, sekaligus mencegah perkembangan sel-sel bakteri. Pada akhirnya bakteri akan mati akibat nukleus sel (inti sel) yang diserang oleh unsur kimia dari antibiotik.

Pada dasarnya tubuh memiliki sistem daya tahan yang secara alami akan menyerang setiap serangan bakteri jahat yang menginfeksi tubuh. Itulah sebabnya kita disarankan untuk terus mempertahankan daya tahan optimal supaya tetap prima.Sewaktu daya tahan tubuh melemah, tubuh jadi rentan diserang oleh bakteri. Di saat inilah infeksi terbentuk dan tubuh membutuhkan bantuan dari antibiotik.

Penemuan antibiotik berawal dari produk penisilin, kemudian muncul lah banyak jenis produk antibiotik yang beragam. Mulai dari amoxicilin, ampicilin, cephalosporin, aminoglycoside, tetracycline, macrolide, juga fluoroquinolone. Menurut sumber NHS, antibiotik dapat diberikan untuk mengobati jerawat, infeksi topikal pada kulit, hingga mengatasi kerusakan ginjal akibat serangan bakteri.

Antibiotik juga lazim diberikan dalam bentuk oral sebagaimana yang sering diresepkan atau dengan ditelan, kemudian dengan cara dioles atau terapi topikal yang lazim diberikan untuk menangani infeksi pada permukaan kulit. Juga terapi antibiotik injeksi yang bekerja untuk mengobati infeksi berat pada bagian organ dalam seperti radang ginjal atau radang usus.

Kapan Pasien Disarankan Mengonsumsi Antibiotik?

Seorang pasien akan disarankan untuk mengonsumsi antibiotik ketika mereka mengalami masalah seperti:

  • Mengidap penyakit infeksi yang hanya bisa diatasi dengan antibiotik
  • Mengidap penyakit yang rentan menular dan harus segera disembuhkan
  • Mengidap penyakit yang bila diabaikan akan lama untuk sembuh
  • Mengidap penyakit yang rentan menjadi komplikasi

Catatan Penting soal Konsumsi Antibiotik

Catatan penting yang perlu Anda pahami soal antibiotik adalah bahwa penggunaannya memiliki risiko resistensi atau efek kebal bila dikonsumsi dengan cara yang tidak tepat. Juga bahwa obat ini seharusnya tidak dikonsumsi oleh penderita infeksi virus.

Mereka dengan kondisi resistensi antibiotik sebenarnya berada dalam kondisi berbahaya. Karena artinya akan sulit bagi mereka untuk mengobati infeksi bakteri yang menyerang mereka di kemudian hari, karena tubuh mereka sulit, atau bahkan tidak lagi bereaksi ketika diberikan antibiotik.

Tubuh justru melindungi bakteri yang masuk dalam tubuh, sehingga antibiotik gagal menyerang infeksi yang terbentuk. Pada kondisi ini mau tidak mau pasien akan diberikan dosis antibiotik tingkat tinggi dan dalam tempo yang lebih panjang.

Tentu saja langkah semacam ini bukan tanpa risiko. Sejumlah dosis antibiotik yang memiliki kekuatan lebih berat biasanya juga memberi efek samping yang lebih kuat pula. Bila pada jenis kategori ringan pasien hanya akan mengeluhkan efek mual dan rasa tidak nyaman di perut, maka pada jenis antibiotik yang lebih keras pasien bisa mengeluhkan beberapa kondisi seperti:

  • Terbentuknya batu ginjal
  • Efek pembekuan darah
  • Efek lebih sensitif terhadap sinar matahari
  • Masalah kerusakan pada sel darah
  • Efek pusing dan lemas yang berat
  • Mual yang hebat sampai selera makan yang hilang
  • Nyeri lambung karena naiknya asam lambung
  • Tubuh terasa lesu dan tidak enak seperti sedang sakit berat
  • Diare

Catatan penting mengenai aturan minum antibiotik adalah adalah sebaiknya pasien tidak mendapatkan antibiotik bila terserang infeksi virus. Tetapi menariknya di Indonesia, banyak penderita flu diresepkan obat antibiotik amoxicilin oleh dokter, meskipun flu sebenarnya disebabkan oleh virus.

Ini karena amoxicilin adalah jenis antibiotik paling ringan dengan tingkat risiko paling rendah, kecuali pada mereka yang memiliki reaksi alergi terhadap amoxicilin. Asumsi kebanyakan dokter, pemberian antibiotik ringan ini membantu meningkatkan daya lawan tubuh terhadap infeksi. Jadi amoxicilin ditujukan bukan untuk membunuh virus, melainkan untuk membantu tubuh membentuk pertahanan terhadap infeksi virus.

Beberapa pakar kesehatan beranggapan bahwa cara ini efektif, sedangkan yang lainnya tidak mau menerapkan metode ini. Yang tidak setuju dengan cara ini yakin bahwa sebenarnya kita bisa meningkatkan kemampuan daya tahan tubuh melawan virus cukup dengan memperbaiki asupan dan suplemen vitamin. Cara ini seharusnya lebih rendah risiko dibandingkan konsumsi amoxicilin.

Dikhawatirkan bahwa konsumsi antibiotik, dalam dosis paling ringan sekalipun, dapat berkontribusi memicu efek resistensi antibiotik. Mengingat tujuan pemberian antibiotik tersebut bukanlah untuk membunuh virus penyebab penyakit, sehingga tubuh menjadi lebih sering mendapat antibiotik daripada yang seharusnya.

Bagaimana Aturan Konsumsi Antibiotik?

Merujuk pada berbagai sumber, beberapa hal yang perlu Anda perhatikan soal aturan minum antibiotik adalah sebagai berikut.

Konsumsi sesuai jadwal yang ditentukan

Obat antibiotik hanya bisa diberikan dalam satu sesi, biasanya untuk 3 kali sehari selama 3 – 5 hari. Pastikan Anda benar-benar mengonsumsi obat antibiotik tersebut sesuai jadwal. Aturan minum antibiotik 3 kali sehari diberikan dengan alasan ada interval yang diperlukan sampai manfaat dari tiap butir obat habis.

Jika tidak mengikuti aturan konsumsi antibiotik ini, bisa menyebabkan efek obat bekerja tumpang tindih. Selain itu juga mungkin mengakibatkan efek samping yang tak perlu, seperti rasa mual dan pusing pada pasien yang tidak kuat, juga bisa memicu efek kebal terhadap antibiotik.

Pastikan pula untuk tidak mengubah dosis atau menambah dosis obat tanpa seizin dokter. Antibiotik kadang baru bekerja setelah beberapa hari konsumsi, atau setelah dituntaskan. Jadi Anda memang tidak bisa langsung sembuh begitu saja. Jadi kalau Anda merasa tak juga segera sembuh, tetaplah ikuti aturan minum antibiotik sesuai jadwal dan dosis yang disarankan.

Menambah dosis akan membuat efek samping semakin memburuk, beberapa pasien bahkan mengalami kondisi lebih serius seperti tukak lambung atau reaksi pada ginjal. Menambah dosis juga bisa memicu pasien menjadi kebal terhadap antibiotik.

Tuntaskan sampai obatnya habis

Obat antibiotik bekerja tuntas hanya bila obat yang diberikan sudah Anda habiskan. Kalau Anda tidak melanjutkan konsumsi antibiotik sampai habis, mungkin karena sudah merasa lebih baik, sebenarnya Anda justru menciptakan efek resistensi tubuh terhadap unsur kimia dari antibiotik tersebut.

Karena jika tidak dihabiskan, bisa jadi bakteri dalam tubuh Anda sebetulnya belum benar-benar mati, melainkan hanya menjadi lemah. Seiring waktu mereka bisa kuat kembali, bahkan kali berikutnya memiliki kekuatan lebih hebat untuk bertahan dari serangan antibiotik yang sama. Hasilnya bakteri tidak lagi mempan dibunuh dengan obat antibiotik yang sama.

Jika tidak menghabiskan obat, adakalanya ketika Anda kembali mengonsumsi antibiotik, justru tubuh termanipulasi sehingga keliru mengenali senyawa kimia pada antibiotik sebagai racun. Tubuh akhirnya menyerang ‘racun’ antibiotik tersebut dan justru melindungi bakteri penyebab penyakit.

Membeli antibiotik tanpa resep dokter

Beberapa apotek memang mudah sekali memberikan antibiotik untuk dibeli tanpa resep dokter, meski seharusnya hal semacam ini tidak dibolehkan. Orang-orang sebenarnya tidak bisa sembarangan membeli tanpa resep dokter.

Ini jelas sangat beralasan, karena sesungguhnya penggunaan antibiotik harus diawasi oleh dokter. Setiap jenis antibiotik bekerja secara spesifik untuk keluhan yang berbeda. Beberapa penyakit hanya efektif diberikan jenis antibiotik tertentu dan tidak dengan antibiotik lain.

Setiap jenisnya juga diberikan tidak memiliki aturan konsumsi antibiotik yang sama. Seperti ciprofloxacin sebaiknya diberikan 2 kali sehari, sedangkan amoxicilin bisa diberikan 3 kali sehari. Hanya dokter ahli yang hafal dengan baik dan memahami betul berapa dosis yang sesuai untuk setiap keluhan.

Ini belum bicara soal efek samping yang juga harus diwaspadai pasien. Beberapa pasien bisa mengeluhkan efek alergi yang bisa ditandai dengan gejala gatal-gatal, perih, muntah-muntah, dan sesak nafas. Tanpa pantauan dokter sulit melindungi tubuh Anda dari reaksi alergi yang mendadak. Sejumlah kasus alergi bisa muncul mendadak bahkan meski sebelumnya pasien tidak menunjukkan gejala alergi.

Mengonsumsi antibiotik sebagai pencegahan infeksi

Harus diingat bhwa antibiotik ditujukan untuk melawan penyakit, dan bukan untuk mencegah penyakit. Langkah pencegahan akan lebih efektif dilakukan dengan menambah asupan yang sehat atau dengan suplemen, bukan dengan konsumsi antibiotik.

Mengonsumsi antibiotik sebagai pencegahan justru membuat tubuh Anda mengenali senyawa kimia dalam obat dan bisa jadi salah melihatnya sebagai racun. Ini juga memicu reaksi resistensi (kebal) terhadap antibiotik.

Memang ada sejumlah keadaan dimana dokter terpaksa meresepkan antibiotik sebagai pencegahan infeksi. Biasanya hal ini disebut dengan terapi antibiotik prophylaxis. Hanya saja bagaimana terapi ini dilakukan tidak patut jika diatur atau diminta oleh pasien.

Hanya dokter yang memahami benar situasi macam apa yang perlu diberikan terapi antibiotik prophylaxis, demikian juga soal aturan minum antibiotik dalam terapi ini. Jadi seseorang sangat tidak direkomendasikan untuk membeli antibiotik di apotek tanpa resep dokter untuk mencegah infeksi penyakit.

Mengonsumsi antibiotik hanya berdasarkan pengamatan gejala-gejala

Beberapa jenis infeksi memang ditandai dengan munculnya demam, pegal-pegal, dan pusing yang cukup mudah dikenali. Pada tahap ini sebenarnya infeksi belum muncul, kemungkinan bakteri baru melakukan inkubasi tahap awal.

Anda bisa mencegah gejala awal ini supaya tidak berkembang menjadi infeksi dengan mengonsumsi sejumlah suplemen yang membantu memaksimalkan daya tahan tubuh. Mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran juga sejumlah herbal lebih disarankan pada tahap ini.

Tetapi Anda sangat tidak disarankan mengonsumsi 1 – 2 butir antibiotik dengan anggapan akan lebih efektif membunuh bakteri sedini mungkin. Karena bagaimanapun antibiotik hanya efektif dan aman bila mengikuti aturan konsumsi antibiotik sesuai petunjuk dokter ahli. Bila Anda mengonsumsinya dengan tidak tepat, justru bisa memicu efek resistensi obat.

Kini Anda bisa pahami bukan bahwa kita sangat tidak disarankan untuk mengonsumsi obat antibiotik asal-asalan tanpa petunjuk dokter. Pastikan Anda hanya mengonsumsi sesuai aturan minum antibiotik yang tepat. Dan pastikan Anda benar-benar mengikutinya sampai pengobatan yang dijalankan sudah tuntas.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}