Mengapa Anda Sebaiknya Tidak Kebanyakan Makan Tahu?


By Cindy Wijaya

Selama ini kita telah dikenalkan dengan konsep 4 sehat 5 sempurna. Dan salah satunya termasuk memastikan Anda mengasup cukup protein dalam makanan. Anda tidak harus makan daging-dagingan bila secara ekonomi dianggap terlalu mahal, karena Anda juga bisa mengonsumsi makanan non-daging kaya protein lain termasuk tahu.

Ini membuat kita yakin bahwa tahu adalah makanan sehat. Tak ada yang memungkiri ada sejumlah nutrisi penting dalam tahu yang menjadikannya sebagai makanan sehat, sebut saja protein, kalsium, asam amino essensial dan zat besi.

Tetapi seiring perkembangan teknologi kesehatan dan nutrisi, penelitian seputar tahu juga turut berkembang. Dari sanalah sejumlah temuan mengungkap bahwa tahu ternyata bukan sepenuhnya makanan sehat. Anda memang bisa mendapatkan sejumlah besar asupan protein dalam tahu, tetapi juga harus menanggung sejumlah risiko dari mengonsumsi tahu.

Bagaimana Caranya Tahu Dibuat?

Siapa yang tidak tau dari mana sebenarnya tahu itu dibuat? Tentu saja tahu dibuat dari proses penggumpalan air susu kedelai. Kedelai yang digiling, diambil sarinya, digumpalkan dan jadilah tahu, sesederhana itu. Dan karenanya, tahu tak lain hanyalah kedelai.

Karena terbuat dari kedelai, maka jelas tahu juga rendah kalori, rendah lemak. Jadi juga bisa dikatakan pilihan menarik untuk mendapatkan asupan protein tanpa banyak berurusan dengan kalori tinggi.

Tetapi tanpa Anda sadari, justru dari kedelai murni inilah kenapa tahu kemudian memiliki sejumlah bahaya. Dengan catatan penting yang perlu Anda perhatikan di sini, bila Anda mengonsumsinya berlebihan. Adapun yang bisa dikategorikan sebagai bahaya tahu antara lain bisa kami ungkap dari kutipan kami berdasarkankan Draxe.com.

1. Kedelai yang sudah tidak alami

Kedelai dalam pertanian massal sebenarnya sudah mengalami proses rekayasa genetika. Meski masih dalam perdebatan secara klinik, sejumlah pakar melihat adanya bahaya dari proses non organik ini dalam makanan yang menyebabkan sifat dan kandungan dalam makanan berubah dan bisa jadi menjadi karsinogen.

Masalahnya sebagian besar tahu Indonesia ditengarai adalah jenis rekayasa genetika. Ditambah dengan fakta sistem pertanian modern yang juga menerapkan penggunaan pestisida dan pupuk non organik.

Dalam laman WHO sendiri, makanan dalam kategori GMO food atau Genetically modified organisms diakui bisa memiliki risiko. Proses rekayasa genetika di dalamnya kadang membuat makanan memiliki perubahan karakter, kandungan dan bisa jadi memiliki kemampuan yang tidak sebagaimana harusnya.

Hanya saja dengan proses pembuatan yang berbeda satu dengan yang lain, maka muncul karakter yang berbeda satu jenis dengan yang lain. Sehingga pengawasan harus dilakukan secara kasus perkasus, untuk menemukan kandungan atau karakter yang memungkinkannya tidak layak makan. Ini bukan urusan mudah untuk sebuah sistem rantai produksi massal tentu saja.

2. Kandungan fitoestrogen

Kedelai dikenal sebagai salah satu sumber isoflavon. Isoflavon terbukti memiliki kemampuan menstimulasi produksi estrogen. Dan kabar buruknya sebagian adalah estrogen buruk yang tidak sehat untuk fungsi tubuh. Salah satunya berkaitan dengan sifat estrogen yang menstimulasi pertumbuhan sel abnormal pada area payudara dan rahim terutama endometrium. Ini membuat berlebihan dengan tahu disinyalir sebagai pemicu kanker.

Kadar isoflavon dalam tahu sebenarnya tidak semenyeramkan yang diklaimkan, tetapi sebaiknya Anda tetap pada konsumsi yang moderat untuk mencegah kenaikan estrogen berlebihan. Ini berdasarkan penjelasan Marji McCullough, ScD, RD, direktur bagian strategi dari Nutritional Epidemiology for The American Cancer Society yang dikutip dari Huffingtonpost.com.

3. Bisa memicu gangguan kinerja tiroid

Sebuah riset yang dipublikasikan dalam the Archives of Disease in Childhood menjelaskan adanya pengaruh buruk konsumsi tahu pada anak usia dini di bawah 1 tahun terhadap fungsi tiroid mereka di masa mendatang. Mereka mengalami gangguan pada produksi hormon tiroid, memicu hipotiroid dan gangguan pada sistem imunitas secara general.

Dalam laman Veganhealth.org, dijelaskan setidaknya barengi asupan tahu dengan sumber makanan mengandung yodium untuk membantu menekan risiko hipotiroid yang bisa terjadi. Namun secara umum, efek hipotiroid hanya terjadi pada mereka yang sensitif.

4. Dapat menghambat penyerapan sejumlah nutrisi

Beberapa kandungan senyawa dalam tahu atau kedelai memiliki karakter menghambat penyerapan sejumlah nutrisi. Beberapa pakar nutrisi bahkan mengklaimnya sebagai sumber nutrisi yang anti nutrisi.

Kandungan Phytates dalam kedelai masih dalam jumlah utuhnya ketika diolah menjadi tahu dan memiliki sifat menekan penyerapan kalsium, zat besi, zink dan magnesium. Kandungan isoflavon juga ditengarai menurunkan kemampuan penyerapan sejumlah vitamin. Ada pula yang mengatakan dalam tahu terkandung protase inhibisi yang menyebabkan daya serap tubuh terhadap asam amino tertentu menurun.

Dalam penjelasan lain juga dikatakan dalam tahu terkandung B12 dan B6 analog yang memanipulasi tubuh mengira sudah memiliki kandungan B12 dan B6 mencukupi. Padahal B12 dan B6 analog ini tidak bisa dimanfaatkan oleh tubuh sehingga memicu terjadinya defisiensi B12 dan B6.

Namun dalam laman veganhealth dijelaskan bahwa sifat penghambat dalam tahu relatif tidak tinggi sehingga Anda masih aman untuk mengonsumsinya dalam kadar moderat. Dan sebenarnya sejumlah kandungan senyawa fitokimia dalam makanan dan minuman lain banyak yang bersifat anti zat besi dan anti kalsium. Jadi Anda hanya harus menjaga asupan tahu dalam level moderat.

5. Dapat memicu alzheimer dan demensia

Dikatakan bahwa ada kaitan antara asupan tahu berlebihan dengan kasus alzheimer dan demensia. Hal ini dijelaskan dalam Journal of Medical Hypotheses tahun 2014 dengan tajuk “A possible cause of Alzheimer’s dementia – industrial soy foods”. Hal senada juga dijelaskan dalam laman researchgate tahun 2014 dengan tajuk “Isoflavones and Alzheimer Disease: The Effect of Soy in Diet”.

Dikatakan adanya pengaruh negatif isoflavon dalam paparan tinggi dan berjangka panjang terhadap kinerja dalam sistem neurotransmitter yang memicu terbentuknya sel-sel kelabu pada otak yang berkaitan dengan proses terjadinya demensia dan alzheimer.

6. Memicu efek kembung

Diperkirakan kandungan saponin di dalam tahu relatif mendorong perut merasa kembung dan begah. Dalam laman Draxe dikatakan bahwa berlebihan dengan tahu menyebabkan sejumlah masalah dalam sistem enzim.

Sedang dalam laman Livestrong.com, dijelaskan adanya pengaruh alergi terhadap kedelai yang mempengaruhi reaksi pencernaan yang seakan menolak tahu. Kondisi ini bekerja serupa dengan kasus alergi laktosa. Artinya hanya pada mereka yang alergi kedelai yang akan mengalami keluhan serius dengan pencernaan pasca mengonsumsi tahu.

7. Berdampak buruk terhadap kejantanan

Sebagaimana dijelaskan kandungan isoflavon dalam tahu mempengaruhi kondisi hormonal seseorang, terutama kadar estrogen dalam darah. Meski diperlukan asupan tahu dalam jumlah besar untuk bisa dikatakan sebagai level bahaya.

Terbukti dalam laman veganhealth pria yang mengonsumsi tahu berlebihan setidaknya sampai 12 porsi sehari dalam beberapa bulan akan menunjukan pembentukan pembesaran payudara.

8. Masalah kesehatan jantung

Meski masih dalam tahap riset pada tikus terbukti bahwa mengonsumsi kedelai dalam jumlah berlebihan akan memicu terjadinya kasus hypertrophic cardiomyopathy (HCM). Kasus ini mengacu pada kondisi otot jantung yang menebal, sehingga sulit untuk melakukan pemompaan. Ini berdasarkankan pada sumber Journal of Clinical Investigation.

Sebagaimana dijelaskan di atas, sejak awal memang tidak ada anjuran untuk sepenuhnya menghindari tahu sebagai konsumsi harian Anda. Anda hanya disarankan untuk menekan pola konsumsi Anda hanya pada level moderat. Bahkan dalam laman Veganhealth.org dikatakan konsumsi 50 gram perhari masih masuk dalam kategori moderat.

Selain itu, Anda juga bisa memilih produk tempe yang dianggap lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi karena faktor proses fermentasi. Proses ini menyebabkan kandungan isoflavon dan beberapa senyawa yang menghambat penyerapan nutrisi menurun kadarnya. Tetapi tetap mempertahankan kandungan protein di dalamnya. Ini artinya juga menekan risiko dari bahaya tahu yang berlebihan.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}