Pandangan Soal Makanan Seusai Pembedahan Manakah yang Dapat Dipercaya

DITULIS OLEH:
Fery Irawan 

Juni 7, 2018


Soal makanan memang menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan, terutama seusai pembedahan. Ada berbagai pandangan untuk menentukan manakah yang terbaik bagi pasien sewaktu mengonsumsi makanan. Namun, seringkali pandangan umum tidak selalu benar ataupun baik bagi mekanisme kerja tubuh. Maka Anda perlu memeriksanya kembali.

Misalnya, pada saat seseorang sakit ada pandangan bahwa makanan yang baik untuk proses pemulihan adalah bubur agar lambung tidak bekerja terlalu keras terutama setelah proses pembedahan. Namun, ini adalah suatu kekeliruan, mengapa? Hal ini berkaitan dengan enzim dalam tubuh! Pada dasarnya bubur adalah makanan yang tidak dapat dicerna atau dikunyah sehingga makanan yang ditelan ini tidak menghasilkan enzim pencernaan. Sebaliknya dengan mengonsumsi makanan yang tidak diproses, ini justru memicu Anda untuk mengunyah dengan saksama sehingga menghasilkan enzim yang dibutuhkan.

Bagaimana ini dapat terjadi? Pada saat makanan dikunyah dengan baik, mulut mengeluarkan air liur yang mengandung enzim untuk menguraikan makanan. Enzim ini kemudian tercampur dengan makanan yang telah dikunyah dan masuk kedalam lambung untuk diproses. Jika Anda makan bubur, makanan tak akan mengandung enzim yang dibutuhkan karena langsung ditelan begitu saja. Enzim yang ada di tenggorokkan akan membantu memecah atau menguraikan zat tertentu, selebihnya dibantu oleh enzim yang ada di dalam lambung dan usus. Enzim yang ada dimulut akan membantu penyerapan makanan, sehingga nilai gizinya dapat langsung terserap tubuh – bukannya terbuang begitu saja kedalam usus besar.

Apapun jenis makanan yang Anda konsumsi – tidak termasuk makanan yang tidak sehat – hendaknya dikunyah dengan baik, sekalipun Anda tidak memiliki gangguan lambung. Proses mengunyah makanan dapat dilakukan 30 hingga 50 kali setiap kali Anda makan. Mungkin terdengar merepotkan dan menimbulkan kesan menjijikan bagi Anda. Bisa jadi Anda malah tak sanggup menelannya setelah mengikuti prosedur mengunyah ini, namun itulah fakta yang harus Anda lakukan.

Dengan mengikuti saran ini, Anda juga dapat mengurangi berat badan, bagaimana mungkin? Ya, mengunyah hingga 50 kali setiap suap akan membuat rahang Anda lelah, sehingga porsi makan Anda akan berkurang. Hal ini juga dapat melatih pengendalian diri Anda dalam menahan nafsu makan sewaktu sedang kelaparan, konsumsi makanan tanpa mengunyahnya dengan benar akan merusak lambung dan usus sehingga terbentuk lipatan-lipatan yang mempersempit dinding usus.

Dr. Hiromi Shinya bahkan pernah menyajikan sushi (makanan khas Jepang yang terdiri dari ikan mentah) untuk diberikan kepada pasien yang telah 3 hari berada di rumah sakit setelah operasi lambung. Ia menyarankan pasien untuk mengunyah hingga 70 kali setiap suapnya, dengan tujuan mengeluarkan enzim pengurai yang terdapat di dalam air liur. Ya, dengan demikian sistem pencernaan dapat berfungsi dengan baik dan tidak mengalami kerja berat yang tidak perlu. Begitukah?

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Fery Irawan seorang editor sekaligus penulis yang antusias dan sadar untuk memberikan informasi kesehatan yang tidak berat sebelah. Aktif menulis beragam artikel kesehatan selama beberapa tahun terakhir. Ia selalu berupaya menyampaikan informasi yang aktual dan terpercaya, sesuai dengan ketentuan dan prinsip jurnalistik yang ada. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}