Kadar Testosteron Tinggi dan Kanker Prostat: Apa Benar Saling Berkaitan?

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

Oktober 17, 2017


Dokter-dokter selalu punya segala macam nasihat ketika Anda menjalani pengobatan kanker. Tetapi dalam soal apa sebenarnya penyebab kanker prostat pada pria, sering kali mereka tidak sanggup menjelaskannya. Ketidaktahuan mereka itu membuat beberapa orang ragu-ragu ketika mereka merekomendasikan terapi radiasi atau operasi bedah untuk menangani kanker prostat.

Bagaimana bisa pihak medis mengklaim bahwa mereka tahu cara terbaik menangani kanker prostat dengan jenis pengobatan agresif seperti itu, kalau mereka bahkan tidak tahu mengapa kanker tersebut awalnya bisa berkembang? Pertanyaan semacam ini mungkin sudah terpikirkan di benak banyak orang seraya kanker prostat terus terjadi di seluruh dunia.

Berdasarkan informasi dari American Cancer Society, diperkirakan ada 1 dari setiap 7 pria yang akan mengalami kanker prostat di suatu waktu sepanjang hidupnya. Dan 1 dari 39 pria akan mengalami kematian karenanya. Sebenarnya, kanker prostat adalah penyebab kematian akibat kanker pada pria nomor 3, tepat di belakang kanker paru-paru dan kanker kolorektal.

Itu adalah fakta statistik yang serius, dan cukup untuk membuat kaum pria waspada. Sayangnya, semakin ke depan tampaknya statistik tersebut akan semakin buruk lagi. Tentu Anda tidak menginginkan diri Anda atau orang-orang lain di kehidupan Anda untuk menderita kanker ini.

Pemeriksaan Prostat: Apa yang Bermasalah dari Skrining PSA?

Seperti kebanyakan jenis penyakit lain, standar medis untuk menangani kanker prostat tidak berfokus pada pencegahan, tetapi lebih kepada melakukan skrining rutin. Dokter akan melakukanya dengan tes PSA, yang mengukur kadar antigen spesifik prostat dalam darah pria sebagai indikator adanya potensi masalah prostat.

Yang ditinjau adalah bahwa semakin tinggi kadar PSA, maka semakin besar kemungkinan seorang pria memiliki masalah prostat semacam pembesaran prostat (benign prostatic hyperplasia) atau prostatitis (radang prostat). Atau kemungkinan terburuknya adalah kanker prostat yang sedang/terus berkembang.

Salah satu masalah dari skrining PSA adalah kecenderungan untuk deteksi secara berlebihan, karena tidak semua kanker yang muncul saat skrining akan menjadi berbahaya selama masa hidup seorang pria (beberapa diantaranya bersifat jinak). Hasil tes ini mengakibatkan seorang pria diharuskan menjalani pengobatan agresif yang sebenarnya tidak perlu, justru menyebabkan kerusakan cukup parah dalam jangka panjang.

Masalah lain dari PSA adalah kemungkinan skrining ini tidak akurat. Paling tidak bukan seperti cara skrining ini digunakan sebagai bukti untuk menunjukkan bahwa kadar tinggi PSA pastilah langsung menyebabkan kanker prostat, seperti yang dipercayai orang-orang pada umumnya.

Masalah ketidakakuratan lebih kepada sebagaimana kadar tinggi PSA tidak selalu mengindikasikan adanya kanker prostat, begitu juga kadar rendah PSA bukan berarti seorang pria sama sekali tidak berisiko kanker ini. Ini berarti ada sesuatu yang perlu diselidiki lebih lanjut.

Bagaimana dengan pria di atas 65 tahun, yang mewakili kelompok pria yang paling mungkin terkena kanker prosat (dan mengalami peningkatan kadar PSA)? Mereka sering mengalami penurunan kadar hormon testosteron yang perlu ditangani dengan mengubah pola makan dan gaya hidup, serta mungkin dengan pengobatan terapi penggantian testosteron (TRT).

Pria yang menjalani TRT sering kali mengalami kenaikan kadar PSA, yang menjadi alasan para ahli meyakini bahwa testosteron turut berkontribusi sebagai faktor penyebab kanker prostat. Tetapi, benarkah ada bukti yang mendukung hal ini?

Apakah Hormon Androgen Seperti Testosteron Adalah Penyebab Kanker Prostat?

Sebenarnya itu bergantung, terutama jika mempertimbangkan fakta bahwa orang-orang yang paling tidak mungkin mengidap kanker prostat—pria muda—secara alami memiliki testosteron dalam kadar tinggi. Jika testosteron memang turut menjadi penyebab kanker prostat, maka setiap pria muda di usia primanya akan terkena kanker ini, dan faktanya ini tidak terjadi.

Perlu diperhatikan juga bahwa sekarang ada peningkatan jumlah pria yang kekurangan testosteron, baik muda maupun tua, yang mengidap kanker prostat. Fakta ini kelihatannya menunjukkan bahwa ada ketidakterkaitan antara kadar tinggi testosteron alami dengan kanker prostat.

Bisa jadi yang harus disalahkan adalah testosteron eksogenous (yang artinya bersumber dari luar tubuh/bukan alami) dalam bentuk TRT, sedangkan testosteron endogenous (alami) bertindak dengan cara berbeda pada prostat. Namun hipotesa ini masih memiliki kekurangan.

Pertimbangkan sebuah meta-analisis yang luas—yang paling luas dari yang pernah dilakukan—yang dipublikasikan di jurnal BJU International tahun 2016, mendapati bahwa testosteron endogenous maupun eksogenous sama-sama berdampak jelas pada kadar PSA seorang pria, atau pada risiko berkembangnya kanker prostat. Sebenarnya, testosteron dan hormon androgen terkait lain pada pria tampaknya memiliki efek positif, karena mereka sangat vital bagi kesehatan dan perkembangan pria.

Sebuah ulasan berdasarkan bukti yang dipublikasikan tahun 2015 dalam jurnal Therapeutic Advances in Urology mendapat kesimpulan yang sama mengenai peran androgen (hormon seks pria)—terutama bahwa mereka lebih membantu mengatasi masalah prostat daripada menjadi penyebabnya.

Ternyata mempunyai kadar testosteron rendah sebenarnya jauh lebih bermasalah bagi kesehatan pria umumnya—ini fakta yang benar-benar mengubah hipotesa bahwa androgen adalah pemicu kanker prostat. Apa yang diperlihatkan oleh ini semua adalah bahwa anggapan utama mengenai penyebab kanker prostat tampaknya sangat cacat, jika tidak mau dibilang sepenuhnya salah arah dan keliru.

Terlalu Banyak Estrogen Adalah Risiko Utama Lain dari Kanker Prostat!

Jadi kalau testosteron sebenarnya bukan pelaku dibalik perkembangan kanker prostat, lalu apa? Bukti terakhir memperlihatkan bahwa estrogen—dan memiliki terlalu banyak hormon ini—adalah faktor utama pemicu masalah prostat, termasuk kanker prostat.

Walaupun pria dan wanita membutuhkan testosteron maupun estrogen untuk tetap sehat, tapi harus ada keseimbangan antara keduanya pada masing-masing jenis kelamin. Wanita umumnya membutuhkan lebih banyak estrogen daripada testosteron, sedangkan pria membutuhkan lebih banyak testosteron. Cukup sederhana untuk dimengerti, namun dapat membantu Anda memahami inti permasalahnnya.

Tampaknya pria dimanapun sekarang ini mengalami beragam gejala kelebihan estrogen. Sayangnya dokter mereka sering kali tidak dengan benar mengidentifikasi masalah mereka untuk membantu menemukan solusi terbaik. Dokter yang seperti ini juga yang gagal menentukan bahwa sebenarnya kelebihan estrogen ini disebabkan oleh banyak faktor—misalnya pola makan buruk, kurang olahraga, dan terlalu banyak stres.

Sebagai contoh, pria yang terlalu sering mengonsumsi gula dan karbohidrat sederhana sedang menimbulkan kerusakan parah pada tubuh mereka. Kebanyakan konsumsi gula memicu resistensi insulin, yang menurunkan kadar testosteron serta memicu penumpukan lemak tubuh—terutama di sekitar bagian tengah tubuh juga dada. Inilah asal mula istilah “man boob”. Kelebihan lemak perut dan dada adalah satu tanda jelas bahwa seorang pria memiliki terlalu banyak estrogen dan tidak mempunyai cukup testosteron dalam tubuhnya.

Alkohol adalah zat lain yang tidak disadari turut menjadi penyebab kelebihan estrogen. Pria yang mengonsumsi banyak alkohol cenderung memiliki “beer belly” yang menandakan adanya penurunan testosteron dan kenaikan kadar estrogen. Dengan mengurangi alkohol dari kebiasaan sehari-hari, seorang pria bisa memperbaiki profil gula darahnya, sehingga membantunya untuk mengoptimalkan kadar testosteron sekaligus mengembalikan kadar estrogen yang naik.

Dari segi makanan, diperlihatkan bahwa mengikuti pola makan “Paleolitik” atau ketogenik secara benar dapat berdampak positif untuk membantu pria meraih keseimbangan hormon yang baik. Rutin olahraga, cukup tidur setiap malam, cukup minum air, dan mengurangi stres adalah cara bermanfaat lain untuk meminimalkan risiko penyebab kanker prostat.

Sebagai kesimpulan, jelaslah bahwa hormon di dalam tubuh adalah salah satu faktor utama—jika bukan yang paling utama—yang menentukan apakah seorang pria akan mengalami masalah dengan prostatnya. Tetapi testosteron bukanlah pelakunya; melainkan kadar estrogen yang berlebihan.

Dalam banyak kasus, kelebihan estrogen bisa secara efektif diatasi dengan membuat perubahan sederhana pada pola makan serta gaya hidup (yang pastinya membutuhkan disiplin dan kemauan keras). Namun sebagaimana yang sering dikatakan: Pencegahan adalah obat terbaik.

Oleh sebab itu semua pria dianjurkan untuk: Jangan tunggu sampai muncul masalah baru mencoba membuat perubahan pola hidup. Lakukanlah mulai sekarang sebelum Anda merasakan keluhan apa-apa untuk menghindari sebagian besar masalah pada prostat, termasuk kanker prostat. Dengan demikian, Anda bisa hidup sehat, bahagia, dan bergairah hingga usia tua nanti!

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}