Pada awal kemunculannya, gejala penyakit corona demikian identik dengan keluhan serupa flu. Mulai dari gejala batuk, sesak nafas, demam dan keluhan pernafasan lain. Seiring dengan perkembangan, sejumlah temuan di lapangan menampakan adanya tanda tanda COVID 19 lain. Pada kesempatan ini kita akan mencoba mengulas lebih dalam apa saja sebenarnya ciri penyakit COVID 19 dengan lebih lengkap.
COVID 19 atau infeksi karena virus corona, memang jenis penyakit anyar. Yang sudah tentu menjadi sangat wajar masih dalam pengamatan untuk lebih dipahami anomali dan karakter penyakitnya. Termasuk pula dipahami lebih baik apa saja gejalanya.
Mengapa COVID 19 Cepat Menyebar?
COVID 19 adalah penyebutan penyakit yang disebabkan oleh virus corona terbaru, SARS-CoV-2. Penamaan ini digunakan untuk membedakan dengan jenis corona sebelumnya yang juga menyerang sistem pernafasan (SARS).
Meski sebagian besar kasus infeksi corona ini tidak berkembang menjadi serius, tetapi penyakit ini menyebar dengan sangat cepat dan menular dengan sangat mudah. Tingkat kematian juga pada tingkat usia tertentu menjadi sangat tinggi.
Secara general, penularan dari penyakit COVID 19 ini melalui droplet. Yakni dari cairan yang keluar yang terciprat dari pasien ketika mereka batuk atau bersin. Cairan yang membawa virus ini dapat melekat pada benda dan udara dalam beberapa waktu, sementara virus di dalamnya tetap bertahan. Ketika droplet ini masuk ke dalam saluran pernafasan orang lain, saat itulah orang tersebut akan mudah tertular.
Bila sekedar mengacu pada fakta ini, pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari mereka yang sakit. Supaya tidak tertular cairan droplet yang keluar. Namun yang membuatnya menjadi tidak sederhana, ternyata banyak kasus positif Corona yang terbukti tidak menunjukan gejala pada umumnya penyakit pernafasan.
Bila pasien tidak menunjukan keluhan, maka sulit untuk pasien menyadari bahwa dirinya dapat menularkan penyakit ke orang lain. Pasien positif dengan kondisi tanpa gejala penyakit corona inilah yang kemudian dengan mudah menyebarkan penyakit lebih luas.
Mereka beraktivitas dengan normal sebagaimana orang sehat karena imunitas mereka bekerja dengan cukup efektif. Meski virus berdiam dalam tubuhnya, virus corona tidak berhasil menginvasi dan menyerang sel-sel dalam organ pernafasannya. Hingga pasien cenderung terlihat sehat dan normal.
Ketika penderita COVID 19 dengan status OTG ini berinteraksi dengan orang sehat, mereka sangat mungkin menularkan penyakit COVID 19 ke orang sekitarnya. Bila daya tahan tubuh dari orang-orang tersebut tidak cukup prima, maka besar kemungkinan mereka akan mengalami keluhan serius.
Info Terkini Tanda-Tanda COVID 19
Meluasnya perkembangan infeksi virus corona di seluruh dunia hingga menginjak angka di atas 5 juta orang, membuka sejumlah fakta baru seputar gejala penyakit corona. Sejumlah pasien di seluruh dunia mulai menampakan adanya gejala yang beragam. Termasuk pula sejumlah gejala samar yang dialami oleh mereka yang selama ini dianggap sebagai berstatus OTG.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah seluruh tanda tanda COVID 19 baik yang paling umum terjadi hingga sejumlah gejala ringan yang dapat dikaitkan sebagai ciri penyakit COVID 19. Gejala ringan ini pada umumnya akan bukan jenis gejala yang lazim muncul pada penyakit-penyakit pada saluran pernafasan.

Gejala Penyakit Corona yang Umum Muncul
Dari banyak gejala yang muncul, beberapa jenis gejala merupakan tanda tanda COVID 19 yang umum terlihat. Dan jenis ciri penyakit COVID 19 yang paling mudah dikenali tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
-
Batuk kering
Batuk kering merupakan gejala paling khas dari penyakit yang disebabkan oleh virus corona ini. Batuk kering terjadi karena virus corona menginvasi sel-sel pada tenggorokan sekaligus menghambat produksi lendir atau dahak. Akibatnya muncul rasa gatal, perih disertai kering pada tenggorokan.
Tetapi tidak setiap batuk kering serta merta dapat diidentifikasi sebagai tanda tanda COVID 19. Anda perlu memahami betul batuk kering yang seperti apa yang dapat diidentifikasi sebagai gejala COVID 19.
Batuk kering yang muncul karena virus corona akan cukup persisten, sering dan terus menerus. Batuk akan terdengar tanpa adanya dahak menyertai dan lebih dalam karena sebenarnya pusat infeksi terjadi pada paru-paru, di bagian pernafasan dalam. Anda bisa merasakan nyeri di dada ketika Anda batuk. Acapkali juga disertai dengan efek sesak dan nafas yang pendek.
-
Nafas pendek
Gejala lain dari penyakit corona yang juga lazim terjadi adalah sesak nafas, atau lebih tepatnya nafas pendek. Anda bisa mengenali munculnya gangguan nafas ini ketika Anda merasakan tekanan pada dada hingga untuk menarik nafas terasa lebih berat. Anda juga akan kesulitan untuk menarik nafas dengan memuaskan.
Pada penderita COVID 19, rasa sesak muncul dari terbentuknya endapan cairan dalam paru-paru akibat penyakit pneumonia. Pneumonia adalah kondisi gangguan pada paru-paru yang menjadi tanda tanda utama akan COVID 19.
Cairan yang berdiam dalam paru-paru akan menyebabkan pasien sulit untuk menarik udara dengan memuaskan sesuai kebutuhan tubuh. Ini karena sejumlah kantung udara yang seharusnya dapat diisi dengan udara malah berisi air. Hingga pasien akan merasa sulit untuk bernafas dengan lega.
Hanya saja, pahami dengan baik sesering apa keluhan nafas pendek ini muncul. Kadang keluhan serupa bisa jadi hanya sebagai tanda Anda tengah stress atau kelelahan. Jadi amati beberapa kali untuk memahami apakah nafas pendek yang Anda alami merupakan tanda tanda COVID 19.
-
Demam
Segala penyakit yang berkaitan dengan infeksi dan inflamasi atau peradangan sudah tentu akan berakibat demam. Proses serangan dari virus yang bertemu dengan sistem antibodi tubuh menyebabkan efek demam. Biasanya munculnya demam menjadi penanda awal adanya infeksi, itu sebabnya Anda akan diukur suhu tubuhnya ketika memasuki tempat umum.
Karena itu, salah satu ciri dari penyakit COVID 19 adalah munculnya rasa demam. Suhu tubuh pasien akan naik di atas 38o c. Pasien juga bisa merasakan meriang seperti muncul rasa dingin di saat tubuh sebenarnya demam.
Yang Anda perlu pahami, kadang demam yang muncul bisa saja relatif ringan. Hanya menyebabkan pasien sedikit tidak nyaman tanpa temperatur pasien harus mencapai suhu tinggi. Tinggi dan rendahnya kenaikan suhu dan efek meriang yang muncul biasanya berkaitan dengan daya tahan tubuh.
-
Rasa lelah berlebihan
Ada banyak alasan kenapa ciri dari penyakit COVID 19 antara lain adalah efek lelah berlebihan. Salah satunya karena proses kinerja antibodi dalam menghadapi virus corona juga akan memakan banyak energi.
Dikatakan pula bahwa virus corona juga mungkin menyerang sistem saraf. Bila sistem saraf terganggu oleh virus, maka pasien dengan mudah mengalami gangguan metabolisme, daya tahan tubuh dan ketahanan. Sesuatu yang mungkin menggiring pasien malah mengalami efek lelah yang berlebihan.
Keluhan lelah juga bisa terjadi sebagai akibat dari menurunnya kuantitas oksigen dalam tubuh. Ini karena sistem pernafasan tidak cukup mampu mensuplai kebutuhan oksigen tubuh dengan optimal. Karena pneumonia atau gangguan pernafasan mengganggu kapasitas maksimal dari paru-paru.
Anda perlu waspada ketika Anda mulai merasa batuk kering, demam disertai dengan rasa lelah yang hebat. Bisa jadi ini merupakan ciri awal dari munculnya penyakit COVID 19 akibat infeksi virus corona.

Ciri Lain yang Menjadi Tanda-Tanda Penyakit COVID 19
Selain adanya sejumlah ciri penyakit COVID 19 yang mudah dikenali sebagaimana disebutkan di atas, sejumlah gejala mungkin juga muncul. Gejala penyakit corona ini sifatnya tidak mutlak dan hanya muncul pada sebagian kasus. Biasanya dianggap sebagai tanda tanda pendamping dari penyakit COVID 19. Adapun beberapa gejala tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
-
Linu dan pegal-pegal
Sebagaimana kebanyakan kasus infeksi, pasien tidak hanya mengeluhkan efek demam dan meriang. Kadang keluhan seperti pegal dan linu juga muncul. Ini berkaitan dengan kinerja dari sistem imunitas tubuh.
Sementara antibodi dan sel darah putih terbentuk untuk melawan serangan virus, tubuh mulai akan terasa kaku dan linu. Munculnya rasa tidak nyaman ini merupakan pengaruh dari tingginya kadar sel darah putih dalam tubuh.
Sel darah putih ini memiliki sifat mendorong inflamasi dan inilah yang menyebabkan munculnya rasa linu pada persendian. Pada umumnya, keluhan nyeri sendi, pegal dan linu-linu akan muncul bersamaan dengan keluhan demam dan meriang.
-
Peradangan pada mata
Menurut sumber Journal of Medical Virology tahun 2020, dijelaskan bahwa 3% dari penularan virus corona menyebabkan penyebaran pada mata. Dan ini mengakibatkan terbentuknya infeksi mata ringan seperti konjungtivitas.
Yang perlu Anda pahami, peradangan mata kebanyakan merupakan gejala penyakit virus corona pada tingkat menengah. Keluhan ini bukan menjadi ciri utama dari penyakit COVID 19 pada tingkatan awal.
Sebaiknya Anda waspada pada keluhan mata merah sebagai tanda tanda COVID 19 hanya ketika keluhan ini muncul bersamaan dengan keluhan demam dan batuk kering yang persisten. Atau muncul dengan keluhan tambahan lain seperti radang tenggorokan.
-
Diare
Berdasar pada Journal of Alimentary Pharmacology & Therapeutics tahun 2020, diare dapat menjadi salah satu gejala penyakit COVID 19 yang disebabkan oleh corona. Dalam studi ini disimpulkan setidaknya lebih dari 70% kasus COVID 19 disertai dengan gejala gangguan pencernaan dalam beberapa tingkatan level.
Dalam riset lain yang diungkap dalam The American Journal of Gastroenterology tahun 2020 dijelaskan bahwa keluhan diare menjadi salah satu tanda tanda dari 19% penderita penyakit COVID 19. Pada umumnya gejala ini muncul pada level yang lebih berat.
Dijelaskan bahwa dalam sel sistem pencernaan terdapat sejumlah reseptor ACE2 yang sama sel di dalam organ paru-paru. Persamaan karakter sel ini yang memudahkan proses persebaran virus ke dalam sistem pencernaan, termasuk memicu terjadinya diare.

Gejala Ringan Terkait Penyakit Corona
Selain sejumlah gejala yang umum muncul, juga sejumlah tanda tanda COVID 19 yang sifatnya tidak mutlak, terdapat pula sejumlah ciri awal penyakit COVID 19 yang muncul dengan samar. Demikian samar, karena gejalanya mirip dengan penyakit tidak serius lain. Dan acapkali sulit dikenali sebagai ciri dari penyakit COVID 19.
Inilah yang kemudian menyebabkan beberapa orang menjadi berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG). Karena kadang tanda tanda COVID 19 ini muncul di awal sebelum gejala utama lain terlihat. Gejala ringan ini muncul pada umumnya muncul pada masa inkubasi awal sebelum infeksi sebenarnya berkembang.
Bila kondisi pasien terbilang prima dengan daya tahan yang sangat baik, gejala ringan ini bisa jadi tidak berkembang lebih jauh. Hingga pasien sama sekali tidak tampak sakit dan cukup fit untuk beraktivitas normal. Tanpa menyadari adanya virus dalam tubuh mereka yang mungkin menular ke orang lain. Adapun tanda tanda ringan yang mengawali penyakit COVID 19 tersebut adalah sebagai berikut.
-
Kehilangan indera perasa dan penciuman
Kehilangan indera perasa dan penciuman menjadi ciri awal dari munculnya penyakit COVID 19. Apa sebenarnya yang terjadi? Bagaimana serangan virus corona mempengaruhi performa lidah dan hidung?
Sebenarnya, gejala seperti kehilangan indera perasa dan penciuman tidak melulu merupakan ciri awal dari penyakit COVID 19. Gejala ini dapat muncul pada semua jenis keluhan infeksi yang berkaitan dengan nasal atau hidung.
Infeksi yang menyerang hidung akan menyebabkan gangguan pada fungsi indera penciuman. Dan gangguan ini bersinergi menyebabkan kemampuan lidah dalam mengecap rasa juga menurun. Hal ini juga terjadi ketika terjadi infeksi karena virus corona.
Tetapi dikatakan hampir sebagian besar kasus corona ditandai dengan gejala ini diawal. Sehingga sepatutnya untuk lebih waspada ketika gejala penyakit corona ini muncul pada tubuh Anda.
-
Air mata yang terus keluar
Menurut Journal of American Medical Association – Ophthalmology tahun 2020, keluhan pada fungsi mata dapat menjadi salah satu tanda tanda COVID 19 yang mungkin tidak Anda sadari sebelumnya.
Dalam riset ini ditemukan adanya sejumlah pasien yang mengalami keluhan epiphora. Ini merupakan keluhan dimana mata memproduksi air mata berlebihan. Pasien mengeluhkan efek menangis tanpa sebab dan bukan karena pengaruh aspek emosional.
Gangguan ini diduga kuat terjadi akibat gangguan pada kelenjar air mata yang disebabkan oleh serangan virus. Juga karena saluran pembuangan air mata mengalami sumbatan hingga air mata menumpuk berlebihan pada bola mata.
-
Radang tenggorokan
Meski bukan gejala yang sering muncul, WHO memutuskan radang tenggorokan dapat menjadi salah satu gejala dari penyakit karena virus corona. Setidaknya 10% kasus COVID 19 didahului dengan rasa perih dan gatal pada tenggorokan.
Tentu saja tidak semua keluhan radang tenggorokan serta merta dapat Anda kategorikan sebagai ciri penyakit COVID 19. Karena radang tenggorokan sendiri bisa disebabkan oleh perkembangan infeksi bakteri, jamur, virus hingga efek iritasi karena kebiasaan berdeham terlalu sering.
Tetapi bila Anda mengalami keluhan nyeri pada tenggorokan yang tidak hilang atau terus datang pergi dengan persisten Anda perlu waspada. Atasi dulu dengan banyak minum dengan tambahan pelega tenggorokan.
Bila tindakan ringan ini tidak berhasil pula untuk atasi masalah, ditambah pula bila Anda juga mengalami gejala lain seperti demam atau batuk kering, maka sebaiknya Anda segera memeriksakan diri.
-
Hidung yang terus berair
Masih sama dengan kasus hilangnya kemampuan penciuman dan perasa, biasanya mereka dengan gejala awal penyakit corona juga akan mengalami gangguan hidung yang terus berair atau berlendir.
Ciri awal penyakit COVID 19 ini bisa jadi berkaitan dengan efek serangan virus pada sistem pernafasan. Bisa pula akibat dari peningkatan jumlah air mata yang kemudian mengalir melalui saluran air mata menuju hidung.
Tetapi secara umum, pilek bukan gejala yang lazim terjadi pada COVID 19. Bila pilek yang muncul disertai dengan keluhan bersin, cairan lendir yang berlebihan sebagaimana pilek biasa, besar kemungkinan merupakan gejala flu dan melesma biasa.
-
Ruam pada kulit
Belakangan sejumlah pakar melihat adanya gejala penyakit corona lain yang selama ini sering tidak dikaitkan dengan COVID 19. Ini adalah keluhan ruam pada kulit. Mengingat COVID 19 merupakan keluhan pada saluran pernafasan, banyak yang sulit mengaitkannya dengan keluhan ruam kulit.
Dalam Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology tahun 2020 dijelaskan bahwa 20% kasus COVID 19 ditandai dengan munculnya ruam kulit di awal. Gejala ini dapat berupa lesi keunguan, ruam kemerahan hingga bentolan dengan efek iritasi yang gatal. Kadang juga berupa lesi atau tanda ruam pada kuku.
Dalam banyak kasus tanda tanda COVID 19 ini muncul sebelum gejala lain terlihat. Bahkan kerap kali pada mereka dengan daya tahan yang baik, gejala ini tidak berlanjut ke taraf serius. Yang kemudian dikenal dengan status OTG.
-
Mual dan kembung
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu tanda tanda dari penyakit COVID 19 adalah gangguan pada pencernaan, maka lazim pada sejumlah pasien mengalami keluhan mual dan rasa tidak nyaman pada pada perut di awal.
Biasanya keluhan seperti rasa tidak nyaman di perut, mual, kehilangan selera makan dan rasa kembung berkaitan dengan perkembangan virus pada sistem pernafasan atas dan pencernaan. Meski invasi utama tetap terpusat pada paru-paru, tetapi keluhan akan tetap mungkin untuk muncul.
-
Bingung
Tidak banyak orang paham bahwa ternyata virus corona tidak hanya dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sistem pernafasan. Serangan juga dapat muncul pada pencernaan, jantung hingga jaringan saraf dan otak. Serangan terakhir inilah yang kemudian dapat memunculkan gejala bingung pada pasien penyakit corona.
Sulit untuk diidentifikasi, banyak penderita tidak sepenuhnya menyadari perubahan yang terjadi berkaitan dengan COVID 19. Biasanya mereka akan mengalami gangguan bingung dari skala ringan seperti pikun ringan atau sulit konsentrasi. Hingga kebingungan yang lebih serius, hingga sulit untuk memahami penjelasan dan mudah panik.
Terbukti jaringan otak dan saraf juga memiliki reseptor protein yang sama dengan paru-paru. reseptor ACE2 ini menjadi media perkembangan dari virus corona dalam tubuh. Terbukti pula pada kondisi yang serius, virus corona juga dapat ditemukan dalam jaringan otak.
Pengaruhnya juga dapat muncul karena virus ini menginvasi sel-sel dalam hidung atau pengaruh kerusakan pada imun yang diakibatkan dari serangan virus corona tersebut. Dapat pula terjadi akibat virus corona menyerang jaringan saraf di daerah sekitar leher yang kemudian berkaitan dengan sistem saraf pusat.
-
Sakit kepala
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa virus corona juga mungkin menginvasi jaringan saraf dan sistem saraf pusat. Maka tidak heran bila kemudian sejumlah penderita COVID 19 juga mengalami keluhan sakit kepala. Mulai dari skala ringan hingga serius.
Sebagaimana dijelaskan dalam Journal of American Medicam Association- Neurology tahun 2020, 36% kasus penyakit COVID 19 menunjukan adanya gejala pada sistem saraf, termasuk di antaranya adalah keluhan sakit kepala dan pusing.
Dalam The New England Journal of Medicine tahun 2020 juga diungkap bahwa setidaknya 84% kasus COVID 19 pada stadium yang sudah serius akan menunjukan gejala penyakit corona pada jaringan otak. Sedang ciri gangguan kecil ditampakan oleh 45% kasus penyakit COVID 19 yang ringan.

Ciri Penyakit COVID 19 yang Berbahaya
Sejumlah ciri penyakit COVID 19 bisa jadi merupakan gejala yang umum muncul. Sebagian adalah tanda tanda penyakit COVID 19 yang sifatnya tidak mutlak muncul. Dan sebagian lain bersifat sebagai gejala awal yang relatif ringan dan samar hingga sulit dikenali.
Namun ada pula sejumlah ciri penyakit COVID 19 yang bila sudah muncul bisa jadi adalah tanda bahwa kondisi COVID 19 yang Anda alami sudah mencapai status yang lebih serius. Bila keluhan ini muncul artinya Anda tidak lagi mungkin mengatasinya dengan penanganan medis yang profesional. Apa saja gejala berat tersebut?
-
Sesak nafas yang berat
Sesak nafas adalah gejala yang lazim dikeluhkan pada COVID 19. Tetapi Anda tidak bisa mengabaikan keluhan sesak nafas yang berat, hingga menyebabkan pasien sulit sekali untuk menarik nafas dengan lega.
Biasanya keluhan sesak nafas berat terjadi karena kapasitas paru-paru yang sangat menurun. COVID 19 secara medis memiliki kondisi menyerupai pneumonia, dimana cairan mengendap dalam paru-paru. Ini menyebabkan paru-paru tidak mampu lagi menampung oksigen sesuai kebutuhan tubuh. Inilah yang menyebabkan pasien sulit untuk bernafas.
-
Rasa nyeri dan tertekan pada dada
Bersamaan dengan munculnya rasa sesak nafas yang berat, biasanya pasien juga akan mengalami serangan nyeri pada dada. Nyeri ini terasa lebih dalam dan menusuk tidak hanya karena efek endapan cairan, tetapi juga karena efek inflamasi yang berkembang pada paru-paru.
Kadang serangan nyeri menyebar hingga ulu hati, karena virus juga menginvasi pencernaan dan menyebarkan peradangan hingga area lambung dan usus atas. Beberapa pasien akan sulit untuk menarik nafas hingga memerlukan alat bantu untuk bernafas dengan baik.
-
Wajah membiru
Paru-paru yang mengalami penurunan kapasitas akan menyebabkan suplai oksigen dalam tubuh menurun. Oksigen berperan besar dalam seluruh bagian tubuh, termasuk dalam sirkulasi darah.
Ketika oksigen yang masuk dalam paru-paru turun, maka sejumlah organ akan mengalami kekurangan suplai oksigen. Ini ditandai dengan munculnya rona biru pada bibir, kuku dan permukaan kulit, utamanya pada ujung kaki dan tangan.
-
Tubuh kaku dan halusinasi
Gangguan yang disebabkan oleh COVID 19 juga dapat terjadi pada otak. Virus corona menyebabkan sistem saraf terganggu, yang pada level lebih serius menampakan ciri penyakit COVID 19 yang lebih serius seperti gejala serupa dengan stroke, halusinasi hingga gangguan motorik. Termasuk gangguan saat bicara dan fungsi gerak tangan serta kaki.
Pada level ini sebenarnya kondisi pasien relatif sudah cukup berat dan meski pada tingkat resiko rendah mungkin akan memicu kerusakan permanen pada fungsi otak dan sistem saraf tubuh.
Demikian tadi seluruh gejala atau ciri penyakit COVID 19 terkait infeksi virus corona. Termasuk tanda tanda COVID 19 yang paling awal sebelum gejala lain muncul hingga gejala yang menjadi tanda kondisi pasien berada pada status lebih berat.