Dengan mulai menyebarnya corona COVID-19 di Indonesia, masyarakat diinformasikan agar segera memeriksakan diri ke penyedia layanan kesehatan jika mengalami gejala-gejala mirip flu, meski dalam tahap awal. Hal ini kemungkinan membuat kita khawatir saat mengalami tanda dan gejala yang seperti flu atau alergi, sebab gejala corona juga dapat mirip alergi. Bagaimana cara membedakan tanda dan gejala corona COVID-19 dengan flu atau alergi?
Dalam artikel ini akan dibahas mengenai perbedaan-perbedaan antara tanda dan gejala COVID-19 dengan penyakit flu serta alergi. Semua informasi dalam artikel ini didasarkan atas sumber yang dapat dipercaya, silakan lihat di “sumber referensi” pada akhir artikel.
Perbedaan Kunci Gejala Corona COVID-19 dengan Flu & Alergi
Kalau hidung kita beringus atau mata terasa gatal, itu bukan tanda gejala COVID-19. Tetapi kalau kita mengalami batuk kering, merasa kelelahan, dan demam, ada kemungkinan itu tanda dari COVID-19. Meski begitu bisa saja itu hanya penyakit flu biasa.
“Tidak semua gejala muncul sama. Walaupun sepertinya Anda terkena virus corona, Anda mungkin mengalami alergi atau influenza (flu) musiman,” ungkap Lindsey Elmore, PharmD, seorang spesialis farmakoterapi bersertifikat dan pembawa acara “The Lindsey Elmore Show”.
“Ada banyak tanda gejala batuk-pilek, flu, dan COVID-19 yang serupa, dan mungkin sulit dibedakan,” tambah Ramzi Yacoub, PharmD, kepala petugas farmasi dari layanan SingleCare. “Mereka semua disebabkan oleh virus, tetapi virus-virus yang berbeda yang menyebabkan masing-masing infeksi ini.”
“Akan tetapi, satu perbedaan kunci di antara ketiganya yaitu gejala corona COVID-19 adalah sesak napas,” imbuh Yacoub. “Sesak napas merupakan gejala umum dari COVID-19 yang muncul sebelum pneumonia berkembang. Umumnya flu atau pilek tidak menyebabkan sesak napas, kecuali kalau sudah berkembang ke pneumonia, yang dalam hal ini Anda juga perlu pergi ke penyedia layanan kesehatan.”
Dr. Subinoy Das, kepala petugas medis di Tivic Health, mengatakan bahwa flu biasa jarang menyebabkan sesak napas setelah demam muncul.
“Gejala influenza [atau flu] sangat menyerupai corona COVID-19, tetapi sesak napas [karena influenza] biasanya tidak separah COVID-19,” kata Dr. Das.
Dr. Das juga mengungkapkan bahwa pada COVID-19 sesak napas sering terjadi 5 sampai 10 hari setelah kemunculan demam yang pertama kali.
Bersin-Bersin Bukan Gejala Khas Corona COVID-19
Bersin-bersin, hidung beringus, nyeri di wajah, postnasal drip (lendir berlebih menetes dari bagian belakang hidung turun ke tenggorokan), dan mata gatal adalah gejala-gejala umum dari alergi atau batuk-pilek biasa.
Tetapi gejala-gejala itu bukanlah tanda-tanda khas dari COVID-19. Menurut keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tanda gejala COVID-19 yang paling umum ialah demam, kelelahan, dan batuk kering. Beberapa penderita dapat mengalami gejala-gejala lain seperti sakit dan nyeri badan, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, atau diare.
“Dalam sebuah laporan mengenai lebih dari 1000 pasien di China, gejala hidung tersumbat hanya terlihat pada 1 dari setiap 20 pasien,” kata Dr. David M. Cutler, seorang dokter di Pusat Kesehatan Providence Saint John, Santa Monica, Kalifornia.
Tanda dan gejala COVID-19 biasanya muncul dalam waktu 2 sampai 14 hari setelah paparan virus corona penyebabnya.
Akan tetapi, WHO menerangkan bahwa ada beberapa orang terinfeksi yang tidak mengalami gejala apapun dan merasa baik-baik saja. Mereka masih bisa menularkan virusnya ke orang-orang di sekitarnya walaupun mereka merasa sehat.

Alergi Memiliki Gejala-Gejala yang Kronis
COVID-19, seperti flu atau batuk-pilek biasa, merupakan penyakit akut, yang artinya orang yang terinfeksi merasa baik-baik saja hingga gejalanya mulai muncul.
Di sisi lain, Dr. Cutler menjelaskan bahwa alergi biasanya kronis, dimana gejala-gejalanya kambuh-kambuhan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Para ahli juga mencatat bahwa musim alergi belum dimulai di sebagian besar besar negara di dunia.
“Alergi seharusnya tidak menyebabkan demam atau sakit badan,” kata Dr. Kristine S. Arthur, seorang dokter internis di MemorialCare Medical Group, Laguna Woods, Kalifornia. “Umumnya tidak ada batuk kecuali Anda punya banyak lendir mengalir dari hidung.” Ia juga menambahkan bahwa alergi dapat menyebabkan bersin-bersin, terutama pada penderita asma.
“Gejala-gejala alergi cenderung berbeda-beda tergantung pada lingkungan: memburuk jika terkena debu, serbuk sari, atau bulu binatang, sedangkan gejala-gejala batuk-pilek cenderung bertahan tidak soal waktu, hari, cuaca, lokasi, atau faktor lingkungan lainnya,” terang Dr. Cutler.
Selain itu seperti halnya pada gejala corona COVID-19, “Batuk-pilek lebih cenderung memiliki gejala-gejala umum seperti demam, sakit kepala, dan nyeri badan, sedangkan alergi biasanya hanya memengaruhi saluran pernapasan,” kata Dr. Cutler. “Gejala alergi biasanya membaik dengan obat antihistamin dan obat khusus alergi lainnya. Batuk-pilek biasanya membaik dengan obat dekongestan, asetaminofen, minum banyak cairan, dan istirahat.”
Meski Mirip Gejala Flu, Corona COVID-19 Bukan Penyakit Flu
COVID-19 bukan penyakit flu. Sebagai salah satu kelompok patogen yang dikenal sebagai coronavirus (virus corona), sebenarnya mereka lebih erat kaitannya dengan batuk-pilek biasa daripada flu.
Namun demikian, tanda gejala khas COVID-19 lebih mirip dengan flu daripada dengan batuk-pilek. Gejala-gejala flu biasanya terdiri dari demam, batuk, sakit tenggorokan, hidung beringus atau tersumbat, nyeri otot atau sakit badan, sakit kepala, dan kelelahan. Sedangkan gejala-gejala batuk-pilek biasanya hidung beringus atau hidung tersumbat, sakit tenggorokan, batuk, sedikit sakit badan, sakit kepala ringan, bersin-bersin, demam ringan, dan perasaan tidak enak badan.
“Dalam hal membedakan tanda gejala flu dan COVID-19, hampir tidak mungkin untuk membedakannya,” kata Dr. Jake Deutsch, pendiri dan direktur kilnis pusat Cure Urgent Care and Speciality Infusion di New York. “Itu sebabnya orang dianjurkan untuk melakukan vaksin flu agar setidaknya dapat . . . meminimalkan risiko terserang flu. Demam, sakit badan, batuk, bersin, semuanya bisa dikaitkan dengan kedua penyakit ini, jadi artinya jika ada kekhawatiran terkena flu, ada juga kekhawatiran terkena COVID-19.”
Dr. Cutler mengatakan bahwa jika Anda mengalami COVID-19, flu, atau batuk-pilek yang ringan, pengobatan diarahkan untuk mengatasi gejala-gejalanya.
“Biasanya, obat asetaminofen disarankan untuk demam,” ujarnya. “Obat batuk dan sirup obat batuk juga bisa membantu mengurangi lendir berlebih. Kalau ada gejala hidung tersumbat, mungkin obat antihistamin bermanfaat.”
Gejala COVID-19 yang Bisa Membahayakan Nyawa
Dr. Cutler menjelaskan bahwa COVID-19 dengan tanda dan gejala yang ringan diperkirakan berlangsung sekitar 2 minggu. “Beruntung, kebanyakan kasus [COVID-19] ringan,” katanya.
Hampir tidak ada orang yang meninggal karena batuk-pilek. Dan alergi musiman sering kali sifatnya menjengkelkan daripada membahayakan.
Akan tetapi influenza dapat menyebabkan kematian. Di Amerika Serikat saja, dilaporkan influenza menyebabkan antara 12.000 dan 61.000 kematian setiap tahunnya.
COVID-19 punya potensi untuk menyebabkan lebih banyak kematian, sebab penyakit ini mudah menular, populasi manusia tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit ini, dan dalam kasus-kasus yang serius dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia yang mengancam jiwa.
Lembaga Centers for Disease for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan kalau Anda merasa sakit atau curiga telah terkena COVID-19, Anda sebaiknya mengkarantina diri sendiri selama setidaknya 2 minggu untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.
Gejala-gejala corona COVID-19 yang parah dan membutuhkan pertolongan medis antara lain: kesulitan bernapas, nyeri atau tekanan yang terus-menerus di dada, kebingungan atau ketidakmampuan untuk bangun setelah tidur, atau bibir atau wajah kebiruan. Menurut CDC, gejala bibir atau wajah kebiruan menunjukkan kondisi kekurangan oksigen dalam peredaran darah.
WHO menjelaskan bahwa sekitar 1 dari setiap 6 orang yang terjangkit COVID-19 menjadi sakit parah dan mengalami kesulitan bernapas. Orang yang lebih tua dan mereka yang punya masalah kesehatan sebelumnya, seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung, atau diabetes, lebih riskan untuk mengembangkan penyakit COVID-19 yang serius.

Kesimpulan tentang Perbedaan Gejala Corona COVID-19 dengan Flu & Alergi
Apa perbedaan kunci tanda gejala dari COVID-19, flu, dan alergi? Satu perbedaan kuncinya adalah gejala sesak napas. Sesak napas adalah gejala umum dari COVID-19, sedangkan flu dan pilek biasanya tidak menyebabkan sesak napas. Sesak napas pada COVID-19 sering muncul 5 sampai 10 hari setelah kemunculan demam yang pertama kali.
Apakah bersin-bersin adalah gejala corona COVID-19? Bersin bukan gejala khas corona, melainkan gejala dari alergi atau batuk-pilek biasa. Selain bersin-bersin, alergi atau batuk-pilek juga menyebabkan hidung beringus, nyeri di wajah, postnasal drip, dan mata gatal.
Bagaimana membedakan gejala alergi dengan COVID-19? Alergi biasanya bersifat kronis, dimana gejala-gejalanya kambuh-kambuhan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Alergi juga seharusnya tidak menyebabkan demam atau sakit badan. Gejala alergi juga cenderung mengikuti lingkungan sekitarnya.
Apa saja tanda gejala COVID-19 yang bahaya? Gejala-gejala yang parah dan harus segera mendapat pertolongan medis yaitu kesulitan bernapas, nyeri atau tekanan di dada yang terus-menerus, kebingungan, atau bibir atau wajah kebiruan.
Demikianlah artikel ini yang membahas mengenai perbedaan antara gejala corona COVID-19, flu, dan alergi. Semoga informasi ini membuat Anda dapat lebih teliti dalam mengenali mana tanda-tanda yang bahaya, dan mana yang tidak. Nantikan juga ulasan bermanfaat lainnya hanya di Deherba.com.