Seorang dokter bernama Mark S. Gold mengatakan bahwa remaja yang depresi tidak dapat membantu dirinya sendiri keluar dari masalah yang sedang dialaminya, padahal ia benar-benar butuh bantuan, disinilah peranan orang dewasa untuk melihat masalah dan menganganinya dengan serius.
Konsultasi Dokter
Sewaktu Anda mengamati pertumbuhan anak, perhatikanlah setiap perubahan yang terjadi. Mengapa? Karena gejala yang timbul bisa saja bukan karena depresi, melainkan perubahan hati yang sementara—untuk memperoleh info lebih lengkap mengenai gejala depresi dapat dilihat dalam artikel, Bagaimana Cara Mengetahui Gejala Depresi Pada Remaja?
Jika Anda memang tidak tahu apakah seorang remaja mengalami depresi atau tidak, cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter secara terbuka. Ada baiknya tidak menutupi informasi sekecil apapun sehingga penanganan yang tepat dapat dilakukan. Tak ada salahnya untuk memastikan bahwa dokter tersebut benar-benar paham akan informasi yang Anda sampaikan.
Dokter David G. Fassler mengingatkan bahwa, tidak mungkin seorang dokter dapat memperoleh seluruh informasi yang lengkap hanya dalam 1 pertemuan dengan durasi 20 menit saja. Ya, dibutuhkan kerjasama antara Anda dan dokter untuk memperoleh diagnosis yang tepat. Hanya, jika Anda ragu cobalah cari tahu kemungkinan lainnya yang bisa terjadi dengan menanyakannya pada dokter tersebut.
Terima dan Hadapi Situasinya
Anda tak perlu malu sewaktu anak remaja yang disayangi mengalami depresi, ini bukanlah suatu aib bagi keluarga. Hal ini menjadi tantangan bagi keluarga, karena mereka perlu berhati-hati sewaktu berbicara dan bertindak. Mengapa? Karena, remaja yang mengalami depresi sangat mudah cemas, cepat tersinggung, lekas marah, mudah lelah, dan takut terhadap sesuatu. Di pihak orang tua situasi ini tidaklah mudah dihadapi sendirian, sebaiknya Anda mencari teman untuk berbagi.
Hindari Sikap Suka Menyalahkan
Mau BEBAS dari SAKIT dengan herbal yang tepat? KONSULTASI GRATIS klik tombol WhatsApp ini:
WHATSAPP SEKARANGDepresi pada remaja seringkali menyebabkan orang tua menyalahkan diri mereka sendiri atas pola asuh yang diterapkan. Walau memang ada kaitannya dengan depresi pada remaja, ini bukanlah satu-satunya penyebab depresi. Menyalahkan diri sendiri hanya membuat Anda jatuh kedalam lubang yang sama, jika ini terjadi bagaimana Anda dapat membantu anak remaja ini?
Beberapa orang tua yang tidak mau disalahkan malah menyudutkan sang anak, mereka menyimpulkan bahwa ini adalah kesalahan mereka. Namun ingatlah, ia tidak dapat mengendalikan gangguan yang dialami. Sikap suka menyalahkan hanya mendorong sang anak untuk melakukan sesuatu yang nekat karena ia merasa tidak ada lagi alasan untuk hidup, sang anak bisa saja beranggapan bahwa tidak ada yang menyayangi mereka, jika ini terjadi akan sulit membantunya untuk pulih lagi.
Pandanglah depresi sebagai penyakit yang perlu disembuhkan, dengan demikian fokus utama Anda terletak pada cara memulihkan kondisinya. Proses ini bisa jadi menguras tenaga dan waktu Anda, bahkan dapat menjadi pemicu ledakan emosi dalam perkawinan. Maka perlu disadari bahwa komunikasi yang terbuka dengan pasangan hidup dan sikap saling mengerti sangat dibutuhkan. Ya, sikap suka menyalahkan diri atau orang lain bukanlah solusi yang tepat.
Berikan Dukungan dan Semangat
Memang kata-kata yang menghibur akan sangat menyejukkan bagi hati yang terluka, namun hendaknya Anda berhati-hati sewaktu memilih kata, hindari ungkapan ‘kamu gak boleh merasa begitu’ atau ‘sikapmu itu salah’. Sebaiknya perlihatkan sikap seperasaan dengan mendengarkan perasaannya, perlahan-lahan bantu dia menemukan hal-hal bernilai yang ada di dalam dirinya.
Berikan perhatian yang tulus dan penuhi kebutuhannya, seperti; istirahat yang cukup, kebiasaan olahraga, pola makan, pengobatan, dan kasih sayang. Pada akhirnya pengorbanan Anda tentu memberikan hasil yang baik dan tidak Anda duga.