Hati-Hati dengan Bahan Kimia Korosif yang Dilarang Kementerian Kesehatan

DITULIS OLEH:
Fery Irawan 

September 20, 2018


Pernahkah Anda mendengar kasus luka bakar namun bukan dikarenakan oleh kobaran api? Ya, terkadang ini dapat terjadi saat Anda mengalami paparan bahan kimia korosif. Oleh karena itu, ada sejumlah bahan kimia korosif yang dilarang Kementerian Kesehatan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Apa saja zat kimia korosif yang dilarang Kementerian Kesehatan tersebut?

Lalu, adakah pertolongan pertama yang bisa Anda dapatkan saat mengalami paparan senyawa kimia tersebut? Selain itu, Anda juga dapat memahami potensi berbahaya apa saja yang ada dalam zat kimia tersebut. Mari temukan info selengkapnya pada artikel berikut ini, sehingga Anda dapat mengenali dan menghindari bahaya yang ditimbulkannya.

Bahan Kimia Korosif yang Dilarang Kementerian Kesehatan

Menurut ketetapan pada Peraturan Menteri Kesehatan, Nomor 472/MENKES/PER/V/1996, tertanggal 09 Mei 1996. Setidaknya ada 40 bahan kimia korosif yang dilarang Kementerian Kesehatan. Beberapa senyawa kimia korosif ternyata berkaitan dengan sifat bahan kimia berbahaya lainnya, seperti zat beracun, iritan, hingga karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.

Zat kimia yang termasuk bersifat korosif memiliki nilai pH rendah (<pH 2,5) dan tinggi (pH> 12,5). Zat kimia korosif juga dapat menyebabkan kerusakan akut pada kulit maupun kerusakan mata secara permanen saat mengalami kontak langsung. Pada umumnya yang termasuk dalam zat kimia korosif ialah; asam klorida, asam sulfat, dan natrium hidroksida.

Beberapa jenis bahan kimia yang bersifat korosif dibutuhkan dalam penggunaan tertentu. Saat hendak mengurangi konsentrasi zat yang bersifat korosif, ada baiknya untuk selalu menambahkan zat korosif (asam atau basa) kedalam air, bukan sebaliknya. Hal ini akan meminimalisasi adanya bahaya berupa percikan yang dapat mengenai permukaan kulit ataupun mata.

Selain zat kimia korosif yang dilarang dilarang Kementerian Kesehatan, ada juga beberapa zat kimia korosif yang memiliki sifat mudah terbakar atau meningkatkan potensi kebakaran hingga mudah untuk menimbulkan reaksi ledakan. Beberapa zat korosif tidak cocok dengan bahan kimia lainnya. Zat tersebut mungkin mengalami reaksi kimia berbahaya terhadap zat beracun atau eksplosif apabila keduanya mengalami kontak.

Apa Saja 40 Bahan Kimia Korosif yang Dilarang Kementerian Kesehatan?

Apa itu korosif? Korosif merupakan zat yang dapat menyerang dan merusak jaringan tubuh dari makhluk hidup. Zat yang bersifat korosif bahkan mampu merusak permukaan logam dan menghancurkannya. Pada manusia, zat korosif mampu menyebabkan kerusakan yang terjadi secara langsung saat bersentuhan dengan senyawa kimia tersebut, baik itu pada permukaan kulit, mata, saluran pernapasan, hingga pencernaan Anda.

Tidak semua jenis bahan kimia korosif dilarang Kementerian Kesehatan, ada pula yang tidak dilarang karena penggunaannya dapat membantu kehidupan manusia. Bahan kimia korosif yang dilarang teridentifikasi memiliki kandungan sifat selain korosif, misalnya; beracun, iritan, hingga karsinogenik.

Namun, kebanyakan zat kimia korosif mengacu pada senyawa kimia asam ataupun basa. Untuk jenis asam umumnya termasuk asam klorida, asam sulfat, asam nitrat, asam kromat, asam asetat dan asam fluorida. Basa umumnya termasuk amonium hidroksida, kalium hidroksida (kalium akuatik) dan natrium hidroksida (soda kaustik). Lalu, apa saja zat kimia korosif yang dilarang oleh Kementerian Kesehatan? Berikut 40 daftar zat kimia korosif yang berbahaya!

Daftar 40 Bahan Kimia Korosif yang Dilarang Kementerian Kesehatan:
  1. Akrilaldehid (Korosif + Beracun)
  2. 4-amino-N, N-dietilalanin (Korosif + Beracun)
  3. Ammonium bifflorida (Korosif + Beracun)
  4. Asam Bromoasetat (Korosif + Beracun)
  5. Asam Hidroflorat (Korosif + Beracun)
  6. Asam Iodoasetat (Korosif + Beracun)
  7. Asam Kloroasetat (Korosif + Beracun)
  8. Boron tribromida (Korosif + Beracun)
  9. Boron triflorida (Korosif + Beracun)
  10. Boron triklorida (Korosif + Beracun)
  11. Butil kloroformat (Korosif + Beracun)
  12. 1,4-Diklorobuta-2-ena (Korosif + Beracun + Karsinogenik)
  13. Dimetil sulfat (Korosif + Beracun + Karsinogenik)
  14. 2,2′-Dimetil-4,4′-metilenbis (Korosif + Beracun)
  15. Dimetilsulfamoilklorida (Korosif + Beracun + Karsinogenik)
  16. 2,3-Epoksipropil akrilat (Korosif + Beracun)
  17. Florin (Korosif + Beracun)
  18. Fosfor, putih (Korosif + Beracun)
  19. Hidrazin (Korosif + Beracun + Karsinogenik)
  20. Hidrogen florida (Korosif + Beracun)
  21. 2-Hidroksietil akrilat (Korosif + Beracun)
  22. 1-Kloro-2,3-epoksipropana (Korosif + Beracun + Karsinogenik)
  23. Kromium lll kromat (Korosif + Karsinogenik)
  24. Kromium trioksida (Korosif + Beracun + Karsinogenik)
  25. Merkuri diklorida (Korosif + Beracun)
  26. Metil isothiosianat (Korosif + Beracun)
  27. 2-Metoksietilmerkuri klorida (Korosif + Beracun)
  28. N,N-Bis(3-aminopropil)metilamin (Korosif + Beracun)
  29. N,N-Dimethylhydrazin (Korosif + Beracun + Karsinogenik)
  30. Osmium Tetraoxida (Korosif + Beracun)
  31. Phenilmercuri Acetat (Korosif + Beracun)
  32. Phenilmercurihydroxida (Korosif + Beracun + Iritan)
  33. Phenol (Korosif + Beracun)
  34. Piperidin (Korosif + Beracun)
  35. Potasium biflorida (Korosif + Beracun)
  36. 2-(3-(Prop-1-en-2-il)fenil)prop-2 (Korosif + Beracun)
  37. Prop-2-in-1-ol (Korosif + Beracun)
  38. Propil kloroformat (Korosif + Beracun)
  39. Sodium biflorida (Korosif + Beracun)
  40. Xilenol (Korosif + Beracun)

Waspadai Keberadaan Bahan Kimia Korosif!

Memang tidak selalu mudah untuk mengetahui keberadaan bahan kimia korosif yang dilarang Kementerian Kesehatan. Banyak bahan kimia yang biasa digunakan di laboratorium bersifat korosif atau iritan bagi jaringan tubuh. Zat kimia tersebut sangat membahayakan mata dan kulit saat Anda melakukan kontak langsung.

Bahaya juga dapat dirasakan pada saluran pernapasan saat Anda menghirup udara yang tercemar dengan senyawa kimia. Kontaminasi juga dapat terjadi pada sistem pencernaan saat Anda secara tidak sengaja mengonsumsi zat tersebut. Tak heran jika keberadaan beberapa zat kimia korosif yang dilarang Kementerian Kesehatan perlu diwaspadai.

Simbol Bahan Kimia Korosif
Simbol Bahan Kimia Korosif

Bahan kimia korosif yang berbentuk cairan (seperti; asam mineral, larutan alkali dan beberapa oksidator) menunjukan bahaya yang sangat signifikan terhadap kulit ataupun kontak mata, sekalipun hanya berupa percikan dan akan memengaruhi jaringan sel manusia pada umumnya yang berlangsung sangat cepat. Bromin, natrium hidroksida, asam sulfat dan hidrogen peroksida adalah contoh cairan yang sangat korosif.

Bahan kimia korosif yang berbentuk gas dan uap, memiliki potensi berbahaya. Baik yang memiliki tingkat penguapan tinggi (seperti: amonia dan hidrogen klorid), dengan potensi bahaya berupa iritasi akut bagi saluran pernapasan. Ataupun yang memiliki tingkat penguapan rendah (seperti: nitrogen dioksida, fosgen, dan sulfur dioksida), dengan potensi bahaya menembus kedalam paru-paru.

Bahan kimia korosif yang berbentuk padat (seperti; natrium hidroksida dan fenol) juga menunjukan bahaya yang sangat signifikan terhadap kulit ataupun kontak mata. Namun jika serpihan debu dari zat korosif terhirup, ini dapat menyebabkan iritasi atau luka bakar pada saluran pernapasan. Banyak zat korosif yang menghasilkan panas ketika dilarutkan dalam air, seperti kalium hidroksida dan natrium hidroksida.

Pertolongan Pertama Saat Terpapar Zat Kimia Korosif

Beruntungnya pertolongan pertama saat terpapar bahan kimia korosif yang dilarang Kementerian Kesehatan masih tersedia. Jika Anda mengalami paparan zat kimia yang bersifat korosif pada kulit, cobalah untuk membasuhnya dengan air mengalir. Hal ini dilakukan guna meminimalisasi terjadinya luka bakar karena bahan kimia. Pastikan agar air yang mengalir tidak tercemar alias higienis.

Apabila Anda mengalami paparan zat kimia korosif yang dilarang Kementerian Kesehatan pada area mata, metode membasuh mata dengan air mengalir masih dapat dilakukan. Pembasuhan dilakukan selama 15 menit, lepas lensa kontak apabila Anda menggunakan lensa kontak. Segera cari bantuan medis untuk memperoleh pertolongan lanjutan.

Demikianlah info seputar bahan kimia korosif yang dilarang Kementerian Kesehatan. Ketahuilah bahwa informasi dalam artikel ini bukanlah pengganti saran medis ataupun laporan dari ahli kimia profesional. Saat Anda terpapar zat kimia korosif yang dilarang Kementerian Kesehatan ada baiknya untuk segera melakukan tindakan medis.

Kontak langsung dan tak langsung yang dapat memengaruhi kondisi tubuh perlu ditangani dengan segera. Keterangan yang ada dalam artikel ini hanyalah sebatas informasi yang bersifat umum. Selain keberadaan senyawa kimia yang bersifat korosif, masih ada lagi beberapa jenis kimia berbahaya lain yang juga dilarang oleh Kementerian Kesehatan. Temukan informasinya hanya di Deherba.com.

Sumber

Canadian Centre for Occupational Health and Safety. Corrosive Materials – Hazards. URL: https://www.ccohs.ca/oshanswers/chemicals/corrosive/corrosiv.html

Earlham College. Corrosive substances. URL: https://earlham.edu/chemical-hygiene-and-safety/online-safety-training/student-safety-training/corrosive-substances/

Princeton University. Corrosive Materials. URL: https://ehs.princeton.edu/laboratory-research/chemical-safety/corrosive-materials

Wikipedia. Corrosive substance.  URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Corrosive_substance

Wikipedia. Korosif. URL: https://id.wikipedia.org/wiki/Korosif

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Fery Irawan seorang editor sekaligus penulis yang antusias dan sadar untuk memberikan informasi kesehatan yang tidak berat sebelah. Aktif menulis beragam artikel kesehatan selama beberapa tahun terakhir. Ia selalu berupaya menyampaikan informasi yang aktual dan terpercaya, sesuai dengan ketentuan dan prinsip jurnalistik yang ada. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}