Alergi Obat: Ciri, Penyebab dan Pengobatannya

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

Mei 9, 2017


Alergi Obat – Reaksi abnormal dari sistem kekebalan tubuh Anda terhadap obat-obat tertentu. Obat-obatan apa pun—dari obat warung, obat resep, sampai herbal—bisa memicu reaksi alergi. Tapi sering kali alergi obat hanya terjadi jika mengonsumsi suatu jenis obat tertentu.  Apa ciri-ciri alergi obat lainnya?

Dalam artikel ini Anda akan melihat 8 ciri-ciri alergi obat yang mudah dikenali. Dalam artikel ini Anda juga akan menemukan ciri-ciri alergi lainnya, sesuai dengan keterangan yang disampaikan pada mayoclinic. Mari kita simak beberapa hal penting berikut ini!

Alergi Obat

Ciri-ciri alergi obat yang paling mudah dikenali adalah muncul gatal-gatal, ruam, atau demam setelah mengonsumsinya. Alergi seperti ini bisa menyebabkan reaksi yang serius, bahkan sampai anafilaksis—reaksi alergi yang mengancam nyawa karena berdampak pada berbagai sistem tubuh.

Namun alergi tidak sama dengan efek samping obat yang tertera pada label kemasan obat. Alergi juga harus dibedakan dengan kasus keracunan obat yang disebabkan oleh overdosis.

Ciri-Ciri Alergi Obat Secara Umum

Tanda-tanda alergi obat biasanya terjadi dalam waktu 1 jam setelah konsumsi. Kadang-kadang reaksi alergi baru akan terjadi berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan berminggu-minggu kemudian. Ciri-ciri alergi obat umumnya adalah:

  • Ruam atau bentol-bentol di kulit
  • Gatal-gatal
  • Demam
  • Pembengkakan
  • Sesak napas
  • Bengek
  • Hidung meler
  • Mata gatal dan berair

Ciri-Ciri Alergi Obat Lainnya

Kadang-kadang ciri-ciri alergi baru terjadi beberapa hari atau minggu setelah konsumsi dan mungkin akan terus dirasakan selama beberapa waktu setelah berhenti mengonsumsi obat bersangkutan. Ciri-ciri alergi obat yang lainnya termasuk:

  • Serum sickness, yang dapat menyebabkan demam, nyeri sendi, ruam, pembengkakan, dan mual.
  • Anemia akibat obat, yaitu berkurangnya jumlah sel darah merah, yang akan menyebabkan kelelahan, detak jantung tak beraturan, sesak napas, dan gejala-gejala lain.
  • Ruam akibat obat dengan gejala eosinofilia dan sistemik, yang menyebabkan ruam, jumlah sel darah putih meningkat, pembengkakan secara keseluruhan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan kekambuhan infeksi hepatitis yang telah sembuh.
  • Inflamasi pada ginjal (nefritis), yang dapat menyebabkan demam, urin berdarah, pembengkakan secara keseluruhan, kebingungan, dan gejala-gejala lain.

Segera periksa ke dokter jika Anda mengalami tanda-tanda alergi obat, terutama jika Anda merasakan reaksi alergi parah atau anafilaksis setelah mengonsumsi obat.

Waspadai Tanda-Tanda Anafilaksis

Anafilaksis adalah reaksi alergi yang jarang terjadi namun bisa berbahaya karena menyebabkan gangguan fungsi yang meluas pada berbagai sistem tubuh. Tanda-tanda alergi obat yang sudah menimbulkan anafilaksis antara lain:

  • Penyempitan saluran udara dan tenggorokan, menyebabkan kesulitan bernapas.
  • Mual atau kram perut
  • Muntah atau diare
  • Pusing atau kepala terasa ringan
  • Denyut jantung lemah atau terlalu cepat
  • Tekanan darah turun drastis
  • Kejang
  • Hilang kesadaran

Penyebab Alergi Obat

Alergi obat terjadi jika sistem kekebalan tubuh dengan keliru mengidentifikasi obat sebagai zat berbahaya, sama seperti virus atau bakteri.

Sering kali alergi ini berkembang pada saat sistem kekebalan tubuh sudah terlebih dulu sensitif terhadap obat tertentu. Itu artinya pertama kali Anda mengonsumsi obat itu, sistem kekebalan Anda sudah mendeteksinya sebagai zat berbahaya sehingga mengembangkan antibodi khusus untuk obat tersebut.

Kali kedua Anda mengonsumsi obat yang sama, antibodi khusus tersebut akhirnya mengenali obat itu lalu memerintahkan sistem kekebalan untuk menyerangnya. Senyawa-senyawa yang dilepaskan akibat peristiwa ini kemudian menyebabkan gejala-gejala atau ciri-ciri alergi obat yang dirasakan pasien.

Sejumlah bukti memperlihatkan bahwa sedikit bekas obat yang terdapat dalam bahan makanan, misalnya obat antibiotik, sudah cukup bagi sistem kekebalan tubuh untuk menciptakan antibodi khusus terhadapnya.

Beberapa gejala alergi mungkin disebabkan oleh proses yang berbeda. Para ahli meyakini bahwa sejumlah obat bisa secara langsung mengaitkan diri dengan jenis sel darah putih pada kekebalan tubuh yang disebut sel T. Kejadian ini bisa memicu pelepasan senyawa-senyawa yang menimbulkan reaksi alergi. Jika demikian yang terjadi, maka gejala alergi dapat muncul di kali pertama mengonsumsi suatu obat.

Pengobatan Alergi Obat

Penanganan untuk kasus alergi biasanya dengan dua cara: pengobatan untuk mengatasi gejala-gejala alergi yang sedang dialami dan pengobatan untuk memungkinkan Anda tetap mengonsumsi obat penyebab alergi tersebut.

Setidaknya ada tiga cara yang digunakan untuk mengatasi reaksi alergi terhadap obat:

  • Berhenti mengonsumsi obat. Jika dokter sudah memastikan bahwa Anda memiliki alergi, maka langkah awal untuk mengatasi gejala-gejala alergi adalah dengan menghentikan konsumsi obat. Sering kali cara inilah yang harus dilakukan kebanyakan orang.
  • Dokter mungkin meresepkan obat antihistamin atau menyarankan Anda membeli obat antihistamin seperti diphenydramine yang sanggup menghambat senyawa sistem kekebalan tubuh yang diaktifkan selama reaksi alergi.
  • Kortikosteroid oral atau suntikan dapat digunakan untuk mengatasi inflamasi yang berkaitan dengan reaksi alergi berat.
  • Mengatasi anafilaksis. Anafilaksis membutuhkan suntikan epinefrin segera dan perawatan di rumah sakit untuk memantau tekanan darah dan pernapasan pasien.

Pengobatan untuk Menekan Reaksi Alergi Obat

Kadang-kadang obat yang menimbulkan alergi tidak bisa digantikan dengan obat lain, sehingga dokter mungkin harus menggunakan strategi agar tetap bisa mengonsumsi obat tersebut.

Dokter akan mengawasi dengan hati-hati dan mendukung dengan perawatan yang tersedia untuk mengobati reaksi-reaksi yang timbul.

  • Graded challenge. Dengan cara ini, dokter awalnya akan memberikan obat dalam dosis rendah dulu, lalu akan dinaikkan secara bertahap sampai dosis normal. Jika tidak ada reaksi alergi yang muncul, dokter mungkin akan menyimpulkan Anda tidak punya alergi obat.
  • Drug desensitization. Dengan cara ini, dokter awalnya memberikan obat dalam dosis rendah lalu secara bertahap dinaikkan setiap 15 – 30 menit selama beberapa jam atau hari. Jika sudah mencapai dosis normal dan tidak ada reaksi alergi, maka dokter memutuskan Anda boleh melanjutkan konsumsi obat tersebut.

Jika Anda mengalami tanda-tanda alergi obat, sebaiknya segera hentikan dulu konsumsi obat dan beritahukan kepada dokter. Dokter akan mempertimbangkan bagaimana cara terbaik untuk mengatasi alergi obat yang Anda alami.

Selain mengobati, Anda juga bisa mencegah reaksi alergi obat. Cara terbaik ialah dengan menghindari konsumsi obat yang menjadi penyebab alergi. Beritahukanlah kepada dokter atau tenaga medis yang menangani bahwa Anda memiliki alergi terhadap jenis-jenis obat tertentu. Dengan begitu mereka bisa mencari alternatif obat yang lebih aman.

Demikianlah informasi seputar Alergi yang perlu Anda cermati. Nantikan informasi penting lainnya seputar gangguan kesehatan, tips hidup sehat, maupun pengobatan alternatif alami – hanya di deherba.com

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}