5 Tips Mengatasi Efek Samping Mengganggu Akibat Kemoterapi


By Cindy Wijaya

Hampir semua orang tahu bahaya kanker. Ya, kanker adalah salah satu penyebab utama kematian orang-orang di seluruh dunia, dimana pada tahun 2012 saja ada sekitar 14.1 juta kasus kanker baru. Tak mengherankan jika sampai saat ini para ahli kesehatan terus berupaya menemukan cara-cara baru untuk mengatasi kanker.

Tetapi meskipun metode pengobatan bervariasi bergantung pada jenis dan tahap stadium kanker, salah satu yang paling sering digunakan dalam pengobatan berbagai jenis kanker adalah kemoterapi.

Kemoterapi bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker dengan menargetkan sel-sel yang membelah secara cepat. Sayangnya, dalam prosesnya, sel-sel sehat yang secara alami membelah dengan cepat juga ikut kena target. Karena itu, banyak orang mengeluhkan efek-efek samping kemoterapi yang tak mengenakkan.

Sel-sel sehat yang paling rentan dirusak oleh kemoterapi antara lain sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang, folikel rambut, juga sel-sel di mulut, saluran pencernaan, dan sistem reproduksi. Beberapa obat kemoterapi oral juga dapat merusak sel-sel di hati, ginjal, kandung kemih, paru-paru, serta sistem saraf.

Jika Anda merasakan berbagai efek kemoterapi yang cukup menyiksa, ingatlah bahwa efek samping kemoterapi tersebut akan berkurang dari waktu ke waktu seraya tubuh memperbaiki kerusakan-kerusakan tersebut. Untungnya, sel-sel kanker tidak mampu memperbaiki diri dengan baik.

Efek kemoterapi yang akan dirasakan pasien bergantung pada tipe kemoterapi, dosis obatnya, berapa lama pengobatannya, juga kondisi kesehatan pasien. Selalu konsultasikan dengan dokter mengenai efek samping apa pun yang dirasakan setelah kemoterapi.

Kebanyakan efek samping kemoterapi akan cepat menghilang setelah selesai satu sesi pengobatan, tapi ada beberapa yang baru akan menghilang setelah berbulan-bulan. Untuk membantu Anda mengatasi efek tak mengenakkan ini, berikut adalah beberapa tips praktisnya.

1. Kelelahan

Begitu mulai menjalani kemoterapi, rata-rata pasien akan mengeluhkan kelelahan dan perasaan lemas. Suatu jurnal penelitian di tahun 2012 oleh Journal of Palliative Care mendapati bahwa keluhan ini paling dirasakan oleh pasien yang menerima pengobatan kemoterapi atau kemo-radiasi konkuren dibandingkan mereka yang menjalani radioterapi.

Selalu merasa letih dan lemas akhirnya membuat seseorang kurang mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Beberapa pasien juga mengalami anemia dan kurang sel darah merah sehingga memperburuk efek samping kelelahan ini. Untuk mengatasi kelelahan, cobalah cara-cara berikut:

  • Perbanyak istirahat atau tidur siang beberapa kali jika dirasa perlu.
  • Jangan habiskan energi untuk melakukan hal-hal kurang penting.
  • Jangan segan-segan minta bantuan dari keluarga, teman, dan tetangga.
  • Upayakan olahraga ringan seperti jalan kaki sebentar untuk meningkatkan energy level.
  • Ikuti saran pola makan dari dokter. Mencukupi kebutuhan protein, vitamin, mineral, dan kalori dapat membantu melawan kelelahan.
  • Pastikan Anda hanya menggunakan pengobatan dan saran lain yang sudah diresepkan atau direkomendasikan oleh dokter.

2. Mual dan Muntah

Efek kemoterapi lain yang umum dialami adalah mual dan muntah. Keluhan ini biasanya terjadi sebagai akibat dari kerusakan pada sel-sel sehat di lapisan lambung dan usus. Pada tahun 2016 diterbitkan jurnal penelitian oleh Journal of Multidisciplinary Healthcare yang menjelaskan bahwa mual dan muntah akibat kemoterapi terus menjadi masalah yang memengaruhi kehidupan sehari-hari pasien.

Sering kali dokter memberikan obat anti mual bersama dengan obat kemoterapi oral untuk membantu meringankan efek samping semacam ini.

Jurnal penelitian tahun 2011 yang dirilis oleh Oncology & Hematology Review melaporkan bahwa jahe adalah suplemen yang paling banyak digunakan untuk mencegah dan/atau mengurangi efek samping kemoterapi seperti ini. Selain itu, terapi akupuntur serta akupresur dapat diterapkan untuk mengatasi efek mual dan muntah.

Jurnal lain di Support Care Cancer tahun 2012 juga menyebut bahwa penggunaan suplemen jahe dengan dosis 0.5 – 1.0 gram per hari cukup membantu meringankan mual parah akibat efek kemoterapi pada pasien kanker dewasa.

  • Taruh 1 sendok makan potongan jahe ke dalam 1 ½ air panas dan biarkan selama 5 – 10 menit. Saring dan tambahkan madu serta perasan lemon secukupnya untuk melezatkan rasanya. Minum teh jahe ini setiap hari untuk mengatasi mual dan muntah.
  • Temukan titik akupresur P6 di antara dua tendon besar pergelangan tangan di bawah ibu jari. Tekan titik ini dengan gerakan memutar selama beberapa menit. Ulangi di pergelangan tangan satu lagi. Lakukan akupresur ini sekali atau dua kali sehari.
  • Hindari makanan berminyak yang bisa memperparah efek kemoterapi.
  • Makan makanan hambar dalam porsi-porsi kecil sepanjang hari.
  • Makanlah lima atau enam porsi makan kecil, daripada langsung tiga porsi makan besar.
  • Habiskan makanan atau minuman secara perlahan, jangan cepat-cepat.
  • Jangan langsung berbaring setelah makan, karena bisa menyebabkan muntah.
  • Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi karena muntah-muntah.

3. Rambut Rontok

Banyak jenis pengobatan kemoterapi bisa menyebabkan kerontokan rambut. Bagi seorang wanita efek samping ini mungkin terasa sangat memalukan. Selain di kepala, kerontokan juga bisa terjadi di alis, bulu mata, bulu ketiak, dan rambut kemaluan. Biasanya efek kemoterapi ini terjadi sekitar 1 – 3 minggu setelah pengobatan awal.

Jurnal penelitian di British Journal of Dermatology tahun 2014 mengatakan bahwa kerontokan rambut paling parah terjadi setelah 6 minggu kemoterapi. Tetapi dalam waktu 3 bulan setelah kemoterapi selesai, tingkat pertumbuhan rambut akan kembali normal.

Meskipun tidak bisa benar-benar mencegah kerontokan rambut akibat kemoterapi, tetapi Anda bisa meminimalkan serta mengendalikannya. Berikut adalah tips-tipsnya:

  • Gunakan sampo dan kondisoner berbahan ringan yang bermanfaat untuk melembapkan rambut.
  • Gunakan sisir bergerigi lembut untuk menyisir rambut beberapa kali sehari.
  • Hindari penggunaan produk rambut yang berbahan kimia berat, misalnya car rambut.
  • Coba potong rambut model baru. Potongan rambut pendek bisa membuatnya terkesan lebih tebal. Atau kenakan rambut palsu atau syal yang cocok.
  • Pakai syal di kepala untuk melindungi dari udara dingin.
  • Jika kerontokan rambut sangat parah, jangan berkecil hati. Rawatlah kulit kepala dengan losion lembut dan sunscreen untuk melindunginya dari sinar matahari. Perawatan yang baik akan membantu menumbuhkan lagi rambut setelah selesai kemoterapi.

4. Diare

Selama menjalani kemoterapi, lapisan di lambung dan usus mengalami kerusakan sehingga bisa menyebabkan diare. Seorang pasien mungkin jadi sering menceret disertai mual, kembung, dan keram.

Jurnal penelitian tahun 2007 di Current Oncology mengungkapkan bahwa diare efek kemoterapi merupakan efek samping berat dan sering tidak ditangani. Padahal efek samping ini harus cepat diatasi dengan baik untuk mencegah komplikasi, menjaga efektivitas kemoterapi, serta untuk memperbaiki kualitas hidup pasien.

Ada beberapa cara untuk mengatasi efek samping kemoterapi ini. Misalnya jurnal tahun 2009 di Journal of Parenteral and Enteral Nutrition menunjukkan bahwa probiotik perlu dipertimbangkan untuk mengatasi diare pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.

  • Makanlah secangkir yogurt yang mengandung kultur aktif yang masih hidup beberapa kali sehari untuk mempertahankan keseimbangan bakteri “baik” di dalam usus.
  • Makanlah lebih sering dalam porsi-porsi kecil. Juga, pilih makanan yang gampang dicerna.
  • Hindari makanan berlemak tinggi dan berminyak.
  • Batasi konsumsi susu dan produk olahannya, karena mereka sulit dicerna.
  • Minumlah banyak air putih.

5. Sariawan

Beberapa jenis pengobatan kemoterapi bisa menyebabkan sariawan di dalam mulut dan pada lapisan mukosa di tenggorokan serta saluran pencernaan. Luka sariawan ini disebut sebagai “mukositis”, yang dapat menimbulkan rasa sakit dan infeksi, menyulitkan untuk makan, minum, dan menelan.

Jurnal tahun 2004 di Neoplasia melaporkan bahwa mukositis oral merupakan efek samping yang sangat serius dan sulit diatasi akibat penggunaan terapi radiasi serta kemoterapi. Sedangkan di tahun 2008 ada jurnal oleh Dental Clinics of North America yang mengungkapkan bahwa penanganan mukositis oral terutama berfokus untuk meringankannya, misalnya dengan mengurangi rasa sakit, menyokong kebutuhan nutrisi, juga menjaga kebersihan oral.

Untuk membantu mengatasi sariawan di mulut, Anda bisa mencoba langkah-langkah berikut:

  • Larutkan 1 sendok teh garam ke dalam segelas air hangat dan gunakan untuk berkumur sebanyak 5 atau 6 kali sehari. Anda juga bisa mengganti garam dengan ½ sendok teh baking soda.
  • Gunakan sikat gigi yang berbulu halus untuk menyikat gigi.
  • Jika pasta gigi yang selama ini digunakan malah memperparah sariawan, ganti dengan yang berbahan lebih lembut.
  • Haluskan makanan dengan dipotong kecil-kecil dan kunyahlah secara perlahan.
  • Hindari makanan atau minuman yang terlalu panas, pedas, atau garing.
  • Hindari makanan atau minuman yang mengandung asam, seperti tomat, anggur, apel, alkohol, dan soda.
  • Bilas mulut dengan air setiap sebelum atau sesudah makan.
  • Jangan merokok atau mengunyah tembakau.

Semoga dengan menerapkan tips-tips mengatasi efek kemoterapi seperti di atas, Anda bisa lebih mampu menghadapi pengobatan yang cukup melelahkan ini. Tetapi pastikan Anda sudah berkonsultasi dulu dengan dokter yang menangani sebelum mencoba berbagai cara seperti di atas.

Dan karena seberapa parah efek samping kemoterapi sedikit-banyak bergantung pada kondisi kesehatan seseorang, maka salah satu cara terbaik untuk meringankannya adalah dengan berupaya menjaga kesehatan sebaik mungkin. Ini mencakup memperhatikan pola makan, asupan makanan bergizi, gaya hidup sehat, dan olahraga teratur. Dan ingatlah bahwa efek-efek menyakitkan yang Anda alami sekarang pada akhirnya akan membaik secara bertahap.

Beberapa orang memanfaatkan herbal anti-kanker sebagai terapi pendamping setelah proses kemoterapi. Tujuannya adalah untuk membantu menetralkan efek samping kemoterapi dan memulihkan tubuh setelah proses kemoterapi. Salah satu herbal yang paling banyak direkomendasikan adalah Sarang Semut Papua yang bahkan mampu membantu menghilangkan sisa sel kanker dalam tubuh yang tidak dapat dihancurkan oleh kemoterapi.

Rata-rata penggunanya melaporkan sudah mulai merasakan khasiat setelah penggunaan selama 1-3 saja! Bahkan banyak dari mereka yang memadukan dengan pengobatan medis dengan obat-obat kimia dengan Sarang Semut dan merasakan proses penyembuhan yang lebih cepat daripada sebelumnya.

Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut seputar Sarang Semut dan berminat untuk memanfaatkannya sebagai herbal pendamping setelah kemoterapi, silakan membaca artikel berikut: Mengapa Kami Hanya Merekomendasikan Sarang Semut Papua untuk Kanker dan Tumor?

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}