Tenang Saja, Kedelai Bukan Penyebab Kanker!


By Cindy Wijaya

Mungkin Anda pernah mendengar kabar bahwa kedelai bisa jadi penyebab kanker. Konon katanya, protein dalam kedelai sanggup meningkatkan aktivitas gen yang berkaitan dengan perkembangan kanker payudara. Benarkah demikian?

Tanaman kedelai merupakan tanaman tahunan yang berasal dari Asia Tenggara. Tanaman ini memiliki polong-polong lonjong yang berisi sekitar 2 sampai 4 biji atau kacang. Kedelai termasuk jenis kacang-kacangan dan merupakan salah satu sumber protein berkualitas tinggi. Kacang kedelai diproses untuk dijadikan beragam makanan maupun zat aditif makanan.

Sudah dilakukan berbagai studi laboratiorium, penelitian pada binatang, serta riset yang melibatkan kelompok-kelompok orang dan apa yang mereka konsumsi. Dan dari hasil studi maupun riset tersebut, komponen kimia tertentu dari kedelai ternyata dapat dikaitkan dengan risiko kanker payudara dan kanker prostat yang rendah.

Masih diperlukan pengujian klinis lebih lanjut untuk memahami bagaimana hasil temuan tersebut bisa diterapkan sebagai metode pencegahan kanker pada manusia. Kebanyakan penelitian yang menghasilkan temuan bagus menggunakan protein kedelai utuh, bukan ekstrak kedelai atau bagian-bagian kedelai lainnya.

Dari hasil temuan-temuan tersebut bisa disimpulkan bahwa kedelai berpotensi dalam membantu pencegahan kanker. Lalu, mengapa ada yang menduga bahwa kedelai pemicu kanker?

Mungkin dugaan tersebut berkaitan dengan kandungan fitoestrogen dalam kedelai yang disebut genestein dan daidzein. Komponen kimia nabati ini menyerupai hormon estrogen, namun dalam tingkat yang jauh lebih lemah.

Salah satu faktor pemicu kemunculan kanker payudara adalah kadar hormon estrogen yang tinggi dan kekhawatiran muncul ketika riset menemukan bahwa fitoestrogen ini sanggup memperbesar risiko kanker pada tikus.

Akan tetapi masalahnya adalah hasil temuan ini berdasarkan penelitian terhadap binatang. Menurut penjelasan seorang ahli gizi dan peneliti kanker payudara, Dr. Kellie Bilinsik, tikus memiliki metabolisme yang sangat berbeda dengan manusia.

“Jadi Anda tidak bisa memperkirakan bahwa efeknya pada manusia sama dengan efeknya pada tikus,” ungkap Dr. Kellie. “Ditambah lagi, tikus-tikus tersebut diberi fitoestrogen dalam dosis besar yang tidak akan pernah kita konsumsi.”

Tidak pernah ada studi maupun riset pada manusia yang menunjukkan bahwa mengonsumsi kedelai adalah bagian dari pola makan yang berbahaya. Faktanya, riset pada wanita Asia bahkan menemukan bahwa fitoestrogen kedelai sebenarnya memiliki efek perlindungan pada kanker payudara.

Seorang profesor ahli gizi di Deakin University, Tim Crowe, menjelaskan bahwa fitoestrogen tersebut mampu membantu melindungi sel-sel dalam tubuh terhadap dampak negatif dari hormon estrogen itu sendiri.

Berbagai studi telah menemukan bahwa efek perlindungan fitoestrogen paling berpengaruh selama masa remaja ketika payudara seorang gadis mulai berkembang.Tim Crowe, Ahli Gizi di Deakin University

Itulah alasannya mengapa wanita Asia cenderung memiliki peluang mengalami kanker payudara yang lebih rendah dibandingkan wanita dari negeri-negeri yang jarang mengonsumsi kedelai.

Sains dibalik kemampuan kedelai dalam membantu mencegah kanker memang masih belum meyakinkan. Meski begitu, para ahli gizi tetap menganjurkan orang-orang untuk memasukkan makanan berbahan dasar kedelai sebagai bagian dari pola makan yang bervariasi dan bergizi.

Jika memang ada dampak buruk fitoestrogen yang bisa meningkatkan kadar hormon pemicu kanker, maka itu hanya akan terjadi apabila mengonsumsi kedelai dalam dosis yang jauh lebih besar daripada yang biasa dikonsumsi.

Jadi, jika Anda salah seorang penikmat makanan olahan kedelai, tidak perlu khawatir terhadap kabar-kabar buruk mengenai kedelai. Konsumsi kedelai dalam jumlah sewajarnya tidak bakal menyebabkan tumor maupun kanker.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}