Rhinitis Alergi: Pemeriksaan dan Pengobatannya


By Fery Irawan

Rhinitis Alergi (Hay Fever) – Mata gatal berair dan hidung tersumbat? Atau bersin berulang? Jangan salah artikan sebagai flu dan lantas mengonsumsi obat flu dalam jangka panjang karena bisa jadi Anda mengalami apa yang disebut sebagai rhinitis alergi. Berbeda dengan flu, rhinitis alergi bukan disebabkan oleh virus, melainkan timbul sebagai reaksi tubuh terhadap zat tertentu (allergen) dari luar tubuh.

Dalam artikel ini Anda akan mendapatkan informasi lengkap terkait dengan alergi rhinitis yang disebut juga hay fever beserta dengan tindakan pemeriksaan dan pengobatannya. Mari kita perhatikan informasi berdasarkan mayoclinic berikut!

Rhinitis Alergi (Hay Fever)

Meski tidak membahayakan, penyakit yang juga dikenal dengan nama hay fever ini, tentu menimbulkan ketidaknyamanan pada para penderitanya akibat gejala dan keluhan berulang.

Ketika penderita rhinitis terpapar oleh allergen tertentu, tubuh akan melepaskan histamin dan menghasilkan beberapa reaksi alergi seperti sinus yang tersumbat, hidung meler; mata, hidung, tenggorokan, dan langit-langit mulut gatal; dan bersin yang hebat berulang kali.

Pada rhinitis dengan gejala ringan, aktivitas sehari-hari—termasuk tidur—penderita boleh jadi tidak terganggu seperti pada mereka dengan gejala rhinitis yang lebih berat.  Namun, yang lebih mengkhawatirkan, rhinitis alergi yang berat bahkan dapat memicu terjadinya serangan asma.

Selain adanya allergen, faktor eksternal lain juga dapat menyebabkan timbulnya rhinitis bisa jadi disebabkan oleh adanya perubahan iklim dan polusi. Sedangkan, beberapa faktor internal berikut juga turut menyebabkan timbulnya penyakit ini, antara lain meliputi faktor genetik, kondisi psikologis, ketidakstabilan hormon selama masa kehamilan, dan konsumsi pil KB.

Pemeriksaan Rhinitis Alergi

Satu hal yang harus diingat para penderita rhinitis alergi, bahwa sama halnya dengan alergi jenis lainnya, penyakit ini tidak bisa disembuhkan.

Meski begitu, Anda dapat hidup dengan rhinitis alergi yakni dengan mengendalikan gejala dan mengurangi tingkat kekambuhannya. Pertama, cari tahu apa saja allergen yang dapat memicu terjadinya serangan rhinitis pada diri Anda, kemudian hindarilah itu.

Untuk mengidentifikasinya, pemeriksaan ke dokter mungkin dapat membantu Anda. Boleh jadi, dokter akan mengajukan berbagai pertanyaan rinci tentang riwayat medis Anda dan keluarga, juga tanda-tanda dan gejala yang pernah Anda alami selama beberapa kurun waktu.

Pemeriksaan fisik boleh jadi dilakukan guna mencari petunjuk tambahan akan hal ini. Rekomendasi pemeriksaan dari dokter biasanya dapat berupa pengujian kulit terhadap bahan-bahan yang diduga memicu alergi dengan tes tusuk kulit (Skin prick test).

Selain untuk mengetahui jenis allergen apa yang harus Anda hindari, jenis pemeriksaan ini dapat dijadikan dasar untuk menentukan pemberian imunoterapi. Hasil pemeriksaan ini juga sangat cepat dan dapat dijelaskan kepada pasien dalam waktu 20 menit sejak tes dilakukan.

Jenis pemeriksaan lain dengan tingkat keakuratan lebih tinggi, yang dikenal dengan Radioallergosorbent test (RAST), juga dapat dilakukan untuk mengukur respon sistem kekabalan tubuh terhadap allergen tertentu.

Namun, dibandingkan Skin prick test, jenis pemeriksaan ini tergolong rumit dan cukup mahal. Untuk satu jenis allergen saja, pasien harus mengeluarkan uang sejumlah Rp. 350.000,- hingga Rp. 450.000,-.

Pengobatan Rhinitis Alergi

Setelah mengetahui jenis allergen yang harus Anda hindari, tentu saja Anda wajib menghindarinya. Biasanya, dokter akan meresepkan sejumlah obat-obatan tertentu untuk mengendalikan gejala dan keluhan yang terjadi. Beberapa diantaranya bisa jadi meliputi golongan antihistamin, kortikosteroid, Dekongestan, Cromolyn natrium, ipratropium (Atrovent) dan leukotriene modifier seperti montelukast (Singulair) atau Zafirlukast (Accolate).

Beberapa jenis obat-obatan tersebut dapat diberikan secara oral maupun disemprotkan pada hidung untuk mengendalikan gejala rhinitis alergi.

Meski begitu, konsumsi obat-obatan tersebut dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius. Seperti mengantuk, iritasi hidung, polip hidung, peningkatan tekanan darah, insomnia, sakit kepala, mudah marah, mimisan dan sakit tenggorokan.

Jika obat-obatan tersebut tidak membantu sama sekali, dokter akan merekomendasikan suntikan alergi (imunoterapi/terapi desensitisasi) secara regular dalam jangka waktu 3-5 tahun. Dalam prosesnya, sejumlah kecil allergen akan disuntikan pada tubuh Anda.

Diharapkan, tubuh akan membiasakan diri dengan allergen yang menyebabkan rhinitis Anda muncul. Dengan demikian, kebutuhan akan obat-obatan secara otomatis akan dikurangi.

Jenis pengobatan ini dinilai sangat efektif pada rhinitis yang disebabkan oleh bulu kucing, debu, tungau, dan serbuk sari tanaman. Selain itu, imunoterapi dapat mencegah perkembangan asma akibat rhinitis.

Demikianlah informasi seputar Alergi yang perlu Anda cermati. Nantikan informasi penting lainnya seputar gangguan kesehatan, tips hidup sehat, maupun pengobatan alternatif alami – hanya di deherba.com

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Fery Irawan seorang editor sekaligus penulis yang antusias dan sadar untuk memberikan informasi kesehatan yang tidak berat sebelah. Aktif menulis beragam artikel kesehatan selama beberapa tahun terakhir. Ia selalu berupaya menyampaikan informasi yang aktual dan terpercaya, sesuai dengan ketentuan dan prinsip jurnalistik yang ada. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}