Penyakit Autoimun: Jenis-Jenis, Gejala, dan Penyebabnya


By Cindy Wijaya

Sistem imun tubuh melindungi Anda dari penyakit dan infeksi. Tapi jika Anda punya masalah autoimmune (autoimun), sistem imun akan keliru menyerang sel-sel tubuh yang sehat. Akibatnya, muncul berbagai macam gejala autoimun pada tubuh Anda. Jika mengalaminya, Anda tentu penasaran apa sebenarnya penyebab autoimun itu.

Dalam artikel ini Anda akan menemukan info penting seputar gangguan autoimun, yaitu gejala-gejala dan penyebab autoimun. Namun sebelum itu, ada baiknya mengenali dulu apa itu autoimun dan jenis-jenisnya.

Apa Itu Penyakit Autoimun?

Salah satu fungsi sistem imun (kekebalan) adalah melindungi tubuh. Sitem imun akan menyerang mikroorganisme, seperti virus atau bakteri, dengan cara memproduksi antibodi-antibodi atau limfosit-limfosit yang peka. Dalam kondisi normal, sistem imun tidak akan menyerang sel-sel sehat dalam tubuh.

Tapi dalam beberapa kasus, imun membuat kesalahan dan malah menyerang sel-sel tubuh yang seharusnya dia lindungi. Kesalahan tersebut dapat mengarah pada beragam jenis penyakit autoimmune (autoimun). Jenis-jenis autoimun ini meliputi berbagai penyakit dimana sistem imun seseorang menyerang tubuhnya sendiri.

Jenis-Jenis Umum Penyakit Autoimun

Ada cukup banyak jenis autoimun. Lembaga American Autoimmune menyatakan bahwa ada lebih dari 100 jenis penyakit autoimun. Beberapa mungkin sudah sering Anda dengar, namun beberapa yang lain jarang sekali terdengar. Berikut adalah 14 jenis masalah autoimun yang paling umum.

Diabetes Tipe 1

Pada penyakit ini, sistem imun menyerang dan menghancurkan sel-sel penghasil insulin di dalam pankreas. Akibatnya, kadar gula darah tidak terkontrol sehingga meninggi di atas batas.

Artritis Reumatoid

Pada penyakit ini, sistem imun menyerang persendian. Akibatnya muncul gejala autoimun seperti kemerahan, panas, nyeri, dan kaku di persendian. Artritis reumatoid bisa menyerang orang-orang muda di usia 30an.

Psoriasis/Artritis Psoriatik

Psoriasis menyebabkan sel-sel kulit bereproduksi terlalu cepat. Sel-sel ekstra menumpuk dan membentuk bercak-bercak merah bersisik di kulit. Sekitar 30 persen penderitanya juga mengalami artritis psoriatik yang dicirikan dengan bengkak, kaku, dan sakit di persendian mereka.

Sklerosis Multipel

Sklerosis multipel merusak selubung mielin yang melindungi sel-sel saraf. Kerusakan pada selubung mielin berdampak pada pengiriman pesan antara otak dan tubuh Anda. Kerusakan ini memicu gejala autoimun berupa mati rasa, lemas, gangguan keseimbangan, dan kesulitan berjalan.

Lupus Eritematosus Sistemik (Lupus)

Lupus bukan hanya memengaruhi kulit, tetapi juga banyak organ dalam tubuh, termasuk persendian, ginjal, otak, dan jantung. Gejala-gejala yang ditimbulkannya antara lain nyeri sendi, kelelahan, dan ruam-ruam merah.

Penyakit Radang Usus

Penyakit radang usus (inflammatory bowel disease) adalah istilah untuk menggambarkan kondisi-kondisi yang menyebabkan peradangan pada dinding usus. Setiap jenis penyakit ini menyerang bagian-bagian saluran pencernaan yang berbeda.

Penyakit Addison

Penyakit ini menyerang kelenjar adrenal, yang menghasilkan hormon kortisol dan aldosteron. Akibatnya, kedua hormon itu jumlahnya terlalu sedikit sehingga berdampak pada cara tubuh menggunakan serta menyimpan karbohidrat dan gula. Gejala yang ditimbulkan antara lain lemas, kelelahan, berat badan turun, dan kadar gula darah rendah.

Penyakit Grave

Penyakit ini menyerang kelenjar tiroid di leher, mengakibatkan produksi hormon tiroid yang berlebihan. Hormon tiroid mengontrol penggunaan energi tubuh, yang disebut metabolisme. Terlalu banyak hormon itu akan menimbulkan keluhan seperti rasa cemas, detak jantung cepat, cepat merasa panas, dan berat badan turun. Satu ciri khas dari penyakit ini adalah mata yang menonjol, disebut eksoftalmus.

Sindrom Sjögren

Sindrom ini menyerang persendian serta kelenjar yang memberikan kelembapan pada mata dan mulut. Gejala-gejala utama sindrom ini yaitu nyeri sendi, mata kering, dan mulut kering.

Tiroiditis Hashimoto

Masalah ini juga disebut penyakit Hashimoto. Penyakit ini membuat proses produksi hormon berjalan lambat. Gejala-gejala yang ditimbulkannya yaitu berat badan naik, cepat merasa dingin, kelelahan, rambut rontok, dan pembengkakan tiroid.

Miastenia Gravis

Penyakit ini menyerang saraf-saraf yang membantu otak mengontrol otot-otot. Jika saraf-saraf itu terganggu, maka sinyal dari otak tidak bisa langsung dikirim ke otot-otot. Akibatnya, muncul keluhan seperti lemah otot yang semakin buruk ketika beraktivitas. Seringnya otot-otot yang terdampak adalah otot yang mengendalikan gerakan menelan dan gerakan wajah.

Radang Pembuluh Darah (Vaskulitis)

Vaskulitis terjadi jika sistem imun menyerang pembuluh-pembuluh darah. Peradangan pada pembuluh darah membuatnya menyempit, sehingga hanya ada sedikit darah yang dapat dialirkan.

Anemia Pernisiosa

Kondisi ini membuat tubuh kekurangan protein khusus yang membantu usus menyerap vitamin B12 dari makanan. Tanpa vitamin ini, tubuh tidak mampu menciptakan cukup sel darah merah. Anemia pernisiosa lebih sering dialami orang dewasa di usia matang dan lansia.

Penyakit Seliak

Orang yang punya penyakit seliak (celiac) tidak dapat makan yang mengandung gluten. Gluten adalah protein yang ada di gandum dan serealia lainnya. Jika gluten ada di usus, sistem imun akan menyerangnya dan mengakibatkan peradangan di situ. Gejala umum penyakit seliak adalah diare dan sakit perut setelah mengonsumsi yang mengandung gluten.

Dari beberapa jenis penyakit autoimun di atas, terlihat bahwa sistem imun bisa menyerang hanya satu organ saja. Misalnya pada diabetes tipe 1 yang diserang hanyalah pankreas. Tetapi pada penyakit lain sistem imun dapat menyerang seluruh tubuh, seperti pada kasus lupus.

Bagaimana Gejala Autoimun?

Untuk lebih jelas mengetahui seperti apa gejala autoimun, mari perhatikan penjelasan dari Ana-Maria Orbai, M.D., M.H.S. Beliau adalah seorang ahli rematik (rheumatologist) di Johns Hopkins Arthritis Center. Ahli rematik mengkhususkan diri dalam mendiagnosis dan mengobati penyakit muskuloskeletal dan kondisi autoimun (penyakit rematik). Dr. Orbai menjelaskan mengenai bagaimana cara mengenali gejala autoimun dan kapan gejalag-gejala itu harus diperiksakan ke dokter.

Gejala autoimun berbeda-beda pada masing-masing penderitanya. Ada yang mengalami keluhan-keluhan fisik berat, ada juga yang hanya merasakan keluhan ringan. “Ada tingkatan berbeda pada penyakit autoimun,” kata dr. Orbai. “Gejala-gejala yang dialami seseorang mungkin terkait dengan sejumlah faktor seperti genetik, lingkungan, dan kondisi kesehatannya.”

Meski ada banyak jenis autoimmune yang berbeda, tetapi banyak dari jenis-jenis itu memiliki gejala yang serupa. Berikut adalah beberapa gejala autoimun yang umum:

  • Kelelahan
  • Nyeri dan bengkak di persendian
  • Masalah kulit
  • Sakit perut atau gangguan pencernaan
  • Sering demam
  • Pembengkakan kelenjar getah bening

Banyak orang merasa sulit mengenali gejala autoimun. Dr. Orbai pun setuju dengan mengungkapkan, “Itu tidak segampang membedakan hitam dan putih.” Beliau melanjutkan, “Biasanya autoimmune tidak bisa didiagnosis hanya dengan satu tes saja. Anda harus punya gejala-gejala khusus serta menjalani tes darah spesifik dan kadang juga biopsi. Tidak bisa ditentukan hanya dari satu faktor.”

Diagnosis juga bisa jadi sulit karena gejala autoimun dapat mirip dengan masalah kesehatan lain yang tidak serius. Dr. Orbai menganjurkan agar setiap orang periksa ke dokter apabila merasakan timbulnya gejala-gejala baru yang tidak biasa.

“Kalau Anda selama ini tergolong sehat dan tiba-tiba merasa kelelahan atau kaku di persendian, jangan sepelekan itu,” katanya. “Ceritakanlah kepada dokter agar ia bisa memeriksa lebih lanjut gejala-gejala Anda dan melakukan tes-tes yang perlu untuk mengetahui apakah itu penyakit autoimmune.

Apa Saja Penyebab Autoimun?

Hingga saat ini penyebab autoimun masih belum bisa dipastikan. Namun para ahli melihat bahwa beberapa orang lebih rentan mengalami autoimmune dibandingkan orang lain. Mengapa bisa begitu? Para ahli telah meneliti sejumlah faktor yang dapat membuat seseorang lebih berisiko mengidap penyakit ini. Berikut beberapa diantaranya:

  • Genetik: Sejumlah gangguan autoimun, seperti lupus dan sklerosis multipel, cenderung diturunkan dalam keluarga. “Memiliki keluarga penderita penyakit autoimmune akan memperbesar risiko Anda, tapi bukan artinya Anda pasti akan mengidap penyakit ini,” kata dr. Orbai.
  • Berat badan: Kegemukan atau obesitas meningkatkan risiko Anda mengembangkan penyakit artritis reumatoid atau artritis psoriatik. Ini mungkin karena berat badan menempatkan lebih banyak tekanan pada persendian. Atau karena jaringan lemak menciptakan zat-zat yang memicu peradangan.
  • Merokok: Penelitian menemukan kaitan antara merokok dengan sejumlah penyakit autoimun, termasuk lupus, artritis reumatoid, hipertiroidisme, dan sklerosis multipel.
  • Konsumsi obat tertentu: “Beberapa obat darah tinggi atau antibiotik bisa memicu lupus, yang seringnya jenis lupus ringan,” kata dr. Orbai. “Kami juga menemukan bahwa obat-obatan tertentu untuk kolesterol, bernama statin, bisa memicu miopati.” Miopati adalah penyakit autoimun langka yang menyebabkan lemah otot.
  • Infeksi: Para peneliti sejak lama sudah mencurigai infeksi dari bakteri, virus, dan mikroorganisme lain sebagai faktor penyebab autoimun. Sekarang ada sejumlah infeksi, seperti Epstein Barr (virus penyebab demam kelenjar), Herpes simplex 1 dan 2, serta E. coli, yang sudah dikaitkan dengan masalah autoimun.
  • Stres: Stres emosi maupun fisik telah diperlihatkan dapat memicu dan memperparah gangguan autoimun. Stres mengganggu fungsi imun dengan berbagai cara. Stres kronis (dalam waktu lama) memicu peradangan jangka panjang yang tidak pernah teratasi, sehingga menimbulkan masalah autoimun. Begitu autoimun terjadi, stres yang berikutnya akan semakin memperparahnya.

Di samping faktor-faktor penyebab autoimun di atas, ada satu hal lagi mengenai penyakit ini. Sebagian besar penderita autoimun adalah wanita. Ada dugaan wanita lebih rentan karena mereka memiliki kadar hormon yang tinggi, terutama selama kehamilan. Namun dugaan itu masih belum terbukti, karena ada banyak faktor lain yang memengaruhi sistem imun, entah faktor genetik ataupun lingkungan.

Merawat Penyakit Autoimun dengan Herbal

Herbal Noni juice dapat dikonsumsi untuk membantu perawatan gangguan autoimun. Herbal ini sanggup membantu mengendalikan dan menyesuaikan kembali sistem imun yang keliru menyerang sel-sel sehat.

Noni Juice sebagai Herbal untuk Penyakit Autoimun
Noni Juice (Photo by Ninetechno from Getty Images via Canva)

Noni juice juga membantu menyeimbangkan kadar hormon. Kadar hormon yang tinggi diduga sebagai salah satu faktor pemicu autoimun pada wanita. Selain itu, herbal ini juga bekerja mengatasi infeksi-infeksi di dalam tubuh. Infeksi juga dicurigai sebagai faktor penyebab autoimun.

Herbal ini pun mampu menurunkan tingkat stres yang dialami oleh tubuh, baik stres fisik maupun emosi. Diketahui bahwa stres bisa memicu dan memperparah gangguan autoimun. Jadi bisa disimpulkan bahwa Noni juice memiliki khasiat berlipat ganda dalam membantu perawatan penyakit autoimun.

Kesimpulan tentang Penyakit Autoimun

Pada kasus autoimmune, sistem imun Anda yang seharusnya melindungi tapi malah menyerang tubuh Anda sendiri. Penyakit autoimun dapat menyerang berbagai bagian dalam tubuh. Dalam beberapa jenis penyakit ini, sistem imun menyerang hanya satu organ saja. Namun pada beberapa jenis lain, sistem imun menyerang beberapa bagian tubuh, bahkan mungkin seluruh tubuh.

Meskipun penyebab autoimun masih belum jelas, namun ada sejumlah faktor yang diduga dapat membuat Anda berisiko mengalami penyakit ini. Contohnya adalah faktor genetik, berat badan berlebih, merokok, konsumsi obat tertentu, infeksi, dan stres berkepanjangan.

Terdapat lebih dari 100 jenis penyakit autoimun yang berbeda. Karena begitu banyaknya, dokter bisa kesulitan untuk mendiagnosis penyakit ini. Meski jenisnya berbeda-beda, namun ada banyak dari mereka yang memiliki gejala serupa. Beberapa contoh gejala autoimun tersebut yaitu kelelahan, nyeri dan bengkak di persendian, masalah kulit, sakit perut atau masalah pencernaan, sering demam, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Penyakit ini juga mungkin kambuh-kambuhan. Adakalanya gejala-gejalanya bertambah parah, tetapi ada juga saatnya penyakit ini memasuki masa remisi (gejala-gejalanya hilang semua atau sebagian). Pengobatan untuk autoimun tergantung pada jenisnya, namun umumnya tujuan utama pengobatan adalah untuk mengatasi peradangan.

Demikianlah ulasan seputar penyakit autoimun. Semoga informasi ini membuat Anda semakin peduli terhadap kesehatan pribadi maupun keluarga Anda. Nantikan juga ulasan menarik lain tentang masalah kesehatan, tips kesehatan, dan pemanfaatan herbal hanya di Deherba.com.

Sumber

Stephanie Watson. Autoimmune Diseases: Types, Symptoms, Causes and More. URL: https://www.healthline.com/health/autoimmune-disorders

Johns Hopkins Medicine. What Are Common Symptoms of Autoimmune Disease?. URL: https://www.hopkinsmedicine.org/health/healthy-woman/conditions/what-are-common-symptoms-of-autoimmune-disease

Palu, Afa K, dkk. 2008. The Effects of Morinda Citrifolia L. (Noni) on the Immune System: Its Molecular Mechanisms of Action. Journal of Ethnopharmacology. 115(3): 502-6

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}