Kanker Hidung: Kanker pada Rongga Hidung dan Sinus


By Nurul Kuntarti

Kanker hidung termasuk jenis kanker yang langka. Jumlah kasusnya di seluruh dunia sangat sedikit dibandingkan keseluruhan kasus kanker di dunia. Tetapi lokasi kankernya yang dekat dengan otak dan berkaitan dengan paru-paru menjadikannya jenis kanker yang berisiko tinggi.

Lokasi kanker ini tergolong tersembunyi dan gejala-gejalanya juga samar-samar, sehingga semakin memperburuk risiko dari penyakit ini. Banyak penderitanya baru terdiagnosis pada stadium akhir sehingga risiko kematian semakin tinggi.

Apa Itu Kanker Hidung?

Sejatinya, yang termasuk kanker hidung adalah semua jenis kanker yang berkembang pada rongga hidung dan sinus paranasal. Karena itulah secara medis penyakit ini disebut “nasal cavity and paranasal sinus cancer”. Dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi “kanker rongga hidung dan sinus paranasal“.

Rongga hidung adalah ruang yang berada tepat di belakang hidung, tempat udara mengalir menuju tenggorokan. Rongga hidung menjadi ruang pertama bagi udara yang dihisap oleh hidung. Sedangkan sinus paranasal adalah area-area kecil berisi udara yang ada di sekeliling rongga hidung. Ada empat sinus paranasal yaitu:

  • Sinus maksila, terletak di area pipi, di bawah mata pada kedua sisi hidung.
  • Sinus etmoid, terletak di atas hidung, di antara kedua mata.
  • Sinus frontal, terletak di atas mata bagian dalam dan di area alis.
  • Sinus spenoid, terletak jauh di belakang hidung, di antara kedua mata.
anatomi hidung
Anatomi di Dalam Kepala dan Leher (Credit: drfarrahcancercenter.com)

Ada beberapa tipe sel kanker yang dapat menyerang area rongga hidung dan sinus paranasal, sehingga kanker ini berkembang menjadi jenis-jenis yang berbeda. Jenis-jenis kanker hidung tersebut adalah sebagai berikut:

Karsinoma Sel Skuamosa (Squamos Cell Carcinoma)

Ini adalah jenis kanker hidung yang paling banyak diderita. Kanker tumbuh dari sel skuamosa pada area rongga hidung dan sinus paranasal. Sel skuamosa adalah sel berbentuk datar pipih yang melapisi secara tipis area sekitar leher, kepala, dan rongga dalam kepala, termasuk rongga hidung.

Adenokarsinoma (Adenocarcinoma)

Jenis kanker hidung kedua yang paling sering terjadi yang terbentuk pada sel-sel kelenjar. Area sinus merupakan pusat produksi lendir hidung. Dan di area ini terdapat banyak sel kelenjar yang berfungsi menghasilkan air mata dan lendir.

Melanoma

Sejatinya melanoma adalah jenis kanker kulit. Tetapi sel yang penghasil pigmen (melanosit) juga terdapat pada area kulit pada lubang hidung. Sehingga dalam skala terbatas, di bawah 1%, kanker melanoma juga dapat terbentuk pada hidung. Juga termasuk terbentuknya melanoma pada wajah, tepat di area dekat hidung, yang dapat tumbuh ke dalam dan menyerang area rongga hidung dan sinus paranasal di dalamnya.

Papiloma Terbalik (Inverting Papilloma)

Pada awalnya ini adalah pertumbuhan tumor berbentuk seperti kutil pada permukaan hidung bagian dalam. Tetapi, seiring berjalan waktu, 10% dari kutil ini bisa berkembang menjadi sel ganas yang invasif. Jenis ini termasuk kanker hidung yang cukup langka.

Esthesioneuroblastoma

Jenis kanker ini terkait dengan saraf yang mengendalikan indera penciuman. Ini terjadi di langit-langit rongga hidung dan melibatkan sebuah struktur yang disebut “piringan berkisi”. Piringan berkisi adalah adalah tulang yang terletak jauh di dalam tengkoran di antara mata dan sinus. Jenis kanker ini terlihat mirip dengan kanker neuroendokrin, jadi penting untuk bisa membedakannya.

Limfoma (Lymphoma)

Limfoma adalah penyakit kanker pada sistem getah bening. Sistem getah bening bertugas menghantarkan cairan getah bening ke seluruh tubuh. Limfoma dapat berkembang di jaringan getah bening yang ada di lapisan rongga hidung dan sinus paranasal. Jaringan itu disebut mukosa.

Sarkoma (Sarcoma)

Sarkoma adalah kanker pada otot, tulang, tulang rawan, dan sel berserat yang dapat terjadi dimana saja di tubuh, termasuk di rongga hidung dan sinus paranasal.

Granuloma Garis Tengah (Midline Granuloma)

Istilah ini merujuk pada sekelompok kondisi yang tidak saling terkait yang menyebabkan kerusakan pada jaringan hidung, sinus, dan jaringan sekitarnya. Beberapa kasus disebabkan oleh masalah sistem kekebalan tubuh, dan banyak kasus lainnya sebenarnya adalah jenis kanker limfoma.

Kanker Hidung Beda dengan Kanker Nasofaring

Selain kanker pada rongga hidung dan sinus paranasal, kanker juga dapat terjadi di area nasofaring. Meskipun acapkali menunjukkan gejala serupa, sebenarnya kanker hidung dan kanker nasofaring memiliki banyak perbedaan.

Perbedaan utama adalah lokasi awal perkembangan kankernya. Pada kanker nasofaring, sel kanker berkembang pada area nasofaring. Area nasofaring terletak di belakang organ hidung, tepat di ujung batang tenggorokan yang menghubungkan tenggorokan, rongga mulut, dan rongga hidung.

Anatomi Faring (Credit: KNOWYOURBODY.NET)

Karena tumor ganas tumbuh di area tersebut, maka gejala yang muncul akan terasa seperti gejala flu dan batuk. Misalnya muncul rasa nyeri pada tenggorokan atas, hidung pilek dan tersumbat, juga terasa ada tekanan di pangkal tenggorokan.

Kadang rasa nyeri dan tekanan juga dapat terasa di mata dan telinga. Mengingat memang ada saluran yang menghubungkan organ hidung dan tenggorokan dengan mata dan telinga. Apalagi lokasi organ-organ ini sangat berdekatan.

Sejauh ini penyebab dari kanker nasofaring belum banyak dipahami. Ada dugaan bahwa pemicunya adalah infeksi virus Epstein-Barr yang bisa mengakibatkan kerusakan DNA pada jaringan nasofaring. Adapula dugaan-dugaan lain seperti alergi berkepanjangan dan masalah pada organ sekitar hidung dan mulut.

Seperti Apa Ciri-Ciri Kanker Hidung?

Sejumlah gejala ditimbulkan kanker hidung biasanya samar-samar. Penderitanya kerap kali salah mengira keluhan mereka sebagai flu dan batuk pilek biasa. Sampai akhirnya keluhan terus dirasakan secara berkepanjangan dan makin memburuk. Adapun beberapa ciri khas dari kanker hidung antara lain:

  • Hidung tersumbat yang tidak kunjung hilang
  • Rasa nyeri di atas atau di bawah mata
  • Hidung tersumbat sebelah
  • Post-nasal drip (Cairan menetes dari hidung ke belakang hidup dan ke tenggorokan)
  • Mimisan
  • Nanah keluar dari hidung
  • Indera penciuman melemah atau menghilang
  • Mati rasa atau rasa sakit di bagian-bagian wajah
  • Gigi melonggar atau mati rasa
  • Tumbuh tumor di wajah, hidung, atau langit-langit mulut
  • Mata berair terus-menerus
  • Satu mata menonjol keluar
  • Penghilatan buram atau berubah
  • Rasa nyeri atau tertekan di salah satu telinga
  • Gangguan pendengaran
  • Sakit kepala
  • Susah membuka mulut
  • Kelenjar getah bening di leher membengkak (seperti ada benjolan di bawah kulit)

Setiap penderita kanker hidung tidak mengalami gejala yang persis sama. Beberapa hanya mengalami sebagian gejala di atas. Setiap orang perlu waspada ketika muncul sejumlah gejala yang sifatnya berkepanjangan. Atau muncul keluhan yang seperti sakit flu dan pilek tetapi tidak mempan diobati.

Apa yang Menyebabkan Kanker Hidung?

Sebagaimana kebanyakan penyakit kanker, sulit untuk menemukan apa sebenarnya penyebab kanker hidung. Tetapi diyakini bahwa sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap kanker ini. Beberapa faktor risiko tersebut antara lain:

Merokok

Nikotin adalah unsur kuat yang dapat meningkatkan risiko kanker hidung pada seseorang. 85% kasus kanker yang menyerang area kepala dan leher berkaitan dengan rokok. Bahkan risiko yang dialami oleh perokok pasif juga relatif tinggi.

Unsur toksin dalam rokok bisa mencapai ratusan jenis. Paparan asap rokok pada mulut, hidung ,dan tenggorokan bisa menyebabkan sel pada area organ ini mengering, iritasi, dan rusak dalam jangka panjang. Kondisi sel seperti itu dapat dengan cepat berkembang menjadi kanker.

Jenis Kelamin

Sejumlah riset menemukan bahwa pria memiliki risiko lebih besar untuk mengidap kanker hidung. Meski beberapa pakar melihat potensi ini berkembang seiring dengan kebiasaan pria untuk lebih kuat merokok dan mengonsumsi alkohol.

Infeksi HPV

Terbentuknya sel kanker pada nasal dan sinus juga dapat diawali dari perkembangan infeksi dan peradangan pada saluran pernafasan serta hidung yang berkepanjangan. Kerusakan jaringan akibat inflamasi (peradangan) yang berketerusan dan tidak teratasi memicu kerusakan permanen yang mengarah pada kanker.

Salah satu infeksi yang kerap berujung pada kanker adalah infeksi akibat virus human papilomma (HPV). Virus ini menyebabkan terbentuknya kumpulan kutil kecil dan luka inflamasi pada area terinfeksi. Pada jangka panjang kerusakan yang terjadi akibat HPV dapat mengakibatkan pembentukan kutil lebih besar dan ganas.

Infeksi HPV pada rongga hidung dan sinus paranasal dapat menyebabkan kanker hidung. Lebih dari 1 dari 5 kasus kanker rongga hidung dan sinus paranasal terkait dengan HPV. Dari berbagai jenis HPV, tipe 16 adalah yang paling sering dikaitkan dengan kanker ini.

Pernah Terapi Radiasi untuk Retinoblastoma Turunan

Seseorang yang memiliki penyakit retinoblastoma turunan, sejenis kanker mata yang biasanya terjadi pada anak-anak, mengalami peningkatan risiko kanker hidung jika retinoblastoma itu diobati dengan terapi radiasi.

Lingkungan Tempat Kerja

Seseorang yang bekerja di lingkungan yang mengandung banyak unsur toksin memiliki risiko lebih besar. Unsur toksin ini terhirup dan mengkontaminasi organ hidung. Beberapa unsur toksin ini bersifat logam berat yang dapat memberi efek iritasi pada organ hidung dalam.

Sifat logam yang mengabrasi akan terus menyebabkan luka yang bila tidak teratasi dapat berkembang menjadi kanker. Unsur abrasif lain selain unsur logam adalah tepung, radium, udara kotor dari asap kendaraan dan pabrik, asap pembakaran, unsur kimia tertentu yang bersifat keras seperti pada lem dan pelitur.

Unsur itu tidak hanya memicu abrasi dan iritasi pada permukaan hidung dalam, tetapi juga meningkatkan kadar radikal bebas pada hidung yang semakin mendorong terjadinya perubahan DNA.

Apa Saja Stadium Kanker Hidung?

Sebagaimana kebanyakan penyakit kanker lain, kanker hidung juga dikelompokkan berdasarkan stadiumnya. Stadium pada kanker hidung menandakan sejauh mana kanker itu sudah menyebar dan seberapa agresif sel-sel kanker tersebut. Adapun stadium dalam kanker hidung tersebut adalah sebagai berikut:

Stadium 0

Dalam bahasa awam kita lebih mengenalnya sebagai pra-kanker. Yaitu ketika gumpalan (massa) yang terbentuk mulai tumbuh lebih agresif tetapi belum ganas dan menyebar. Ukurannya relatif sangat kecil dan kadang tidak menimbulkan gejala signifikan sehingga sulit dikenali.

Stadium 1

Pada stadium ini, massa kanker mulai terlihat, meski dalam ukuran kecil. Sifat sel lebih agresif tetapi belum invasif dan ganas. Sejumlah gejala ringan mulai dikeluhkan, tetapi kebanyakan bersifat samar dan menyerupai keluhan pilek biasa, hanya saja berkepanjangan. Pada stadium ini kanker belum menyerang kelenjar getah bening dan belum menyebar.

Stadium 2

Stadium ini menjadi penanda bahwa sel kanker mulai menyebar dan meluas pada organ hidung. Mulai invasif dan agresif sehingga cenderung merusak sel sehat dan memicu inflamasi. Gejala berupa perasaan tidak nyaman semakin terasa, kadang disertai nyeri yang belum terlalu kuat. Di sini kelenjar getah bening masih aman dari kanker.

Stadium 3

Pada kondisi ini, kanker sudah pada taraf berbahaya, karena sel kanker menyebar lebih luas, ukuran massa kanker relatif besar dan sangat mudah ditemukan. Sifatnya sangat invasif sehingga kadang penderitanya mulai mengeluhkan peradangan, perdarahan, dan nyeri yang cukup sering. Kelenjar getah bening mulai diserang meski masih tahap awal, tetapi belum ada penyebaran kanker ke organ lain

Stadium 4

Secara awam, stadium 4 dapat dianggap sebagai stadium akhir, yaitu ketika sel kanker mulai menginvasi sebagian besar organ hidung. Kerusakan fungsi hidung mungkin mulai terjadi dengan kerusakan yang meluas pada jaringan sehat. Kanker tidak hanya menyerang kelenjar getah bening, tetapi juga jaringan lain di sekitar hidung atau telah menyebar ke organ lain.

Apa Pengobatan Medis untuk Kanker Hidung?

Kemungkinan penyembuhan dari kanker hidung pada stadium awal sebenarnya relatif tinggi, mencapai 90%. Meski pada stadium 3 potensinya menurun di bawah 50%. Sementara kebanyakan kasus kanker hidung baru terdiagnosis pada stadium akhir yang menyebabkan kanker ini sulit diobati dan risiko kematiannya meningkat.

Sejumlah terapi secara medis terbukti efektif membantu mengatasi kanker hidung. Tentu saja dengan tingkat persentasi keberhasilan sesuai dengan stadiumnya saat kanker ditemukan. Adapun sejumlah terapi medis yang direkomendasikan oleh dokter untuk kanker hidung adalah sebagai berikut:

Radioterapi

Radioterapi adalah terapi medis dengan memanfaatkan penyinaran radiasi. Cara ini efektif mematikan atau melemahkan sel kanker dengan efek radiasi. Tetapi kadang kerusakan akibat radiasi juga turut terjadi pada sel sehat sekitar sel kanker sehingga beresiko mengganggu kinerja sel sekitar sel kanker.

Kemoterapi

Kemoterapi adalah terapi klasik dalam dunia medis untuk mengatasi kanker. metode ini diberikan dengan memberikan pasien terapi kimia tertentu yang bekerja menyerang pertahanan sel kanker dan mendorong sel kanker rusak. Meski efek samping dari kemoterapi relatif keras hingga mengakibatkan sejumlah keluhan serius, termasuk keluhan peradangan, rambut rontok hingga kehilangan fungsi indera.

Terapi Biologi

Terapi biologi adalah metode terapi kanker modern yang dilakukan dengan memberikan kemampuan spesifik buatan pada sistem imun. Terapis akan mengidentifikasi kelemahan sel kanker dan memodifikasi sistem imun untuk menyerang secara spesifik. Kadang untuk melakukan terapi ini dibutuhkan keterlibatan metode rekayasa genetik, suntikan obat atau invasi virus tertentu.

Terapi Tertarget

Terapi moden dan kekinian dari metode kemoterapi klasik ini dilakukan dengan memberikan pasien obat kimia khusus yang menyerang sel kanker secara spesifik. Ini dianggap lebih efektif melemahkan sel kanker dengan lebih efektif pula mencegah kerusakan sel sehat dalam tubuh.

Terapi Fotodinamik

Terapi ini adalah metode modern untuk membantu meningkatkan efektivitas dari radioterapi. Pasien akan mendapatkan suntikan kimia khusus yang meningkatkan sensitivitas sel kanker terhadap sinar radiasi. Efek kerusakan pada sel kanker lebih kuat dengan radiasi yang lebih kecil. sehingga sel sehat sekitarnya tidak terlalu terpengaruh.

Operasi Pengangkatan

Meski dianggap sebagai cara ekstrim, cara ini tetap menjadi pilihan yang banyak dilakukan. Tindakan ini secara efektif mengangkat massa kanker dan jaringan hidung yang sudah terinvasi oleh sel kanker. beberapa langkah medis terhadap kanker hidung yang masuk dalam kategori pembedaan dan pengangkatan antara lain:

Eksisi

Tindakan pembedahan konvensional yang dilakukan dengan membuka organ hidung dan mengangkat massa kanker berikut dengan sel sehat di sekitarnya. Biasanya dilakukan untuk kategori stadium awal.

Maksilektomi

Pembedahan area hidung dalam yang sekaligus mengangkat langit-langit keras dari rongga mulut. Untuk menggantikan keberadaan langit-langit pada mulut, pasien sekaligus akan ditanamkan perangkat prostesis dengan rekonstruksi ringan menggunakan lipatan rongga mulut yang ada.

Reseksi Kranofasial

Pembedahan ini relatif lebih berat dari pembedahan lain, karena sekaligus pula membuka area tengkorak demi mendapatkan area hidung dalam yang lebih luas. Sejumlah jaringan saraf dan organ yang mengaitkan hidung dengan otak kemungkinan juga turut diangkat.

Diseksi Leher

Tindakan ini dilakukan dengan mengangkat jaringan limfosit yang terdapat pada area sekitar kepala dan leher. Ini dilakukan bila jaringan limfosit sudah terserang kanker dan dikhawatirkan akan menyebar ke organ lain. efek dari tindakan operasi ini relatif berat, karena biasanya juga akan mempengaruhi kinerja saraf sekitar leher dan bahu. Termasuk akan menurunkan fungsi indera, mengganggu kinerja tangan hingga kemampuan mulut bergerak.

Endoskopik

Tindakan operasi modern yang dilakukan dengan pembedahan minimal. Pengambilkan jaringan kanker dilakukan dengan memanfaatkan selang khusus yang dimasukan ke dalam rongga hidung, baik melalui lubang hidung atau dengan membuat lubang kecil di sisi hidung. Kadang tindakan ini dipadukan dengan cyroterapi, yakni metode pembekuan jaringan sehingga lebih mudah untuk diangkat. Biasanya endoskopik hanya dapat diterapkan pada kanker hidung stadium 1 – 3 saja, tergantung bentuk dan ukuran jaringan kanker.

Kanker hidung memang bukan jenis kanker yang banyak penderitanya. Tetapi gejalanya yang samar dan letaknya yang tersembunyi kerap membuatnya terlambat dideteksi. Ini meningkatkan risiko kematian. Pahamilah sejak awal apa saja gejala kanker hidung dan apa saja penyebabnya untuk membantu Anda mencegah serta mendeteksinya sejak awal.

Demikianlah artikel ini yang mengulas seputar kanker hidung. Semoga informasi ini bisa membantu Anda untuk semakin waspada terhadap penyakit kanker yang langka ini. Nantikan juga info-info lain seputar penyakit kanker dan informasi kesehatan lainnya hanya di Deherba.com.

Sumber

Cancer.net. Nasal Cavity and Paranasal Sinus Cancer. URL: https://www.cancer.net/cancer-types/nasal-cavity-and-paranasal-sinus-cancer. Accessed: 2019-03-14. (Archived by WebCite®)

NHS. Nasal and sinus cancer. URL: https://www.nhs.uk/conditions/nasal-and-sinus-cancer/. Accessed: 2019-03-14. (Archived by WebCite®)

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Nurul Kuntarti seorang seorang sarjana ekonomi yang menemukan hasratnya dalam bidang kesehatan sejak memiliki putri pertamanya. Keinginan untuk terus memahami dunia kesehatan dilanjutkan dengan mengabdikan diri dalam dunia tulis-menulis di bidang kesehatan, untuk terus menghasilkan artikel-artikel kesehatan yang akurat, kredibel, dan bermanfaat. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}