Imunoterapi vs Kanker: Mungkinkah Mengatasi Kanker dengan Imunitas?

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

Februari 1, 2017


Selama ini kita paham bahwa sistem imun tubuh bekerja dalam melawan serangan bakteri, virus, dan mikroba lain yang menyerang tubuh. Sebenarnya ada satu fungsi penting lain yang dimiliki sistem imun tubuh, yaitu mendeteksi awal keberadaan sel-sel abnormal, lalu menyerang sekaligus merusaknya sebelum berkembang lebih jauh. Bagaimana dengan imunoterapi dalam mengatasi kanker?

Imunoterapi vs Kanker

Dan berbekal dari pemahaman inilah sejumlah pakar berpendapat bahwa kanker seharusnya bisa dideteksi lebih awal oleh sistem imun dan dapat dihancurkan sebelum berkembang lebih serius atau bahkan bermetastasis menyebar ke organ lain.

Sayangnya, meski sudah dibekali kemampuan sebaik ini, kebanyakan orang tidak memiliki imunitas yang cukup baik untuk melakukan pencegahan kanker secara efektif. Kebanyakan sel kanker dengan mudah lolos dari pantauan dan melakukan serangan pada sel sehat tanpa ada tindakan dari sistem imunitas.

Menurut Cancer.gov, sel kanker ternyata memiliki kemampuan mengelabui sistem imun. Sel-sel abnormal ini mampu menghasilkan sejumlah protein yang membuat imunitas kesulitan mengenali ketidaknormalan dalam sel. Apabila imunitas tubuh sedang lemah, bahkan sel kanker bisa dengan mudahnya membentuk selubung yang melemahkan serangan imunitas.

Sebenarnya, sekalipun sel kanker berupaya mengelabui imunitas, dalam kondisi fit dan imunitas yang sehat, seharusnya sel kanker tetap bisa dimatikan oleh sistem imun. Karena dalam sistem imun terdapat sejumlah aspek yang bekerjasama menyerang sel abnormal sama seperti saat mereka melihatnya sebagai bakteri atau virus yang harus dienyahkan.

Bagaimana Imunitas Mengatasi Sel Kanker?

Pada dasarnya, sel kanker adalah sel yang mengalami kerusakan DNA sehingga membentuk perilaku yang tidak normal. Salah satu indikasinya adalah dengan menyerang sel sehat dan menghasilkan sejumlah protein serta senyawa-senyawa abnormal—indikasi ini dapat dideteksi sistem imunitas. Sistem imunitas membaca perilaku dan senyawa asing yang muncul dalam organ tubuh.

Aspek imunitas yang bertugas dalam hal ini adalah sel darah putih yang akan melakukan serangan besar-bearan pada sel abnormal tersebut—merusak membran sel kanker hingga ke dalam inti sel. Sebagai catatan, salah satu ketidaknormalan dari sel kanker adalah membran selnya yang lebih tebal dan memiliki selubung. Selubung ini membuatnya seolah serupa dengan sel lain sekaligus sebagai benteng awal menghadang serangan imunitas.

Sel-T dan Sel-B

Kinerja imunitas ini diwakili oleh sel T sejenis atom kecil dalam limfosit—salah satu komponen sel darah putih. Dalam bahasa ilmiah, proses penyerangan ini disebut dengan Cytotoxic T Limphocyte yang bekerja cukup agresif, bahkan mampu mengejar virus atau bakteri yang bergerak dalam tubuh.

Selain kinerja sel T, terdapat pula kinerja sel B dalam limfosit. Bila kinerja sel T adalah membentuk serangan, maka sel B mendukung serangan dengan melemahkan bakteri atau virus menggunakan senyawa tertentu yang bekerja sebagai antibodi. Sel B akan membentuk senyawa yang berbeda untuk tiap jenis mikroba dan kerusakan sel, sekaligus merekam setiap serangan secara spesifik. Inilah yang kemudian membentuk sistem antibodi—tubuh akan menjadi kebal terhadap penyakit cacar air seumur hidup pasca terserang cacar air pertama kali.

Sebenarnya ada sejumlah kasus kanker yang dipicu oleh keberadaan bakteri dan virus dalam tubuh. Virus dan bakteri jahat yang lolos dari serangan imunitas kemudian dapat merusak sel. Bila kerusakan sel tak tersebut tidak diimbangi oleh kinerja regenerasi sel alami tubuh, maka kerusakan akan berkembang menjadi perusakan DNA dan mengubah karakter sel jadi agresif serta merusak—inilah cikal bakal dari kanker.

Jadi jelas ada kaitan antara sel kanker, virus, serta bakteri dengan imunitas. Terbukti bahwa dengan mengoptimalkan imunitas, maka tubuh lebih sanggup mengatasi kanker dengan cara menanggulangi kerusakan sel. Serta membasmi bakteri maupun virus yang bersarang dalam tubuh. Juga dengan imunitas yang baik, sel-sel kanker tahap awal dapat segera diatasi dengan merusak sel-sel tersebut hingga ke bagian dalam inti sel.

Dalam kondisi normal, jika Anda mengonsumsi makanan sarat vitamin dan mineral, kaya antioksidan, mengurangi atau menghindari sepenuhnya sumber makanan dengan bahan aditif (seperti pemanis dan pengawet), dan mengurangi asupan gula dan garam, akan memberi manfaat jangka panjang terhadap fungsi imunitas Anda.

Optimalisasi Imun

Jika imunitas yang optimal, serangan infeksi dan inflamasi bisa dicegah sedini mungkin, bakteri dan virus bisa diatasi sebelum melakukan serangan terhadap tubuh, dan setiap kerusakan pada sel bisa segera diperbaiki sebelum masalahnya merembet lebih jauh menjadi kanker.

Namun jika sel kanker terlanjur berkembang dalam tubuh, sejumlah pakar beranggapan bahwa sekadar mengandalkan sistem imunitas saja tidaklah efektif. Berikut dijelaskan beberapa alasan mengapa sistem imun yang optimal pun dirasa kurang sanggup untuk mengatasi kanker.

  • Seperti yang sudah dijelaskan, sel kanker mempunyai sistem pertahanan sendiri dalam melawan sistem imun. Salah satu yang paling dikhawatirkan adalah kemampuannya merangsang tubuh memproduksi sejenis protein yang disebut Immune checkpoints protein. Protein ini menurunkan kekuatan serangan sel T sehingga kurang kuat mengatasi kanker.
  • Akibat dari kanker yang sudah meluas dalam organ, fungsi organ berkurang sehingga memengaruhi kinerja organ bersangkutan. Kerusakan pada satu organ jelas merusak sistem tubuh secara menyeluruh dan akan memengaruhi kemampuan imunitas tubuh.
  • Terapi kanker yang dijalankan (seperti kemoterapi) dapat berdampak pada melemahnya sistem imun tubuh. Pada banyak kasus, kemoterapi bahkan memberangus sistem imun hingga pada titik yang relatif rendah sampai-sampai pasien menjadi sangat rentan terserang penyakit.

Dan karenanya, untuk bisa mendapatkan manfaat dari kinerja imunitas terhadap kanker, secara medis dikembangkan beberapa metode stimulan sistem imun untuk mengatasi kanker seperti beberapa metode berikut ini.

Modulator Immune Checkpoint

Sel kanker mampu merangsang tubuh untuk memproduksi protein yang disebut Immune checkpoints protein. Pada dasarnya tubuh memang secara alami memproduksi protein ini guna mengendalikan imunitas sehingga tidak menyerang sel sehat atau berperilaku terlalu agresif. Kadang kala sistem imun yang tidak terkendali menyebabkan penyakit autoimun dan alergi.

Namun jika untuk mengatasi kanker, tubuh membutuhkan imunitas dalam kemampuan terbaiknya (tidak perlu dibatasi). Sehingga tidak perlu banyak Immune checkpoints protein. Oleh sebab itu, pengobatan imunoterapi secara Modulator Immune Checkpoint dilakukan dengan memberikan obat-obatan khusus yang bekerja menekan produksi dari protein tersebut.

Beberapa obat terapi seperti Ipilimumab, Nivolumab, atau Pembrolizumab adalah contoh-contoh obat yang berfungsi sebagai penghambat Immune checkpoints protein. Biasanya pengobatan berlaku untuk satu jenis protein saja, seperti CTLA4 untuk melanoma (kanker kulit) atau PD-1 untuk kanker pada paru-paru.

Adoptive Cell Transfer

Metode imunoterapi lain yang mulai banyak diminati ialah Adoptive Cell Transfer. Terapi ini dilakukan dengan membiakkan beberapa sel T buatan di luar tubuh lalu memasukannya ke dalam tubuh sebagai sel T tambahan. Asumsinya semakin banyak sel T dalam tubuh maka semakin efektif serangan yang dapat dilakukan terhadap sel kanker.

Untuk membentuk sel T buatan dibutuhkan sampel sel kanker dan sel induk sel T. Senyawa yang dihasilkan oleh sampel sel kanker akan dikenali oleh sel T biakan untuk membentuk protein imun bernama Sitokin. Sel T akan berkembang menjadi Tumor Infiltrate Lymphocyte (LIT). Sesudah dinyatakan siap, maka sel T buatan ini disuntikkan ke dalam tubuh.

Metode lain adalah dengan membentuk sel T buatan menjadi sel T CAR. Untuk menghasilkan modifikasi ini, dibutuhkan sel T yang dihimpun dari beberapa titik dalam tubuh kemudian dimodifikasi agar memiliki kandungan sejenis protein antigen bernama Chimeric Antigen Receptor (CAR). Sel T CAR diyakini mempunyai kemampuan lebih agresif dalam menyerang sel kanker.

Therapeutic Antibody

Terapi ini dilakukan dengan membentuk senyawa antibodi khusus yang menyerang langsung pada sel kanker. Antibodi buatan ini bekerja dengan melemahkan membran sekaligus inti sel kanker sehingga lebih mudah diserang oleh sel T. Di sini, modifikasi dilakukan terhadap sel B.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sel B bekerja secara kimiawi, yakni menghasilkan senyawa yang menyerang pertahanan bakteri atau virus, juga sel abnormal. Sel B mendeteksi sel-sel abnormal dengan membaca toksin yang dihasilkan oleh sel tersebut. Kemampuan inilah yang dioptimalkan dengan meningkatkan kinerja sel B dalam membaca toksin sel kanker serta mendorongnya memproduksi lebih banyak senyawa anti toksin. Senyawa ini yang nantinya diharapkan akan melemahkan sel kanker.

Beberapa terapi sejenis juga bekerja dengan cara mendorong proses bunuh diri sel kanker bunuh (apoptosis). Dan belakangan metode imunoterapi Therapeutic Antibody ini mulai memadukan dua jenis modifikasi sel B ini dalam satu jenis pengobatan.

Vaksin Kanker

Metode imunoterapi ini masih berfokus pada modifikasi sel B, hanya saja cara ini dikhususkan bagi mereka yang belum memiliki kanker dalam tubuhnya namun memiliki kerentanan terhadap kanker atau sudah memiliki pre-kanker dalam tubuh.

Biasanya modifikasi dilakukan dengan mengambil sel kanker dari pasien pengidap kanker. Sel kanker ini kemudian dipadukan dengan sel B dari tubuh guna membentuk sistem antibodi secara buatan di laboratorium. Setelah sel B siap lalu membentuk senyawa yang diharapkan, maka ia akan disuntikkan pada pasien pre-kanker demi pencegahan.

Metode vaksin kanker sejauh ini belum dapat dilakukan secara optimal karena biaya dan sumber daya yang diperlukan cukup besar. Metode ini kebanyakan dilakukan dalam klinik-klinik kanker skala terbatas di Eropa. Hasilnya juga masih dipertanyakan mengingat banyak pasien tidak dapat dipastikan dibagian tubuh mana mereka akan mengalami serangan kanker.

Modulator Sistem Imun

Imunoterapi untuk mengatasi kanker kali ini dilakukan dengan cara mendorong tubuh memproduksi sejumlah protein antibodi alami. Pada dasarnya tubuh—dalam hal ini sel B dan sel T—sudah dibekali kemampuan menyerang sel kanker, salah satunya secara kimiawi yang disebut dengan senyawa protein Sitokin.

Senyawa protein ini akan mendorong sel T agar lebih agresif dalam menyerang juga melemahkan sel kanker. Senyawa inilah yang distimulasi menggunakan terapi obat agar diproduksi lebih banyak. Belakangan, beberapa riset menilai terapi juga bisa dilakukan dengan secara langsung memberikan Sitokin buatan ke dalam tubuh.

Itulah beberapa metode imunoterapi dalam mengatasi kanker. Meski sejauh ini metode imunoterapi belum terlalu sering diterapkan. Tetapi sejumlah pakar kanker dunia mulai berkonsentrasi pada penerapan metode pengobatan ini sebagai cara aman dan efektif dalam mengatasi kanker.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}