Statistik Penderita HIV AIDS di Indonesia


By Fery Irawan

AIDS dan HIV — Apa yang terpikir dalam benak Anda sewaktu mendengar tentang HIV AIDS di Indonesia? Banyak orang akan putus asa dan depresi mengetahui bahwa mereka teridentifikasi positif terinfeksi HIV. Banyak yang berpikir bahwa hidup mereka singkat, merasa tidak berharga dan tidak punya harapan untuk sehat kembali.

Ditambah lagi di beberapa negeri penyakit ini dianggap aib, karena dalam pemahaman masyarakat, penyakit ini hanya dapat ditularkan melalui hubungan seks saja. Artikel ini akan membantu Anda memahami apa itu HIV AIDS? Bagaimana penularannya? Apakah ada obat untuk penyakit ini? Dan, bila terjangkit apa yang bisa Anda lakukan? — Sumber: HIV in Indonesia

HIV AIDS di Indonesia

HIV atau Human immunodeficiency virus  adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus yang merusak daya tahan tubuh dengan menyerang sistem kekebalan/imunitas tubuh sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi tidak berdaya dalam melawan infeksi.

Sampai saat ini belum bisa dipastikan sumber utama penyebab adanya virus HIV. Virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1959 dari sampel darah seorang laki-laki dari Kinshasa di Republik Congo dan tidak dIketahui bagaimana ia terinfeksi.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sindrom atau infeksi yang timbul akibat virus HIV dan merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Dengan demikian akan mempermudah semua jenis virus menjangkiti tubuh manusia tanpa takut diserang oleh imun tubuh lagi, seperti SIV (Simian immunodeficiency virus) dan FIV (Feline immunodeficiency virus).

Statistik Penderita HIV AIDS di Indonesia

Statistik penderita HIV AIDS di Indonesia cukup memprihatinkan. Beberapa tahun lalu sekitar 170.000-210.000 dari kira-kira 220.000.000 penduduk Indonesia positif mengidap HIV AIDS. Dan jumlah kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai kira-kira 5.500 jiwa. Tentu, seseorang yang terinfeksi HIV sangat membutuhkan dukungan moril.

Di Indonesia pada tahun 2016, terdapat 48.000 (43.000 – 52.000) kasus baru terkait dengan infeksi HIV. Sedangkan 38.000 (34.000 – 43.000) kematian disebabkan oleh AIDS. Juga terdapat 620.000 (530.000 – 730.000) orang yang mengidap HIV AIDS di Indonesia pada tahun 2016.

Sayangnya hanya 13% (11% – 15%) penderita yang mampu mengakses terapi antiretroviral. Di antara ibu hamil pengidap HIV hanya 14% (12% – 16%) yang mampu mengakses pengobatan atau profilaksis untuk mencegah penularan HIV pada anak-anak mereka. Diperkirakan ada  3200 (2500 – 4000) anak yang terlahir dengan HIV.

Penularan HIV AIDS di Indonesia dan Afrika

HIV AIDS berkembang sangat pesat di benua Afrika. Hampir sekitar 10% dari jumlah populasi dunia terdapat di sana, namun sayang sekali kira-kira 60% dari jumlah populasi ini mengidap AIDS. Begitu pula dengan Indonesia. Mengapa penyakit ini menyebar dengan begitu cepat? Karena tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan telah menurun.

Penyakit ini banyak ditularkan melalui hubungan seks, penggunaan alat suntik, bawaan lahir karena tertular dari ibu kandungnya, transfusi darah, dll. Beberapa faktor yang memengaruhi penularan HIV AIDS ini adalah:

  • Penurunan moralitas dewasa ini terlihat dengan tersedianya gambar-gambar erotis dan bahkan video yang merangsang hasrat seksual yang kurang patut. Sehingga memicu banyaknya kasus pemerkosaan serta banyaknya kasus perselingkuhan di berbagai tempat. Hal ini terlihat baik media elektronik maupun media cetak.
  • Ketidaktahuan sebagian orang  akan infeksi HIV. Banyak yang tidak mau melakukan pemeriksaan karena takut dianggap sebagai “aib”, jika mengidap penyakit ini. Dengan begitu, penyebaran penyakit ini tidak bisa dihentikan.
  • Kebudayaan di beberapa negeri tidak memperbolehkan kaum perempuan untuk bertanya pada pasangan mereka mengenai riwayat skandal asmara yang pernah dilakukan oleh pasangannya.
  • Tidak memadainya fasilitas medis. Menurut sebuah majalah di Afrika (South African Medical Journal), fasilitas medis yang terbatas merupakan kendala lainnya. Dua rumah sakit besar melaporkan bahwa lebih dari setengah pasien rawat inap mereka positif mengidap HIV.

Pejabat medis terkemuka dari sebuah rumah sakit di KwaZulu-Natal mengatakan bahwa bangsalnya menampung 140 persen dari kapasitasnya. Adakalanya, dua pasien harus seranjang, dan orang ketiga harus tidur di kolongnya. Dengan pengetahuan akan dampak HIV AIDS ini banyak orang akan terselamatkan. Reaksi Anda akan menentukan seberapa serius HIV AIDS di Indonesia.

Tindakan Pencegahan HIV AIDS di Indonesia

Pemerintah maupun lembaga masyarakat telah banyak melakukan terobosan-terobosan untuk mencegah penyebaran HIV AIDS. Beberapa membuahkan hasil, namun tetap saja penularan melalui hubungan seks menjadi peringkat atas yang sulit dihindari. Berikut ini beberapa tips yang bisa Anda ikuti atau anjurkan bagi lingkungan Anda untuk menghambat penularan HIV AIDS.

  • Save sex, hendaklah Anda setia pada pasangan Anda dan lakukan hubungan seksual yang patut
  • Menghindari seks bebas, baik dengan pekerja seks komersial dan berganti-ganti pasangan
  • Jika pasangan anda sudah terbukti mengidap HIV AIDS, dalam melakukan hubungan seksual sebaiknya menggunakan kondom
  • Penularan HIV AIDS melalui transfusi darah menempati peringkat kedua. Jadi sebisa mungkin hindari melakukan transfusi darah.
  • Hindari penggunaan obat-obat terlarang, penggunaan alat suntik bersama, tattoo, dan tindik
  • Bagi seorang ibu yang mengidap HIV AIDS, sebaiknya tidak hamil, untuk menghambat penularan ke bayi yang akan dilahirkan.

Mencegah lebih baik dari pada mengobati terbukti sangat tepat untuk menghambat penyebaran HIV ini. Perhatian orang tua menjadi salah satu pelindung yang aman bagi putra-putri Anda.

Obat Anti-Retrovirus (ARV) Bagi Penderita HIV AIDS di Indonesia

Sampai saat ini belum ditemukan obat bagi penderita HIV AIDS. Hanya saja telah tersedia obat untuk menghambat bekerjanya virus HIV. Pada orang yang sehat, sel-sel T penolong merangsang atau mengaktifkan sistem kekebalan untuk menyerang infeksi.

HIV khususnya mengincar sel-sel T penolong ini. Ia menggunakan sel-sel itu untuk memperbanyak dirinya (replikasi), melemahkan dan menghancurkan sel-sel T penolong hingga sistem kekebalan merosot drastis.

Obat anti-retrovirus (ARV) menghambat proses replikasi ini. Saat ini ada empat jenis utama ARV yang diresepkan. Analog nukleosida dan analog nonnukleosida mencegah HIV menggandakan diri ke dalam DNA seseorang. Inhibitor protease membuat enzim protease tertentu dalam sel yang terinfeksi tidak dapat menggandakan virus itu dan menghasilkan lebih banyak HIV.

Inhibitor fusi bertujuan mencegah HIV memasuki sel. Dengan menghambat replikasi HIV, ARV dapat memperlambat perkembangan dari infeksi HIV menjadi AIDS, yang disebut stadium akhir penyakit HIV. Namun untuk penggunaan Obat anti-retrovirus ini tidak semua cocok untuk penderita HIV, maka sebaiknya di konsultasikan terlebih dahulu kedokter.

Potensi Herbal Sarang Semut Bagi Penderita HIV AIDS di Indonesia

Selain obat ARV, bagi Anda penderita HIV juga dapat mencoba pengobatan herbal, salah satu herbal yang dapat membantu menghambat perkembangan HIV adalah Sarang Semut.

Kandungan flavonoid yang terdapat dalam Sarang Semut telah terbukti dapat merangsang perkembangan antibodi dan flavonoid ini berperan langsung sebagai antibiotik.

Dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus termasuk virus HIV AIDS. Namun perlu kami beritahukan bahwa Sarang Semut adalah salah satu obat yang bersifat herbal. Dalam penyembuhan suatu penyakit tentu akan membutuhkan waktu tidak secara instan.

Perlu diketahui bahwa sejak tahun 2010, kasus baru yang berkaitan dengan HIV AIDS di Indonesia sudah berkurang hingga 22% dan uniknya kematian yang berkaitan dengan AIDS justru meningkat sebesar 68%.

Kami menyadari keterbatasan penulis dalam menyajikan uraian di atas, maka dengan senang hati kami menerima saran dari pembaca yang terhormat. Nantikan informasi menarik lainnya sehubungan dengan kesehatan dan pengobatan alternatif hanya di deherba.com

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Fery Irawan seorang editor sekaligus penulis yang antusias dan sadar untuk memberikan informasi kesehatan yang tidak berat sebelah. Aktif menulis beragam artikel kesehatan selama beberapa tahun terakhir. Ia selalu berupaya menyampaikan informasi yang aktual dan terpercaya, sesuai dengan ketentuan dan prinsip jurnalistik yang ada. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}