Ternyata Kelebihan Zat Besi Juga Tidak Bagus!

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

Februari 18, 2017


Kita semua sepakat bahwa tubuh membutuhkan zat besi agar bisa tetap sehat. Sayangnya, kekurangan zat besi adalah kondisi kekurangan mineral yang paling lazim terjadi menurut Public Health Nutrition tahun 2009 dalam jurnal ‘Worldwide prevalence of anaemia, WHO Vitamin and Mineral Nutrition Information System, 1993-2005.’

Ada sejumlah ancaman kesehatan yang bisa terjadi bila Anda kekurangan zat besi. Hal tersebut telah kami jelaskan dalam artikel: Kekurangan Zat Besi Bisa Sangat Mengganggu Fungsi Tubuh Anda!

Karena tidak ingin mengalami masalah akibat hal ini, banyak orang giat mengonsumsi asupan zat besi dalam bentuk suplemen. Bahkan suplemen zat besi menjadi salah satu jenis suplemen yang paling banyak dicari. Tapi tahukah Anda bahwa ternyata kelebihan zat besi juga tidak kalah berbahayanya bagi tubuh?

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, tubuh mutlak membutuhkan zat besi. Tetapi yang juga sangat penting adalah kadarnya harus selalu dalam level moderat. Bila zat besi dalam tubuh berada pada level tinggi, mereka bisa berubah menjadi toksin untuk tubuh.

Zat besi yang sudah masuk ke tubuh akan selamanya berada dalam tubuh dan terus berputar dalam lingkaran produksi sel darah merah. Zat besi secara natural hanya keluar dari tubuh dalam persentase sangat kecil. Mereka keluar bila ada darah mengalir dari dalam tubuh, dan karenanya wanita yang menstruasi lebih sering mengalami kekurangan zat besi.

Anak-anak sendiri lebih sering mengalami mengalami kekuarangan zat besi karena tubuh mereka terus bertumbuh dan cenderung aktif. Sehingga mereka membutuhkan tambahan asupan zat besi lebih dari orang dewasa.

Selain itu, dalam tubuh terdapat mekanisme hormon hepcidin yang bekerja meregulasi penyerapan zat besi. Fungsi hepcidin justru berlawanan dengan kadar zat besi dalam tubuh. Semakin tinggi kadarnya, maka hepcidin akan naik sehingga berefek menurunkan daya serap tubuh terhadap zat besi. Dan sebaliknya, bila zat besi rendah, maka hepcidin akan turun dan daya serap tubuh atas zat besi justru akan naik.

Justru ketika zat besi dalam tubuh sedang naik, hepdicin membuat zat besi tidak berhasil diserap oleh tubuh dan menimbulkan sejumlah masalah. Hepcidin pula yang menyebabkan pasien anemia dapat semakin buruk kondisinya.

Pada dasarnya dalam kadar sedikit, zat besi biasa berada di dalam tubuh di luar sistem peredaran darah. Pembentukan otot tubuh juga membutuhkan asupan zat besi, demikian juga dengan fungsi sejumlah jaringan saraf.

Biasanya keberadaan zat besi ini bekaitan dengan sejumlah jenis asam amino seperti transferrin yang membantu menetralkan toksin dari zat besi. Tentu saja selama komposisinya seimbang, zat besi sama sekali tidak berbahaya.

Hanya saja sewaktu kadarnya menjadi terlalu tinggi, di saat itulah zat besi berkembang menjadi racun. Zat besi yang tidak terpakai ini akan merusak di dalam tubuh seperti berikut:

1. Menyebabkan gangguan pada pencernaan

Mereka yang kelebihan zat besi dalam pencernaan akan mengalami peningkatan asam lambung. Kadang juga menstimulasi gangguan pada sistem enzim yang memicu seseorang mulai merasakan mual dan kembung.

Kadang pada kondisi yang lebih berat, zat besi mengganggu fungsi enzim pada usus halus dan usus besar hingga akhirnya memicu diare atau malah sembelit. Bahkan menurut laman LIVESTRONG.com, kelebihan zat besi juga bisa memiliki efek samping kehilangan selera makan dan muntah-muntah.

2. Menurunkan fungsi organ

Dalam jurnal yang dipublikasikan oleh Gastroenterology tahun 2010 dengan tajuk ‘Hereditary hemochromatosis: pathogenesis, diagnosis, and treatment’ dikatakan bahwa kelebihan zat besi memicu terbentuknya ekses zat besi tidak terpakai sehingga akhirnya masuk ke berbagai organ dalam tubuh.

Organ-organ ini pada dasarnya tidak membutuhkan zat besi dalam kinerjanya, dan jumlah yang berlebihan di dalam organ akan menggangu kinerjanya. Ada efek oksidasi sel dari zat besi, bahkan memiliki efek korotif sebagaimana halnya yang Anda temukan pada jenis senyawa logam berat lain. Dan ini bisa memicu terjadinya semacam erosi atau tukak pada organ yang mungkin berkembang menjadi peradangan.

3. Memicu diabetes

Ada kaitan antara kelebihan zat besi dengan diabetes. Kondisi ini dijelaskan dalam laman DiabetesJournals.org bahwa kelebihan zat besi ternyata menyebabkan terjadinya aktivitas metabolisme glukosa yang abnormal sehingga proses penyerapan glukosa tidak maksimal.

Zat besi dalam sel juga menyebabkan sel menjadi resisten terhadap insulin sehingga dengan sendirinya menaikkan kadar glukosa dalam darah. Dalam jurnal HHS Public Access tahun 2014 dengan tajuk ‘Iron and Diabetes Risk’ dijelaskan pula bahwa membatasi asupan zat besi secara moderat adalah salah satu diet diabetes yang disarankan.

4. Menurunkan fungsi imunitas

Tingginya kadar zat besi dalam tubuh akan menyebabkan fungsi imunitas terganggu karena kinerja kelenjar tiroid serta kelenjar getah bening juga terganggu. Anda bisa menjadi lebih rentan mengalami infeksi. Ini karena kelebihan zat besi justru bersifat karsinogenik yang akan membentuk ekosistem nyaman bagi bakteri dan mikroba jahat untuk bersarang dalam tubuh.

Hal ini juga dijelaskan dalam National Institutes of Health tahun 2006 dengan judul ‘Effects of routine prophylactic supplementation with iron and folic acid on admission to hospital and mortality in preschool children in a high malaria transmission setting: community-based, randomised, placebo-controlled trial.’

5. Bekerja sebagai hepatoksin

Terbukti dalam buku ‘The Iron Elephant—The Dangers of Iron Overload’ karangan Roberta Crawford, bahwa kelebihan zat besi akan membuat hati bekerja ekstra dan mengalami efek korotif yang bisa mengacu pada sejumlah infeksi, inflamasi, kanker, dan sirosis hati. Menurunnya fungsi imunitas membuat hati rentan mengalami serangan infeksi. Bahkan dikatakan bahwa mereka dengan kadar zat besi tinggi lebih rentan mengalami infeksi hepatitis.

Penjelasan mengenai bagaimana keberadaan zat besi yang berlebihan dalam tubuh akan menjadi racun bagi hati bisa Anda temukan dalam jurnal Medical Science Monitor tahun 2016 berjudul ‘The Role of Iron and Iron Overload in Chronic Liver Disease.’

6. Menyebabkan efek artritis

Kadar zat besi yang berlebihan juga bisa menyebabkan kerusakan pada persendian. Sifat korotif dari zat besi bisa saja menyerang area persendian yang memicu terbentuknya luka hingga peradangan pada area sendi. Biasanya serangan terjadi pada daerah jari-jari, lutut, serta tumit.

Kadang serangan terjadi pada otot tubuh yang banyak digerakan. Ini memicu terjadinya inflamasi pada jaringan otot dan koneksi antar otot serta sendi yang secara ilmiah dikenal dengan istilah panniculitis.

7. Memicu pertumbuhan kanker

Sebagaimana dijelaskan bahwa zat besi sebenarnya juga memiliki karakter jenis logam berat yang memungkinkannya memiliki sifat korotif. Sel yang terkorosi akan rusak dan teroksidasi. Dan ketika proses kerusakan bekerja masif, maka proses regenerasi sel akan terganggu sampai akhirnya sel-sel ini beregenerasi menjadi sel abnormal atau sel kanker.

Dalam jurnal ‘Does iron have a role in breast cancer?’ yang dipublikasikan pada National Institutes of Health tahun 2008 dijelaskan bahwa kelebihan zat besi meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita pra menopause. Sedangkan menurut publikasi Gastroenterology tahun 2004 dengan jurnal ‘Iron, hemochromatosis, and hepatocellular carcinoma’, dijelaskan pengaruh kelebihan zat besi terhadap pertumbuhan kanker hati.

Selain itu pada buku ‘The Iron Elephant—The Dangers of Iron Overload’ dijelaskan bahwa kelebihan zat besi akan memicu beberapa jenis kanker seperti kanker kelenjar getah bening, usus, lambung, ginjal, dan prostat.

8. Meningkatkan risiko gagal jantung

AUTHORITYNUTRITION.com juga menunjukkan bahwa kelebihan zat besi meningkatkan risiko timbulnya masalah jantung bahkan serangan jantung.

Sifat korotifnya memang akan meningkat seiring dengan jumlahnya yang meninggi, dan bila keberadaannya memasuki jantung maka organ jantung bisa mengalami kerusakan jaringan, bahkan gagal jantung.

Singkatnya, zat besi bisa membahayakan kesehatan Anda bila dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi. Kecuali Anda mengidap gangguan iron overload, biasanya Anda tidak perlu terlalu khawatir bila sering mengonsumsi makanan alami yang mengandung zat besi.

Lain ceritanya dengan zat besi dari suplemen. Memang suplemen semacam ini bermanfaat bagi mereka yang menderita kekurangan zat besi. Tetapi bila dikonsumsi oleh orang yang kadar zat besi tubuhnya normal, ia bisa mengalami masalah-masalah kesehatan seperti yang dijelaskan di atas. Karena itu, sebaiknya jangan konsumsi suplemen zat besi kecuali atas dasar rekomendasi dari dokter yang terpercaya.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}