Meski sudah mengonsumsi obat asma di apotik, banyak penderita asma harus bersahabat dengan sesak nafas seumur hidup mereka. Tidak mudah memang menyembuhkan asma, malah kadang asma bisa memburuk di situasi tertentu. Adakah solusi yang bisa diandalkan untuk tuntaskan keluhan asma?
Mengapa Seseorang Terserang Asma?
Menurut data the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) ditemukan 1 anak dengan asma dari 12 anak. Dan sebagian besar dari mereka dengan asma dari kecil akan meneruskan keluhan ini hingga dewasa. Namun dengan tingkatan berbeda. Hanya ¼ dari mereka yang nantinya mengidap asma berat.
Apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang mengalami asma? Apa penyebab penderita asma kerap mengalami gangguan pernafasan, sesak nafas, batuk dan nafas pendek? Menjawab ini akan membantu kita memahami bagaimana sebenarnya pengobatan yang tepat untuk asma. Termasuk di dalamnya memilih obat asma di apotik yang tepat.
Apa Yang Terjadi Ketika Asma Menyerang?
Asma sebenarnya merupakan salah satu bentuk dari gangguan autoimun. Terjadi ketika sistem imun membentuk respon proteksi terhadap unsur unsur asing yang dianggap berbahaya. Asma sendiri bisa dikategorikan sebagai alergi. Meski reaksi asma dapat pula muncul oleh hal hal yang tidak terkait dengan alergi.
Keluhan atau gejala asma akan muncul sebagai reaksi dinding tenggorokan terhadap sinyal yang dihasilkan oleh senyawa histamine dan leukotriene. Senyawa ini akan muncul ketika senyawa protein antibodi IgE (immunoglobulin E) diproduksi. Ini adalah senyawa dari sistem imun yang bekerja membentuk sistem penolakan terhadap unsur unsur asing yang dianggap bahaya.
Pada kasus ini, IgE muncul karena paparan unsur allergen seperti serbuk sari, debu, udara dingin, makanan tertentu. Tetapi kadang senyawa ini juga bisa muncul karena reaksi iritasi yang terbentuk pada tenggorokan dan saluran pernafasan, seperti karena efek infeksi, asam lambung yang naik hingga paparan material yang dapat bersifat korotif pada dinding tenggorokan. Sebut saja seperti material pada polusi udara, asap rokok atau makanan berbahan tertentu.
Ketika histamine dan leukotriene muncul, tubuh akan merespon. Pada kasus asma, saluran pernafasan akan membengkak, disertai dengan pembentukan mucus atau cairan lendir berlebihan di saluran pernafasan. Menyisakan saluran nafas yang kecil dan tipis.
Akibat dari tarikan nafas yang dalam dan tidak diimbangi dengan udara yang cukup besar, maka ini menyebabkan area broncheolli mengalami efek tegang. Otot otot di dalamnya mengeras, menyempit dan mengecil (bronchospasm). Akibatnya udara yang masuk ke dalamnya akan menghasilkan suara seperti tiupan nyaring. Suara tiupan ini menjadi ciri khas dari gangguan asma.
Pasien juga akan merasakan efek sulit bernafas, karena diperlukan tarikan nafas lebih dalam untuk membuat kita dapat menarik nafas dengan maksimal. Akibatnya nafas akan lebih pendek dan penderitanya akan sedikit merasa pening akibat menurunnya kadar oksigen pada otak.
Pasien juga biasanya akan mengalami batuk. Ini karena lendir yang berlebihan di tenggorokan akan menyebabkan efek serak dan gatal. Selain kadang muncul keluhan radang tenggorokan karena efek inflamasi yang terbentuk akibat pembengkakan dinding saluran pernafasan.
Bagaimana terapi Asma Dilakukan?
Terapi untuk asma biasanya dilakukan dengan pemberian obat. Ketersediaan obat asma di apotik sendiri juga cukup banyak dan beragam. Obat untuk asma sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni obat asma untuk terapi jangka pendek dan obat asma untuk terapi jangka panjang.
Ini akan bekerja mengatasi cepat ketika gejala asma muncul dan pada tahap lanjut akan membantu mencegah asma untuk muncul kembali. Atau setidaknya mengendalikan sensitivitas sistem pernafasan terhadap unsur unsur pemicu asma.
Biasanya obat asma di apotik dijual dalam bentuk inhaler dan spacer. Inhaler adalah bentuk klasik dari terapi asma. Sedang spacer adalah perangkat kekinian yang dilengkapi corong untuk meningkatkan masuknya obat ke dalam sistem pernafasan hingga paru paru. Pilihan lain adalah dengan nebulizer yang bekerja seperti penguapan. Pilihan ini banyak diberikan untuk penderita asma pada bayi dan balita.
Terapi Obat Asma Di Apotik Untuk Efek Jangka Pendek
Berikut adalah terapi yang bisa diberikan untuk pengobatan asma dalam jangka pendek
-
Bronchodilators jangka pendek
Terapi bronchodilators bekerja untuk membantu merelaksasi otot otot pada saluran pernafasan. Membantu membuka kembali saluran pernafasan yang menyempit dan tegang, hingga pernafasan dapat kembali terasa lega. Terapi ini juga membantu mengurangi jumlah lendir pada saluran pernafasan. Hingga baik untuk meringankan batuk saat asma kambuh.
Bronchodilators yang bekerja pada jangka pendek merupakan jenis Short-acting beta 2-agonists (SABAs). Jenis obat asma ini berfungsi sebagai tindakan pertama saat asma kambuh. Ada banyak jenis obat asma di apotik yang termasuk dalam kategori ini seperti Albuterol (Proventil), salbutamol (Astharol), Terbutaline (Astherin) dan Levalbuterol (Xoponex).
Obat ini tersedia dalam bentuk inhaler dengan spacer, nebulizer hingga dalam bentuk pil, sirup hingga suntik. Biasanya terapi ini efektif melegakan pernafasan dalam waktu 10 -20 menit, tergantung beratnya kondisi pasien.
Pada beberapa orang, terlalu sering menggunakan terapi SABAs bisa menyebabkan efek iritasi pada rongga mulut. Selain itu beberapa orang menunjukan gejala sakit kepala dan tremor ketika menggunakan SABAs dalam dosis tinggi.
-
Theophylline
Jenis obat asma ini bekerja dengan efek yang hampir serupa dengan LABAs. Biasanya diberikan untuk efek relaksasi saluran pernafasan dan berpotensi memberi efek jangka panjang. Obat ini lebih spesifik bekerja pada bronchospasm. Terapi ini juga diharapkan membantu meredakan pembengkakan di saluran pernafasan. Sehingga memberi efek lega pada pernafasan.
Jenis terapi Theophylline ini termasuk banyak dijual di pasaran lokal. Sejumlah obat asma di apotik yang masuk dalam jenis ini seperti Asthma Soho, Asmadex, Bufabron, Kontrasma, Luvisma dan Neo Napacin.
Dari kaca mata medis, terapi ini masuk dalam kategori Bronchodilators, hanya saja terapi diberikan dengan mengonsumsi obat secara oral. Namun dalam beberapa kasus, ditemukan adanya efek terhadap asam lambung, potensi alergi dan efek sakit kepala.
-
Kortikosteroid
Kortikosteroid biasanya juga digunakan sebagai alternatif obat asma di apotik. Meski cara kerjanya tidak sebagaimana terapi SABAs. Terapi kortikosteroid biasanya diberikan justru sebagai pencegahan, supaya sesak nafas tidak terlalu kerap muncul. Juga karena kortikosteroid memiliki efek anti inflamasi, terapi ini juga akan membantu mencegah terbentuknya peradangan akibat reaksi asma yang berulang.
Terapi ini biasanya disarankan pada kasus asma yang muncul lebih sering, sekitar beberapa kali dalam sepekan. Biasanya terapi jenis ini diberikan dalam bentuk inhaler dengan spacer atau dengan nebulizer.
Beberapa jenis obat kortikosteroid yang biasa diberikan untuk asma antara lain adalah budesonide (Budesma), beclometasone (Beclovent), mometasone (Dermason) dan fluticasone (Medicort).
Terapi dengan kortikosteroid ini juga bisa memicu sejumlah efek samping. Terutama karena efek anti radang ini mungkin dapat mengganggu ketahanan tubuh dalam jangka panjang. Beberapa pasien justru mengalami reaksi jamur pada mulut dan tenggorokan setelah pemakaian jangka panjang.
Terapi Obat Asma Di Apotik Untuk Efek Jangka Panjang
Ketika terapi jangka pendek tidak mampu meredam reaksi alergi pada pasien, dan keluhan sesak nafas masih tetap muncul sewaktu waktu. Mungkin pasien perlu menjalankan terapi yang lebih intensif.
Ini akan bekerja dengan cara yang lebih kuat dan diharapkan dapat mencegah keluhan asma terus datang kembali. Adapun jenis terapi obat asma di apotik yang dikategorikan sebagai terapi jangka panjang antara lain.
-
Kortikosteroid oral
Ketika terapi kortikosteroid inhaler tidak cukup menunjukan hasil, mungkin terapi oral akan memberi hasil lebih optimal. Terapi ini terbilang memiliki resiko terutama jika dikonsumsi terus menerus dalam 3 bulan. Seperti munculnya resiko hipertensi, retensi air, metabolisme menurun, pengeroposan tulang, melemahnya otot, gangguan imunitas, katarak, glukoma dan lain sebagainya.
Biasanya pilihan kortikosteroid oral diberikan ketika ditemukan adanya kasus peradangan paru atau broncheolus yang perlu segera diatasi. Dan ini biasanya terkait dengan keluhan asma yang terus menerus kambuh. Pada umumnya, rangkaian terapi diberikan untuk 2 pekan sembari dilakukan pengawasan medis, demi melihat pengaruh obat terhadap asma dan potensi efek sampingnya.
-
Bronchodilators jangka panjang
Selain dengan terapi bronchodilators jangka pendek, terdapat pula terapi bronchodilators jangka panjang. Memiliki sejumlah kesamaan dengan terapi jangka pendek, tetapi kinerja dari terapi bronchodilators jangka panjang ini adalah sebagai pencegahan. Membantu mencegah terjadinya ketegangan otot dan jaringan dinding saluran pernafasan sehingga mencegah asma berkembang memburuk.
Terapi ini disebut dengan Long-acting beta-2 agonists (LABAs). Sejumlah obat asma di apotik yang masuk kategori ini antara lain Salmeterol (Serevent) dan Formoterol (Foradil).
Ada pula jenis obat kombinasi antara LABAs dengan kortikosteroid seperti almeterol dan fluticasone (Advair), formoterol dan mometasone (Dulera), formoterol dan budesonide (Symbicort), salmeterol dan fluticasone (Wixela Inhub), vilanterol dan fluticasone (Breo) juga salmeterol dan fluticasone (Airduo)
-
Leukotriene Receptor Antagonist (Montelukast)
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya ada peran senyawa leukotriene yang dihasilkan tubuh dan ini menjadi stimulant reaksi asma. Obat asma ini diberikan dengan pendekatan berbeda dari kebanyakan pendekatan obat asma di apotik. Karena Montelukast bekerja dengan menghambat produksi senyawa leukotriene.
Diharapkan terapi ini akan mencegah terjadinya pembengkakan dinding saluran pernafasan, penumpukan mucus dan keluhan sejenis lain yang terkait asma. Terapi ini juga memberi efek relaksasi yang baik untuk mengatasi bronchospasm.
Berbeda dengan terapi lain yang dapat bekerja sebagai terapi darurat. Maka Montelukast hanya dapat bekerja setelah pasien mengonsumsi rutin dalam interval waktu tertentu. Ini akan efektif mengendalikan produksi senyawa leukotriene dan pada akhirnya mengendalikan kambuhnya asma. Biasanya dijual dalam bentuk tablet kunyah atau obat telan biasa.
Jenis obat asma di apotik yang masuk kategori ini juga memiliki sejumlah efek samping seperti keluhan ruam kulit pada mereka yang alergi. Juga muncul keluhan sakit kepala, tremor dan memar memar karena pembekuan darah.
-
Ipratropium
Biasanya digunakan untuk kasus emfisema dan bronchitis akut, terapi Ipratropium juga lazim diberikan pada kasus asma yang berat. Jenis asma yang terus menerus kambuh, selalu mengalami keluhan sesak nafas, batuk dan keringat dingin di malam hari. Dan tingkat toleransi yang cukup rendah pada aspek aspek pemicu asma.
Fokus dari terapi ini pada penderita asma adalah untuk meredakan keluhan bronchospasm. Acapkali diresepkan untuk dikonsumsi bersama terapi terapi asma lain untuk jangka panjang. Terapi Ipatropium (Atrovent) ini termasuk terapi Anticholinergics.
Beberapa gejala efek samping yang mungkin muncul dari terapi dengan obat asma satu ini antara lain keluhan hidung tersumbat, pilek, mual, pusing, sakit perut, konstipasi dan lain sebagainya.
-
Omalizumab
Satu lagi obat asma di apotik yang berfungsi sebagai terapi jangka panjang adalah omalizumab. Tidak sama dengan kebanyakan obat asma yang bekerja mengatasi gejala yang muncul, terapi ini bekerja untuk mencegah produksi Immunoglobulin E untuk muncul. Sementara dipahami, Immunoglobulin E adalah senyawa dalam imun tubuh yang menjadi pemancing terjadinya reaksi alergi.
Obat ini diberikan dengan cara suntik untuk 2 sampai 4 minggu sekali. Dilakukan beberapa kali sembari dilakukan evaluasi perkembangan pada pasien. Terapi ini tidak boleh diberikan lebih dari 16 minggu. Karena efek sampingnya dalam jangka panjang pada kinerja imun yang cukup berat.
Bronchial thermoplasty
Terapi ini bekerja dengan pendekatan yang juga berbeda dan saat ini di Indonesia sendiri belum resmi tersedia. Terapi ini lebih sebagai tindakan fisik atau pembedahan yang bertujuan merusak jaringan jaringan tertentu pada dinding saluran pernafasan dan broncheollie. Tujuannya supaya jaringan jaringan tersebut tidak akan mengalami ketegangan dan pembengkakan kembali sehingga keluhan asma bisa dikendalikan.
Tindakan ini terbilang beresiko, dan tidak termasuk tindakan pengobatan. Karena kerusakan jaringan yang dibuat harus sangat terukur atau pasien mungkin beresiko akan mengalami gangguan fungsi pada dinding pernafasan, kerongkongan hingga saluran bicara. Meski sejauh ini banyak kasus asma yang tidak mungkin lagi teratasi justru menunjukan progress pasca menjalankan prosedur Bronchial thermoplasty.
Pengobatan Alternatif Atasi Asma Dengan Resiko Rendah
Sebagaimana Anda pahami, asma termasuk jenis alergi atau gangguan pernafasan yang sulit untuk diatasi secara permanen. Keluhan mungkin dapat dikendalikan atau diatasi sesaat, namun tetap mungkin muncul kembali. Beberapa pasien bahkan kesulitan untuk mengendalikan keluhan yang muncul dengan demikian kerap.
Dan yang perlu menjadi catatan, dalam kondisi yang cukup intens, asma dapat menyebabkan kematian. Sedang di sisi lain sejumlah terapi yang bersifat jangka panjang, yang diklaim membantu meningkatkan toleransi tubuh terhadap aspek aspek pemicu asma, ternyata memiliki sejumlah resiko efek samping yang tidak ringan.
Bila yang Anda cari adalah terapi obat asma di apotik yang dapat bekerja dengan efektivitas tinggi dalam jangka panjang mencegah asma untuk terus menerus kambuh. Namun dengan efek samping yang lebih terkendali.
Bisa jadi solusi herbal adalah pilihan Anda. Ada banyak bahan herbal yang memiliki sifat anti alergi dan ini dapat menjadi solusi alternatif untuk mengatasi keluhan asma. Tetapi tentu saja tidak bisa sembarangan, karena tidak sedikit herbal yang diklaim tersebut belum sepenuhnya lolos uji klinis dan empiris. Sehingga tidak ada jaminan bahwa bahan tersebut aman dan efektif atasi asma.
Noni, Terapi Herbal Obat Asma Dengan Tuntas
Di antara bahan herbal yang telah banyak diklaim sebagai anti alergi. Noni juice merupakan pilihan yang telah mengantungi serangkaian bukti klinis dan empiris. Bukti empiris dibuktikan dari 8.077 orang pasien asma yang telah disembuhkan dari keluhan mereka, berdasar buku terbitan Dr Solomon Neil “NONI JUICE, How Much, How Often, For What”.
Sebagaimana dijelaskan pula dalam Journal of Foods tahun 2018. Telah terbukti secara klinis noni memang mengandung komponen anti alergi dan anti peradangan yang bisa bekerja menghentikan alergi termasuk asma untuk terus kambuh. Sekaligus mencegah keluhan asma berkembang menjadi peradangan.
Dalam Pharmacognosy Research tahun 2014 dipertegas bagaimana noni juice bekerja sebagai anti alergi, terutama untuk asma. Karena dalam noni terdapat unsur unsur anti oksidan yang secara khusus akan merawat dan melindungi sistem pernafasan. Memperbaiki kapasitas oksigen dalam paru paru dan mengatasi kerusakan pada sistem pernafasan.
Selain unsur dalam noni dalam hal ini senyawa catechin dan xeronine terbukti bekerja mencegah terbentuknya IgE yang tidak wajar. Dan senyawa asam amino Histidine yang yang terbukti mengendalikan produksi histamine.
Noni juga dikenal baik sebagai terapi relaksasi. Sedangkan terapi relaksasi sendiri sangat penting perannya untuk menghentikan keluhan asma. Noni juga bekerja sebagai sumber nutrisi dan memberi efek anti oksidan yang terbukti membantu memperbaiki kondisi tubuh pasien asma. Sementara, kondisi tubuh yang menurun acapkali akan meningkatkan resiko pasien asma untuk menunjukan gejala kembali.
Jadi, terapi dengan noni bisa menjadi andalan alternatif obat asma di apotik. Meski bukan obat darurat yang mengatasi keluhan dan gejala dengan singkat. Tetapi terapi noni akan bekerja memperbaiki imun tubuh, mengendalikan abnormalitas fungsi imun, meningkatkan toleransi terhadap aspek pemicu asma dan membantu memperbaiki kondisi tubuh pasien sehingga potensi kambuh dapat dihindari.