• Home
  • Blog
  • TBC
  • Penyakit TBC: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Penyakit TBC: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya


By Cindy Wijaya

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular cukup serius yang terutama berdampak pada paru-paru. Bakteri penyebab TBC dapat menular langsung dari orang ke orang. Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moelek menyatakan bahwa saat ini Indonesia berada di urutan kedua terbanyak penderita TBC, nomor satu adalah India. Karena itulah kita harus meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan dan gejala TBC.

Artikel ini akan membantu Anda lebih memahami mengenai apa penyebab tuberkulosis, gejala-gejala yang ditimbulkannya, serta bagaimana pengobatan TBC dilakukan.

Apa Penyebab TBC?

Penyebab tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menular dari orang ke orang melalui cairan tubuh yang keluar ke udara. Penularan TBC terjadi ketika seseorang yang memiliki bakteri batuk, berbicara, bersin, meludah, tertawa, atau menyanyi, kemudian cairan dari orang tersebut masuk ke dalam tubuh orang lain.

Tetapi meskipun tuberkulosis menular, biasanya itu tidak mudah menginfeksi orang lain. Anda lebih mungkin tertular dari seseorang yang tinggal bersama atau sering bekerja bersama, daripada dari orang asing yang jarang bertemu. Sebagian besar penderita yang mendapatkan pengobatan TBC selama setidaknya 2 minggu biasanya tidak akan lagi menularkan penyakitnya.

HIV dan TBC

Sejak tahun 1980-an, jumlah kasus tuberkulosis telah meningkat drastis akibat penyebaran HIV—virus penyebab AIDS. Infeksi HIV menyebabkan sistem imun jadi lemah, sehingga menyulitkan tubuh untuk mengatasi bakteri penyebab TBC. Akibatnya, orang-orang yang memiliki HIV jadi jauh lebih rentan terserang tuberkulosis daripada mereka yang tidak memiliki HIV.

TBC kebal obat

Alasan lain mengapa tuberkulosis tetap menjadi penyakit pembunuh utama adalah meningkatknya jumlah bakteri yang kebal terhadap obat. Sejak pertama kali antibiotik digunakan dalam pengobatan TBC, lebih dari 60 tahun lalu, beberapa bakteri TBC telah mengembangkan kemampuan untuk bertahan hidup, dan kemampuan tersebut diturunkan ke keturunan mereka.

Jenis tuberkulosis yang kebal obat muncul saat antibiotik gagal membunuh semua bakteri yang ditargetkan. Bakteri yang bertahan tersebut menjadi kebal terhadap antibiotik itu, bahkan sering kali juga terhadap antibiotik lainnya. Beberapa bakteri TBC telah mengembangkan ketahanan terhadap pengobatan yang paling umum digunakan, seperti isoniazid dan rifampisin.

Sejumlah tuberkulosis juga mengembangkan ketahanan terhadap obat yang jarang digunakan, misalnya antibiotik bernama fluoroquinolone, dan obat suntik misalnya amikasin, kanamisin, dan kapreomisin. Obat tersebut sering digunakan untuk mengobati infeksi yang kebal terhadap obat-obatan umum.

Faktor Risiko Penyebab TBC

Siapa pun bisa menjadi korban penularan TBC, tetapi ada beberapa faktor yang membuat Anda jadi lebih rentan terserang penyakit ini. Faktor-faktor risiko tersebut antara lain:

Melemahnya Sistem Kekebalan

Sistem kekebalan yang sehat biasanya sanggup mengatasi bakteri TBC dengan baik, tetapi tubuh Anda tidak bisa melindungi dirinya sendiri dengan maksimal jika kekebalannya sedang lemah. Ada beberapa jenis masalah kesehatan, kondisi, dan pengobatan yang bisa melemahkan sistem kekebalan, misalnya:

  • HIV/AIDS
  • Diabetes
  • Penyakit ginjal parah
  • Beberapa jenis kanker
  • Pengobatan kanker, termasuk kemoterapi
  • Obat untuk mencegah reaksi penolakan cangkok organ
  • Beberapa obat untuk artritis rematoid, penyakin Crohn, dan psoriasis
  • Malnutrisi (kurang gizi)
  • Usia yang masih terlalu muda atau terlalu tua

Bepergian atau Tinggal di Wilayah Tertentu

Risiko Anda tertular bakteri penyebab TBC meningkat jika sedang tinggal atau bepergian ke wilayah-wilayah dimana terdapat banyak kasus tuberkulosis, misalnya di wilayah Afrika, Eropa Timur, Asia, Rusia, Amerika Latin, dan Kepulauan Karibia. Untuk mengetahui wilayah-wilayah Indonesia dengan kasus TBC tertinggi, silakan lihat informasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemiskinan dan Penyalahgunaan Zat

  • Kurang perawatan medis. Orang-orang yang kurang mampu secara ekonomi, tinggal di daerah terpencil, baru saja berimigrasi, atau tidak punya tempat tinggal, kemungkinan besar kurang mendapat akses ke perawatan medis yang diperlukan untuk mendiagnosis dan mengobati gejala-gejala TBC.
  • Penyalahgunaan zat. Menggunakan obat-obatan terlarang atau konsumsi alkohol berlebihan melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda, dan membuat Anda lebih rentan terserang bakteri penyebab TBC.
  • Menggunakan tembakau, misalnya merokok, sangat memperbesar risiko Anda terserang tuberkulosis dan bahkan meninggal karenanya.

Tempat Tinggal atau Kerja

  • Kerja di pusat layanan kesehatan. Sering bertemu dan menyentuh orang-orang yang sakit memperbesar kemungkinan Anda tertular bakteri TBC. Kenakanlah masker dan sering cuci tangan untuk menurunkan risikonya.
  • Tinggal atau kerja di fasilitas tempat tinggal. Misalnya kerja atau tinggal di penjara, pusat imigrasi, atau panti jompo. Orang-orang di sana semuanya sangat rentan menjadi korban penularan TBC, karena risiko penyakit ini menjadi lebih tinggi jika ada banyak orang dan ventilasi yang buruk.
  • Tinggal di kamp pengungsian atau tempat penampungan. Orang-orang di sana lemah karena kurang mendapat makanan bergizi dan kesehatannya buruk serta hidup dalam kondisi penuh sesak dan tidak bersih. Itulah sebabnya para pengungsi sangat rentan terkena infeksi TBC.

Penyebab TBC adalah bakeri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar melalui udara ketika seseorang yang memiliki TBC batuk, bersin, meludah, tertawa, atau berbicara. Anda rentan tertular jika sering berada bersama orang yang telah lebih dulu terinfeksi TBC.

Seperti Apa Gejala-Gejala TBC?

Walaupun tubuh Anda mungkin sudah dimasuki bakteri penyebab TBC, tetapi biasanya sistem kekebalan tubuh Anda sanggup mencegahnya agar tidak sampai menimbulkan penyakit. Untuk alasan inilah dokter sering kali membedakan tuberkulosis menjadi 2 tipe:

  • TBC Laten. Dalam kondisi ini Anda sudah terinfeksi TBC, tetapi bakteri tetap berada dalam keadaan tidak aktif di dalam tubuh sehingga tidak menimbulkan gejala-gejala TBC. TBC laten, juga disebut TBC inaktif atau TBC infeksi, tidaklah menular. Namun kondisi ini bisa berubah menjadi TBC aktif, jadi perlu juga diobati untuk mengendalikan penularan TBC. Diperkirakan ada 2 miliar orang yang memiliki TBC laten.
  • TBC Aktif. Kondisi ini membuat Anda menjadi sakit karena timbul gejala-gejala TBC, dan Anda juga berpotensi menularkannya ke orang lain. Kondisi ini bisa terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah infeksi dengan bakteri TBC, atau bahkan bertahun-tahun kemudian.

Jika bakteri penyebab TBC di dalam tubuh Anda menjadi aktif, maka kemungkinan akan muncul gejala-gejala TBC seperti berikut ini:

  • Batuk selama 3 minggu atau lebih
  • Batuk berdarah
  • Nyeri dada, atau sakit saat bernapas atau batuk
  • Berat badan turun tanpa sebab
  • Kelelahan
  • Demam
  • Berkeringat di malam hari
  • Meriang
  • Tidak ada nafsu makan

Selain berdampak pada paru-paru, tuberkulosis juga dapat memengaruhi bagian-bagian tubuh lain, termasuk ginjal, tulang belakang, atau otak. Jika TBC menyerang bagian tubuh selain paru-paru, maka tanda dan gejala TBC yang muncul akan berbeda tergantung pada organ terkait. Sebagai contoh, TBC tulang belakang mungkin membuat Anda merasa sakit punggung, atau TBC ginjal menyebabkan darah di urin Anda.

Waspadai Gejala-Gejala TBC Ini!

Segera periksa ke dokter jika Anda mengalami demam, berat badan yang turun tanpa sebab, keringat mengucur di malam hari, atau batuk yang tidak kunjung sembuh. Ini adalah gejala-gejala TBC, tetapi juga bisa diakibatkan oleh masalah kesehatan lain. Anda harus memastikan penyebabnya dengan bantuan medis.

Lembaga Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menganjurkan orang-orang yang memiliki faktor risiko tertular tuberkulosis agar menjalani tes TBC untuk memeriksa keberadaan infeksi TB laten. Mereka termasuk para penderita HIV/AIDS, pengguna obat terlarang, yang sering bertemu pasien TBC, dan petugas kesehatan yang merawat orang dengan risiko TBC tinggi.

Bagaimana Pengobatan TBC?

Pengobatan TBC berpusat pada konsumsi obat-obatan. Anda mungkin harus terus mengonsumsi obat dalam waktu lama, lebih lama daripada konsumsi obat untuk infeksi bakteri jenis lain.

Pengobatan TBC mengharuskan Anda mengonsumsi antibiotik setidaknya selama 6 – 9 bulan. Jenis dan lamanya obat dikonsumsi bergantung pada usia, kondisi kesehatan, kemungkinan kebal terhadap obat, dan tipe TBC (laten atau aktif), serta lokasi infeksi dalam tubuh Anda.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pengobatan TBC jangka pendek—4 bulan, bukan 9 bulan—dengan pengobatan gabungan mungkin efektif untuk mencegah TBC laten berubah menjadi aktif. Dengan pengobatan yang lebih singkat, orang-orang biasanya lebih mudah menghabiskan semua obat yang diresepkan, dan risiko efek samping juga berkurang. Namun dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk membuktikannya.

Obat-Obatan Umum untuk TBC

Jika Anda memiliki TBC laten, Anda mungkin hanya perlu mengonsumsi 1 jenis obat. Sedangkan TBC aktif, terutama jika kebal terhadap obat, mengharuskan Anda mengonsumsi beberapa obat sekaligus. Jenis-jenis obat yang sering digunakan dalam pengobatan TBC antara lain isoniazid, rifampisin (rifadin, rimactane), etambutol (myambutol), dan pyrazinamide.

Kalau Anda menderita TBC yang kebal obat, maka biasanya dibutuhkan pengobatan gabungan antara antibiotik bernama fluoroquinolone dengan obat suntik, seperti amikasin, kanamisin, atau kapreomisin, yang umumnya berlangsung selama 20 – 30 bulan.

Para pakar medis sedang meneliti beberapa jenis obat baru (contohnya bedaquiline dan linezolid) yang mungkin efektif digunakan sebagai terapi untuk mendukung pengobatan gabungan untuk TBC kebal obat.

Waspada Efek Samping Obat!

Efek samping serius dari pengobatan TBC jarang terjadi, tapi bisa berbahaya jika itu muncul. Semua pengobatan tuberkulosis dapat sangat bersifat racun bagi hati Anda. Maka sewaktu menjalani pengobatan, sebaiknya segera periksa ke dokter jika Anda merasakan keluhan-keluhan berikut:

  • Mual dan muntah
  • Hilang selera makan
  • Kulit menguning
  • Urin berwarna gelap
  • Demam selama 3 hari atau lebih yang tidak jelas sebabnya.

Setelah beberapa minggu menjalani pengobatan, Anda biasanya tidak lagi akan menularkan penyakit dan mungkin sudah merasa lebih baik. Pada saat ini Anda mungkin berpikir untuk menghentikan konsumsi obat, tapi jangan lakukan itu! Anda harus menyelesaikan seluruh pengobatan atau terapi persis seperti yang ditentukan oleh dokter.

Terlalu cepat berhenti minum obat atau mengurangi dosis justru membuat bakteri penyebab TBC yang masih tersisa jadi punya waktu untuk mengembangkan kekebalan terhadap obat yang dikosumsi. Akibatnya, penyakit TBC Anda jadi lebih berbahaya dan sulit diobati.

Karena pengobatan medis membutuhkan waktu yang lama, beberapa orang memutuskan untuk menambah asupan herbal sebagai terapi pendukung. Tujuannya agar proses pengobatan bisa lebih cepat dan lebih efektif untuk meringankan gejala-gejala TBC yang mereka rasakan. Untuk melihat apa saja herbal yang bisa dimanfaatkan, silakan baca: 10 Obat Herbal TBC untuk Membantu Pengobatan Dokter.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}