Kolesistitis: Info Seputar Penyakit Radang Empedu


By Cindy Wijaya

Kolesistitis adalah penyakit empedu yang disebabkan oleh peradangan (inflamasi) pada kantung empedu. Peradangan kolesistitis dapat menimbulkan rasa sakit perut sebelah kanan atas yang cukup kuat. Bacalah mengenai penyebab, gejala, dan pengobatannya di artikel ini.

Penyakit ini menyerang kantung empedu, yang adalah kantung untuk menyimpan cairan empedu yang diproduksi oleh hati. Cairan ini punya peran dalam sistem pencernaan, termasuk untuk mencerna lemak, sekresi makanan, pembuangan toksin sisa metabolisme, dan menangani bakteri tak sehat yang masuk bersama makanan.

Kantung yang menyerupai buah pir kecil ini terletak di rongga perut kanan dan melekat di bawah hati, tersembunyi di balik sisi bawah tulang iga. Penyakit radang empedu ini bisa terjadi secara akut (tiba-tiba) atau secara kronis (dalam waktu lama).

Penyebab Kolesistitis

Para ahli sudah menduga beberapa faktor sebagai penyebab munculnya peradangan pada empedu ini. Dan beberapa penyebab kolesistis tersebut antara lain:

Penyakit Batu Empedu

Kebanyakan kasus penyakit kolesistis disebabkan oleh batu empedu. Keberadaan batu di empedu menyebabkan tersumbatnya saluran empedu. Ini menimbulkan peradangan di dalam kantung empedu.

Cairan empedu yang masuk ke dalam kantung empedu justru tertahan di dalam kantung dan tidak bisa keluar menuju usus 12 jari. Endapan cairan empedu lama-kelamaan akan menimbulkan peradangan, kemudian kantung akan membengkak dan mengalami abses (luka).

Batu empedu sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh endapan cairan empedu yang mengeras dan menyumbat saluran empedu. Endapan keras itu dapat terbentuk dari endapan kolesterol atau akibat kadar garam empedu yang berlebihan.

Tumor di Kantung Empedu

Tumor dapat terbentuk di setiap bagian tubuh, termasuk di kantung empedu. Tumor bisa terbentuk di saluran empedu atau di depan bukaan kantung empedu, sehingga tersumbat dan terjadilah peradangan.

Sebenarnya, cairan empedu memang bisa berubah menjadi senyawa radikal yang memberi efek oksidasi pada sel-sel empedu. Ini hanya terjadi bila cairan empedu mengendap terlalu lama di dalam kantung. Yang dianggap sebagai pemicu perubahan itu adalah kandungan garam empedu dalam cairan itu.

Oksidasi sel pada kantung empedu kemudian menimbulkan kerusakan sel lalu berkembang menjadi peradangan. Kondisi ini terjadi tanpa perlu ada bakteri atau virus yang menginfeksi di sana.

Infeksi Bakteri

Serangan dari bakteri mungkin saja mencapai kantung empedu dan akhirnya mengakibatkan infeksi serius di sana. Sejumlah bakteri yang dapat menyerang kantung empedu antara lain bakteri Salmonella dan Helicobacter pylori.

Infeksi terjadi bila bakteri pemicu masuk ke dalam pencernaan dan mencapai usus 12 jari, dimana cairan empedu akan bertemu dengan makanan. Pada prosesnya, bakteri berhasil menyeberang menuju kantung empedu karena interaksi cairan dengan asupan makanan yang Anda konsumsi.

Gangguan Sirkulasi Darah

Agar berfungsi normal, tubuh membutuhkan sirkulasi darah yang baik. Ini demi memastikan sel-sel di sistem cairan empedu memperoleh cukup nutrisi serta oksigen.

Jadi, kalau terjadi gangguan sirkulasi darah, misalnya akibat diabetes atau darah tinggi, maka sel-sel dalam sistem cairan empedu juga terganggu kerjanya dan terhambat untuk melakukan regenerasi sel. Inilah yang dapat memicu terjadinya kerusakan sel yang bisa berkembang menjadi peradangan.

Penderita diabetes juga rentang mengalami peradangan. Ini karena tingginya kadar insulin dalam tubuh yang memang memicu peradangan. Peradangan tak terkecuali bisa terjadi di kantung empedu.

Faktor Risiko Kolesistitis

Selain penyebab-penyebab kolesistitis di atas, ada sejumlah kondisi lain yang memperbesar risiko terjadinya peradangan di kantung empedu. Mereka disebut sebagai faktor risiko. Berikut adalah beberapa diantaranya:

Jenis Kelamin Wanita

Dikatakan bahwa sebagian besar penderita radang empedu ini ialah wanita. Dalam situs web EVERYDAY HEALTH dijelaskan adanya kecenderungan wanita untuk mengalami masa-masa kenaikan kadar estrogen dalam tubuh yang memperbesar risiko penyakit empedu. Mereka yang berisiko termasuk yang menjalani terapi hormon, terutama terapi hormon estrogen.

Kehamilan

Menurut situs web healthline, peningkatan kadar estrogen selama kehamilan membuat gerak peristaltik di saluran empedu jadi melambat. Ini menyebabkan cairan empedu tidak sepenuhnya lancar keluar dari kantung empedu. Estrogen juga meningkatkan kadar kolesterol dalam cairan empedu. Inilah dua kondisi yang menyebabkan peningkatan risiko radang empedu pada wanita hamil.

Usia Tua

Mereka yang menginjak usa 60 tahun punya risiko lebih besar mengalami penyakit empedu ini. Ini karena tubuh mereka mengalami perlambatan laju cairan empedu menuju usus 12 jari. Berkurangnya kelenturan dan gerak peristaltik pada saluran empedu diduga kuat sebagia penyebabnya. Para lansia juga lebih cenderung menyimpan kolesterol dalam darah yang mungkin dapat larut ke cairan empedu.

Obesitas/Kegemukan

Mereka yang berat badannya berlebihan cenderung memiliki kolesterol tinggi di dalam hati. Ini menyebabkan cairan empedu juga ikut mengandung kolesterol tinggi. Kondisi itulah yang memicu terbentuknya endapan cairan empedu yang kemudian mengeras menjadi batu empedu. Sebagaimana sudah disebutkan, salah satu penyebab kolesistitis adalah penyakit batu empedu.

Perubahan Berat Badan yang Drastis

Terutama pada orang yang mudah mengalami kenaikan atau penurunan berat badan secara drastis dan terus-menerus. Pada dasarnya, kondisi ini dapat menurunkan fungsi hati dan akhirnya memicu kerusakan pada fungsi empedu dan kantung empedu. Gangguan pada fungsi empedu atau fungsi kantung empedu akhirnya bisa memicu penyakit kolesistitis.

Diabetes

Mereka yang punya kadar gula darah tinggi cenderung punya kadar lemak hati yang juga tinggi. Disinilah sumber masalahnya, karena lemak hati itu akan meningkatkan kadar kolesterol dan garam empedu dalam cairan empedu. Situasi itu memicu terbentuknya endapan dalam kantung empedu dan akhirnya menyumbat laju keluarnya cairan empedu menuju usus.

Mengenali Gejala Kolesistitis

Gejala dari penyakit empedu ini kadang mirip dengan penyakit-penyakit lain, misalnya penyakit hati atau radang usus. Inilah yang membuat para dokter kesulitan mengenali keberadaan penyakit radang empedu ini.

Sebagaimana dijelaskan di situs web MAYO CLINIC, berikut ini adalah sejumlah gejala khas yang biasa dialami para penderita penyakit kolesistitis:

  • Sakit perut sebelah kanan atas yang cukup kuat
  • Rasa sakitnya bisa menjalar sampai punggung atau dada dan bahu
  • Rasa sesak menusuk saat menarik napas dalam-dalam
  • Sakit perut sebelah kanan ketika disentuh atau agak ditekan
  • Rasa mual dan ingin muntah yang kadang cukup kuat
  • Demam
  • Jaundice atau kulit dan mata menguning
  • Gatal-gatal seperti biduran atau bentol-bentol basah
  • Muncul luka kering di kulit, kadang disertai lapisan keabu-abuan dan terasa kering
  • Hilang selera makan
  • Lidah tampak merah dengan rona putih atau abu-abu muda

Gejala penyakit radang empedu ini sering muncul setelah makan, terutama jika makan dalam porsi besar atau yang banyak mengandung lemak. Jika Anda mengalami gejala-gejala kolesistitis, khususnya bila rasa sakit perut sebelah kanan atas terasa sangat kuat hingga tidak bisa duduk, segeralah periksa ke dokter.

Komplikasi dari Kolesistitis

Sebenarnya sulit untuk mengabaikan penyakit empedu ini, karena pada waktu belum terlalu parah saja sudah menimbulkan gejala sakit perut sebelah kanan atas yang cukup kuat dan menyakitkan. Tetapi bukan tidak mungkin ada orang yang sanggup menahan rasa sakit ini.

Itu sebabnya ada beberapa pasien yang terlambat terdiagnosis dan penyakitnya sudah terlalu parah. Dalam situasi itu, pasien berisiko mengalami komplikasi seperti membusuknya kantung empedu sehingga bisa melepaskan cairan toksin yang mematikan.

Mungkin juga terjadi pecahnya kantung empedu yang tak kalah membahayakan. Bersamaan dengan pecahnya kantung empedu, sejumlah toksin dan mungkin bakteri akan terbesar di perut lalu memicu peradangan yang lebih luas dan mematikan.

Metode Pemeriksaan Kolesistitis

Untuk memastikan apakah pasiennya benar menderita kolesistitis, dokter biasanya melakukan pemeriksaan sederhana yang dikenal dengan istilah murphy sign. Metode ini adalah pemeriksaan manual yang dilakukan secara medis untuk memastikan apakah pasien mengalami masalah di kantung empedunya.

Murphy sign dilakukan dengan menekan tepat di sisi bawah tulang iga kanan, di sisi kanan dari ulu hati. Bersamaan dengan itu, pasien akan diminta menarik napas dalam-dalam dan menahannya untuk sesaat.

Saat pemeriksaan, seharusnya tekanan pada dada mendorong kantung empedu untuk naik dan tersentuh oleh tekanan tangan tadi. Sentuhan itu akan menimbulkan rasa nyeri. Bila rasa nyeri muncul sebelum pasien menahan napas dalam-dalam, bisa jadi keluhannya ada di hati, bukan di kantung empedu.

Setelah pemeriksaan, pasien mungkin disarankan mengikuti tes darah dan USG atau MRI untuk lebih memastikan keadaan dari kantung empedu pasien.

Pengobatan Kolesistitis

Bila pasien didiagnosis mengidap kolesistitis, biasanya pasien akan disarankan untuk menjalani sejumlah pengobatan. Diperlukan serangkaian tahap untuk membantu pasien pulih dari penyakit radang empedu ini, yakni:

  • Disarankan menjalani diet rendah lemak untuk menurunkan kadar lemak di hati. Dengan begitu otomatis juga membantu mengurangi kadar kolesterol dalam cairan empedu.
  • Mengonsumsi obat anti-inflamasi untuk membantu meredakan peradangan, atau obat antibiotik bila penyebab kolesistitis adalah infeksi bakteri di kantung empedu.
  • Operasi pengangkatan kantung empedu (kolesistektomi) bila dinyatakan bahwa kondisi kantung empedu sudah terlalu rusak dan sulit dipulihkan.

Operasi Kolesistektomi

Operasi pengangkatan kantung empedu kerap menjadi pilihan yang diajukan dokter bila pasien terlambat terdiagnosis. Pada waktu pasien memeriksakan diri, kerusakan pada jaringan kantung empedu sudah terlalu berat dan sulit diatasi.

Efek samping kolesistektomi relatif kecil. Karena pada dasarnya, kantung empedu hanyalah tempat penyimpanan cairan empedu. Jadi tanpa kantung empedu pun, usus bisa tetap mendapatkan cairan empedu yang diproduksi oleh hati.

Hanya saja, sebaiknya pasien mematuhi sejumlah pantangan karena pasien kadang mengalami reaksi pencernaan ketika mengonsumsi makanan-makanan tertentu setelah operasi.

Operasi kolesistektomi dilakukan dalam dua metode. Pertama, dengan pembedahan konvensional menggunakan sayatan terbuka. Kedua, dengan laparoskopik, yakni pembedahan kecil dan pemotongan menggunakan selang dan alat rekam kecil yang dimasukkan dalam tubuh.

Herbal untuk Membantu Mencegah Kolesistitis

Bagi Anda yang ingin mencegah kolesistitis dan menjaga fungsi empedu tetap sehat, maka pilihan herbal yang patut dipertimbangkan adalah Noni juice. Berkat kemampuan anti-inflamasinya, herbal ini membantu mencegah terjadinya peradangan di dalam tubuh, termasuk di kantung empedu.

Noni juice juga bersifat anti-kolesterol, yakni sanggup menurunkan kadar kolesterol di dalam tubuh. Dengan menjaga kolesterol dalam kadar normal, Anda juga dibantu untuk terhindar dari batu empedu yang merupakan salah satu penyebab penyakit ini.

Selain itu, Noni juice bertindak sebagai anti-bakteri, yang akan membantu kantung empedu terbebas dari serangan bakter-bakteri pemicu radang empedu. Dengan demikian, herbal ini punya kemampuan lengkap untuk mencegah penyakit ini, yaitu anti-inflamasi, anti-kolesterol, serta anti-bakteri.

Kolesistitis adalah penyakit empedu yang harus kita semua waspadai. Meski umumnya tingkat risiko untuk mengidap penyakit ini tidak terlalu tinggi, tetapi penyakit ini sering terlambat terdeteksi. Jika sudah begitu, pengobatan yang dibutuhkan menjadi lebih rumit lagi. Karena itu, kita semua perlu tahu gejala-gejalanya supaya bisa mengenalinya sejak awal.

Demikianlah artikel tentang penyakit kolesistitis ini. Semoga kita semua jadi lebih sadar dengan kesehatan sendiri maupun keluarga kita tercinta. Nantikan juga ulasan-ulasan menarik lain seputar info kesehatan, tips kesehatan, serta pengobatan herbal hanya di Deherba.com.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}