Perbedaan Alzheimer Yang Perlu Diperhatikan


By Cindy Wijaya

Alzheimer – Penyakit alzheimer dan demensia bukanlah dua istilah untuk satu penyakit yang sama. Secara garis besar, demensia adalah istilah umum untuk menggambarkan gejala-gejala yang memengaruhi ingatan, kinerja dari aktivitas sehari-hari, dan kemampuan berkomunikasi. Apa perbedaan Alzheimer dengan penyakit lainnya?

Perbedaan Alzheimer

Sedangkan penyakit alzheimer adalah salah satu jenis demensia yang paling umum. Penyakit alzheimer akan terus-menerus memburuk dan memengaruhi ingatan, bahasa, serta pemikiran dari penderitanya.

Orang-orang muda bisa mulai mengembangkan penyakit Alzheimer atau demensia, namun risiko seseorang semakin besar ketika sudah lanjut usia. Akan tetapi keduanya tidak dianggap sebagai bagian dari proses penuaan yang normal.

Walaupun gejala-gejala dari kedua jenis gangguan kesehatan ini mirip, tetapi Anda perlu tahu perbedaannya agar bisa mengerti cara mengendalikan serta merawat kedua jenis masalah kesehatan ini.

Demensia

Demensia adalah sindrom, bukan penyakit. Sindrom merupakan sekumpulan gejala-gejala yang tidak memiliki diagnosis pasti. Demensia adalah sekumpulan gejala yang memengaruhi peran-peran kognitif mental seperti daya ingat dan daya nalar.

Demensia merupakan istilah umum yang juga mencakup penyakit alzheimer sebagai salah satu jenisnya. Sindrom ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, dan yang paling umum adalah penyakit alzheimer.

Seseorang bisa mengidap lebih dari satu jenis demensia, sehingga disebut menderita demensia campuran. Sering kali, penderita demensia campuran memiliki beberapa kondisi yang dapat memicu demensia. Diagnosis untuk demensia campuran hanya bisa dikonfirmasi melalui autopsi.

Seraya demensia berkembang, sindrom ini dapat berdampak besar pada kemampuan seseorang untuk mandiri. Demensia merupakan penyebab utama dari kasus kelumpuhan pada lansia, sehingga dapat memberikan beban emosional serta finansial bagi keluarga dan perawat mereka.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa kira-kira 47,5 juta orang di seluruh dunia hidup dengan kondisi demensia.

Gejala-Gejala Demensia

Mudah saja untuk mengabaikan gejala awal demensia, karena biasanya tidak kentara. Gejala-gejala awal demensia sering kali dimulai dengan serangkaian kejadian lupa yang sederhana. Penderita demensia mungkin kesulitan mengingat waktu dan cenderung kehilangan arah meski sudah sering melalui jalan tersebut.

Seraya demensia berkembang, gejala lupa dan kebingungan bertambah. Ia mungkin mulai susah mengingat nama dan wajah orang lain. Ia juga mulai kesulitan merawat dirinya sendiri. Gejala demensia yang jelas terlihat pada saat ini antara lain berkali-kali mengulangi pertanyaan yang sama, kebersihan yang tidak dijaga, dan sering salah mengambil keputusan.

Dalam tahap yang lebih lanjut, penderita demensia menjadi tidak sanggup merawat dirinya sendiri. Ia akan semakin kesulitan mengingat waktu, mengingat orang dan tempat yang sebenarnya ia kenali. Perilakunya terus berubah dan bisa menjadi depresi atau agresif.

Penyebab Demensia

Seseorang riskan mengidap demensia saat usianya tidak lagi muda. Sindrom ini terjadi jika sel-sel otak tertentu menjadi rusak. Banyak kondisi yang bisa menyebabkan demensia, misalnya penyakit degeneratif seperti alzheimer, parkinson, dan huntington.

Setiap penyebab demensia menimbulkan kerusakan berbeda pada sel-sel otak. Penyakit alzheimer bertanggung jawab untuk sekitar 50 – 70% dari seluruh kasus demensia.

Penyebab-penyebab demensia yang lainnya antara lain: infeksi, seperti HIV; penyakit vaskular (pembuluh darah); stroke; depresi; dan penggunaan obat jangka panjang.

Penyakit Alzheimer

Alzheimer adalah penyakit otak progresif yang secara perlahan menimbulkan penurunan fungsi daya ingat dan kognitif. Penyebab pasti dari penyakit ini masih belum diketahui dan belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya.

Situs web Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa ada sekitar 46 juta jiwa yang menderita alzheimer di dunia, dan sebanyak 22 juta jiwa di antaranya berada di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri diperkirakan jumlah penderita alzheimer di tahun 2013 mencapai 1 juta orang, dan jumlah itu bisa meningkat dua kali lipat pada tahun 2030.

Walaupun orang-orang muda bisa mulai mengidap penyakit ini, namun awal dari gejala-gejala alzheimer pada umumnya muncul setelah usia 60 tahun.

Efek Alzheimer pada Otak

Kerusakan pada otak dimulai bertahun-tahun sebelum gejala awalnya muncul. Timbunan protein bisa membentuk plak dan jalinan kusut pada otak dari penderita alzheimer. Kemudian koneksi antar sel hilang, dan mereka mulai mati. Pada tahap lanjut, otak akan menunjukkan penyusutan yang drastis.

Mendiagnosis penyakit alzheimer secara akurat dan lengkap tidak mungkin dilakukan saat seseorang masih hidup. Diagnosis seperti itu hanya bisa dikonfirmasi saat otak diperiksa di bawha mikroskop melalui autopsi. Namun, dokter spesialis mampu membuat diagnosis yang benar hingga ketepatan 90 persen saat penderitanya memeriksakan diri.

Perbedaan Alzheimer dan Demensia

Gejala alzheimer dan demensia punya kemiripan, tetapi ada sejumlah perbedaan yang bisa dilihat. Persamaannya, kedua gangguan kesehatan ini bisa menyebabkan:

  • Penurunan kemampuan untuk berpikir
  • Gangguan ingatan
  • Gangguan komunikasi

Sedangkan gejala-gejala yang khusus dialami oleh pengidap alzheimer antara lain yaitu:

  • Sulit mengingat kejadian atau percakapan yang baru terjadi
  • Sikap tidak acuh atau apati
  • Depresi
  • Sulit membuat penilaian
  • Disorientasi (kehilangan kemampuan untuk mengenali lingkungan)
  • Kebingungan
  • Perubahan tingkah laku
  • Kesulitan berbicara, menelan, atau berjalan (dalam alzheimer tahap lanjut)

Beberapa jenis demensia lain mungkin juga menimbulkan gejala-gejala seperti di atas, tetapi ada beberapa pengecualian gejala yang dapat membedakan mereka. Sebagai contoh, demensia jenis lewy body (LBD) memiliki banyak gejala tahap lanjut yang mirip. Namun penderita LBD umumnya mengalami gejala khas seperti halusinasi visual, ketidakseimbangan, dan gangguan tidur.

Perbedaan Perawatan Alzheimer dan Demensia

Perawatan bagi penderita demensia bergantung pada penyebab dan jenisnya, tapi banyak jenis perawatan untuk Alzheimer dan demensia lain yang mirip.

Perawatan Alzheimer

Obat untuk menyembuhkan alzheimer masih terbatas, tapi ada pilihan perawatan untuk membantu mengendalikan gejala-gejalanya:

  • Pengobatan untuk perubahan perilaku, seperti obat antipsikotik
  • Pengobatan untuk hilang ingatan, seperti obat rivastigmine dan memantine.
  • Pengobatan alternatif untuk meningkatan fungsi otak atau kesehatan secara keseluruhan, seperti minyak kelapa atau minyak ikan.
  • Pengobatan untuk gangguan tidur.
  • Pengobatan untuk depresi.

Perawatan Demensia

Dalam beberapa kasus, merawat kondisi yang menyebabkan demensia bisa membantu menangani gejala-gejalanya. Kondisi-kondisi penyebab demensia yang umumnya dapat ditangani dengan pengobatan antara lain:

  • Penggunaan narkotika
  • Tumor
  • Gangguan metabolisme
  • Hipoglikemia

Dalam sebagian besar kasus, demensia tidak dapat dipulihkan. Akan tetapi banyak jenis demensia yang dapat ditangani. Dengan pengobatan yang tepat, kondisi tersebut bisa dikendalikan dan diringankan gejala-gejalanya.

Perawatan demensia bergantung pada penyebabnya. Sebagai contoh, dokter sering menangani demensia akibat parkinson dan LBD dengan obat penghambat cholinesterase yang juga sering digunakan untuk menangani alzheimer. Sedangkan perawatan demensia akibat penyakit vaskular akan berfokus pada pengobatan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut di pembuluh darah serta pencegahan stroke.

Uraian Singkat Perbedaan Alzheimer

Sebagai kesimpulan, perbedaan alzheimer dan demensia bisa disingkat sebagai berikut: Demensia adalah sekumpulan gejala yang memengaruhi ingatan, kinerja dari aktivitas sehari-hari, dan kemampuan komunikasi. Sedangkan alzhemier hanyalah salah satu dari berbagai jenis demensia.

Harapan bagi penderita demensia bergantung sepenuhnya pada penyebabnya. Akan tetapi sebagian besar kondisi demensia tidak akan bisa pulih maupun dihentikan perkembangannya, meski ada pengobatan yang mampu memperlambat perkembangannya.

Sedangkan pada kasus alzheimer, obat untuk menyembuhkannya masih tergolong langka. Rata-rata penderita alzheimer memiliki harapan hidup sekitar 4 – 8 tahun setelah diagnosis, namun beberapa orang sanggup hidup dengan alzheimer hingga 20 tahun.

Anda sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan dokter jika mulai merasakan gejala-gejala alzheimer dan demensia. Dengan begitu, jika memang mengidap salah satu gangguan kesehatan ini, Anda bisa segera memulai perawatan sehingga perkembangannya bisa lebih mudah dikendalikan.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}