Hipotiroidisme: Waspadailah Penyebab dan Gejala-Gejalanya Sejak Awal!


By Cindy Wijaya

Hipotiroidisme adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid Anda tidak menghasilkan hormon-hormon penting yang memadai. Kondisi penyakit ini paling sering dialami oleh wanita, terutama mereka yang usianya sudah di atas 60 tahun.

Kondisi hipotiroidisme, yang umumnya disebut hipotiroid saja, mengganggu keseimbangan normal dari reaksi-reaksi kimiawi dalam tubuh Anda. Awalnya jarang muncul gejala-gejala, tetapi jika dibiarkan tidak diobati, hipotiroid dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, seperti obesitas, nyeri sendi, kemandulan, dan penyakit jantung.

Kabar baiknya, tersedia tes-tes yang secara akurat menguji fungsi tiroid untuk mendiagnosis hipotiroid. Dan pengobatan hipotiroid dengan hormon tiroid sintesis biasanya dilakukan secara sederhana, aman, dan efektif jika Anda dan dokter menemukan dosis yang tepat bagi Anda.

Apa Penyebab Hipotiroidisme?

Sewaktu kelenjar tiroid tidak mampu menghasilkan hormon-hormon yang mencukupi, maka keseimbangan reaksi kimiawi dalam tubuh akan terganggu. Terdapat beberapa penyebab dari masalah ini, antara lain penyakit autoimun, pengobatan hipertiroid, terapi radiasi, operasi tiroid, dan obat-obatan tertentu.

Kelenjar tiroid ukurannya kecil, berbentuk seperti kupu-kupu yang terletak di dasar dari bagian depan leher Anda, persis di bawah jakun. Hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid—triiodothyronin (T3) dan thyroxine (T4)—mempunyai dampak besar bagi kesehatan Anda, memengaruhi seluruh aspek dari metabolisme.

Mereka mempertahankan tingkat laju tubuh menggunakan lemak dan karbohidrat, membantu mengendalikan suhu tubuh, memengaruhi detak jantung, serta membantu mengatur produksi protein.

Sebagaimana sudah disebutkan, hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid gagal untuk menghasilkan cukup hormon. Beberapa pemicu hipotiroidisme akan dijelaskan di bawah ini:

  • Penyakit autoimun. Penyakit Hashimoto tiroiditis adalah penyebab hipotiroidisme yang paling umum. Penyakit autoimun terjadi jika sistem kekebalan menghasilkan antibodi-antibodi yang menyerang jaringan-jaringan sendiri. Kadang-kadang keadaan ini melibatkan kelenjar tiroid.
  • Pengobatan hipertiroid. Orang-orang yang kelenjar tiroidnya terlalu banyak menghasilkan hormon sering kali diobati dengan iodin radioaktif atau pengobatan anti-tiroid untuk menormalkan fungsi tiroid mereka. Akan tetapi, kadang-kadang pengobatan ini justru mengakibatkan hipotiroidisme.
  • Operasi tiroid. Menghilangkan seluruh atau sebagian dari kelenjar tiroid bisa mengurangi atau menghentikan produksi hormonnya. Jika ini terjadi, Anda harus terus mengonsumsi hormon tiroid seumur hidup.
  • Terapi radiasi. Radiasi untuk pengobatan kanker di kepala dan leher bisa memengaruhi kelenjar tiroid serta memicu hipotiroidisme.
  • Obat-obatan. Sejumlah obat-obatan bisa memicu hipotiroid. Salah satunya adalah litium, yang digunakan untuk mengobati gangguan kejiwaan. Jika Anda mengonsumsi obat ini, tanyakanlah kepada dokter mengenai efeknya bagi kelenjar tiroid.
  • Penyakit keturunan. Beberapa bayi terlahir dengan kelenjar tiroid yang kurang berfungsi atau bahkan tanpa kelenjar tiroid. Sering kali anak balita yang memiliki hipotiroid keturunan tampak normal saat lahir. Itulah sebabnya di beberapa negara bayi yang baru lahir diwajibkan menjalani tes tiroid.
  • Kelainan hipofisis. Penyebab hipotiroid ini relatif jarang terjadi. Ini adalah kegagalan kelenjar hipofisis untuk menghasilkan cukup hormon penstimulasi hormon (TSH)—biasanya karena tumor jinak pada kelenjar hipofisis.
  • Beberapa wanita mengalami hipotiroid selama atau setelah kehamilan (hipotiroidisme postpartum), sering kali karena mereka menghasilkan antibodi ke kelenjar tiroid itu sendiri. Jika dibiarkan, hipotiroid dapat memperbesar risiko keguguran, kelahiran prematur, dan preeklampsia—kondisi yang menyebabkan peningkatan tekanan darah ibu hamil selama 3 bulan terakhir kehamilan.
  • Kekurangan yodium. Mineral yodium (iodin)—terutama diperoleh dari seafood, rumput laut, tanaman yang tumbuh di tanah yang kaya yodium, dan garam beryodium—dibutuhkan untuk produksi hormon-hormon tiroid. Walaupun begitu, terlalu banyak yodium juga bisa menyebabkan hipotiroidisme.

Terlepas dari pemicu-pemicu di atas, beberapa orang tampaknya lebih rentan mengalami hipotiroid dibandingkan dengan orang lain. Mereka yang rentan misalnya adalah wanita yang usianya di atas 60 tahun; memiliki keluarga yang mengalami penyakit tiroid; mengidap kelainan autoimun lain seperti lupus atau artritis rematoid; dan sedang hamil atau baru melahirkan.

Seperti Apa Gejala-Gejala Hipotiroidisme?

Tanda dan gejala yang muncul akibat hipotiroid dapat berbeda pada setiap orang, bergantung pada tingkat keparahan dari kekurangan hormon yang dialami. Tetapi umumnya, gejala-gejala tersebut berkembang secara perlahan, sering kali selama bertahun-tahun.

Pada mulanya, Anda mungkin sedikit merasakan gejala-gejala hipotiroid, seperti kelelahan dan kenaikan berat badan, yang bisa saja dianggap hanya sebagai tanda-tanda penuaan. Tetapi seraya metabolisme Anda terus melambat, Anda mungkin lebih merasakan gejala-gejala yang tak biasa. Gejala-gejala hipotiroidisme tersebut antara lain:

  • Kelelahan
  • Gampang pilek
  • Sembelit
  • Kulit kering
  • Kenaikan berat badan
  • Wajah bengkak
  • Suara serak
  • Lemah otot
  • Kadar kolesterol meningkat
  • Sakit, nyeri, dan kaku otot
  • Sakit, kaku, atau bengkak di persendian
  • Menstruasi yang lebih lama dan lebih berat
  • Rambut menipis
  • Denyut jantung melambat
  • Depresi
  • Gangguan ingatan

Jika kondisi ini tidak diobati, maka gejala-gejala di atas akan semakin parah. Rangsangan terus-menerus dari kelenjar tiroid untuk melepaskan lebih banyak hormon dapat mengakibatkan pembengkakan tiroid (gondok). Selain itu, Anda juga mungkin menjadi gampang lupa, daya berpikir melambat, atau merasa tertekan.

Hipotiroidisme tahap lanjut, dikenal sebagai myxedema, jarang terjadi. Tetapi jika itu terjadi, kondisinya bisa sangat parah hingga berakibat fatal. Gejala-gejala myxedema antara lain tekanan darah rendah, napas berkurang, suhu tubuh menurun, tubuh tidak responsif, dan bahkan koma.

Hipotiroidisme pada Anak Balita

Walaupun hipotiroid paling sering diderita oleh wanita dewasa dan lansia, namun sebenarnya siapa pun bisa mengalaminya, termasuk balita. Seorang bayi dapat lahir tanpa kelenjar tiroid atau kelenjarnya tidak berfungsi dengan baik sehingga mengalami gejala-gejala hipotiroid. Jika bayi yang baru lahir memiliki masalah hipotiroid, maka ia mungkin mengalami:

  • Kulit dan bagian putih mata menguning. Dalam sebagian besar kasus, hal ini terjadi jika organ hati bayi tidak sanggup memetabolisme zat bernama bilirubin, yang secara alami terbentuk ketika tubuh mendaur-ulang sel-sel darah merah.
  • Sering tersedak.
  • Lidah yang besar dan menonjol.
  • Wajah terlihat bengkak.

Seraya hipotiroid berkembang, seorang balita kemungkinan akan kesulitan makan dan tidak mampu bertumbuh dan berkembang secara normal. Ia juga mungkin mengalami sembelit, otot yang lemah, dan terlalu banyak tidur.

Jika hipotiroid pada balita tidak diobati, bahkan kondisi yang ringan sekali pun dapat mengarah pada masalah keterbelakangan fisik maupun mental.

Hipotiroidisme pada Anak-Anak dan Remaja

Pada umumnya anak-anak dan remaja yang menderita hipotiroidisme memiliki gejala yang sama seperti pada orang dewasa. Tetapi adakalnya mereka juga mengalami gejala lain seperti:

  • Pertumbuhan yang buruk, sehingga bertubuh pendek
  • Perkembangan gigi yang terlambat
  • Pubertas tertunda
  • Perkembangan mental yang buruk

Segeralah periksakan ke dokter jika Anda melihat anak Anda mengalami keluhan-keluhan hipotiroid seperti di atas. Pengobatan yang dilakukan sedini mungkin akan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan penyakit ini pada tumbuh-kembang anak Anda.

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Periksalah ke dokter jika Anda merasa lelah tanpa sebab yang jelas atau merasakan gejala-gejala hipotiroid yang lain, misalnya kulit kering, wajah pucat dan bengkak, sembelit, atau suara serak.

Anda juga perlu pergi ke dokter untuk melakukan tes pengujian fungsi tiroid jika sebelumnya pernah melakukan operasi tiroid; pengobatan dengan iodin radioaktif atau pengobatan anti-tiroid; atau radiasi terapi ke kepala, leher, atau dada atas.

Meski begitu, mungkin butuh bertahun-tahun atau puluhan tahun sampai jenis-jenis pengobatan atau terapi tadi menyebabkan hipotiroid. Selain itu, jika Anda memiliki kadar kolesterol tinggi, bicarakanlah dengan dokter mengenai kemungkinan hipotiroidisme sebagai penyebabnya.

Dan jika Anda pada akhirnya menerima terapi hormon untuk mengobati hipotiroid, jadwalkan check-up perawatan sesering yang dianjurkan oleh dokter Anda. Pada awalnya Anda harus mengikuti dosis yang diresepkan. Namun seiring waktu berlalu, dosis yang Anda butuhkan mungkin sudah berubah.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}