Apakah Benar Makan Buah Bisa Berbahaya?


By Cindy Wijaya

Dalam beberapa tahun belakangan masalah gula memang menjadi semacam kontroversi yang membingungkan banyak orang. Kontroversi ini berawal dari pandangan salah seorang pakar Endokrin asal Amerika, Dr Robert. H Lustig. Menurut beliau pada dasarnya gula yang Anda asup memang berbahaya, terutama bila jenis gula tersebut adalah fruktosa.

Pada artikel lain kami sudah mengulas mengenai jenis-jenis gula, Anda bisa melihat ulasannya di halaman: “Apa Beda antara Glukosa, Sukrosa, dan Fruktosa?”. Di dalam penjelasan tersebut kami mengungkap mengenai gula yang terbagi dalam 3 kategori, yakni glukosa, fruktosa dan sukrosa. Sementara glukosa adalah bentuk gula murni yang kemudian diserap langsung oleh tubuh, maka sukrosa akan diolah terlebih dulu dalam tubuh untuk kemudian diubah menjadi glukosa.

Apakah Gula Fruktosa Dapat Membahayakan Kesehatan?

Hal berbeda terjadi dengan fruktosa, yang ternyata membutuhkan peran liver untuk membantu proses cernanya. Fruktosa memiliki karakter berbeda dibanding jenis gula lain sekalipun formula kimianya juga monosakarida. Dan karenanya dibutuhkan peran enzim dalam hati seperti enzim fruktokinase.

Kembali pada ulasan yang sempat menjadi populer didunia kesehatan sejak 4 tahun belakangan ini, Dr Lustig mengatakan bahwa fruktosa pada dasarnya lebih jahat dari glukosa dan sukrosa itu sendiri. Karena sifat fruktosa yang memberatkan fungsi hati sekaligus memicu terbentuknya cadangan lemak dalam tubuh atau glikogen.

Selain itu, pada dasarnya tubuh secara natural memang membutuhkan glukosa, karena secara alami sel-sel dalam tubuh dibentuk untuk mengonsumsi glukosa sebagai bahan baku energi. Artinya aktivitas sel membutuhkan glukosa secara alami.

Dan hal ini tidak terjadi pada fruktosa. Fruktosa menurut pandangan Lustig tidak menjadi komponen alami energi dalam tubuh manusia. Bahkan ketika jumlahnya berlebihan, sifatnya menjadi beban dalam tubuh.

Pada satu sisi, sementara kebutuhan energi sudah dipenuhi oleh glukosa, maka fruktosa yang sifatnya hanya menjadi sumber energi cadangan akan menjadi material tidak terpakai dalam tubuh. Fruktosa akan menjadi pembentuk glikogen dan trigliserida atau cadangan lemak dalam tubuh.

Kabar buruknya, fruktosa bukan hanya menstimulasi pembentukan cadangan lemak, tetapi juga memicu pembentukan lemak hati, masalah diabetes dan keluhan-keluhan lain. Berikut beberapa keluhan yang bisa menjadi risiko pada mereka yang mengalami kelebihan fruktosa dalam darah menurut pandangan Lustig (sumber: Authoritynutrition.com)

  • Memberi efek tidak puas saat makan sehingga menyebabkan Anda makan lebih banyak.
  • Memberi efek adiksi.
  • Dapat memicu terbentuknya lemak hati, kenaikan kolesterol jahat dalam tubuh dan masalah dislipidemia atau kenaikan kadar lemak dalam darah. Hal ini bisa memicu masalah pada sistem sirkulasi darah dan pembuluh darah.
  • Menaikan kadar asam urat dan kenaikan tekanan darah.
  • Menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang memicu terjadinya obesitas dan diabetes.
  • Resistensi insulin juga memicu terjadinya kenaikan kadar insulin dalam darah yang akan memunculkan efek karsinogen.
  • Kelebihan fruktosa juga bisa menyebabkan resistensi terhadap leptin.

Kami akan memberikan penjelasan lebih lanjut untuk dua poin terakhir, mengingat keduanya memiliki alur sebab akibat yang cukup signifikan.

Pada kasus resistensi insulin, sebenarnya pengaruh fruktosa tidak bersifat general terhadap seluruh sel, melainkan lebih signifikan terhadap liver. Liver memiliki peran menarik kelebihan insulin dalam tubuh karena insulin sendiri perlu dinetralkan mengingat adanya pengaruh karsinogen dari insulin yang berlebihan dalam darah.

Namun, dengan adanya kelebihan fruktosa, liver menjadi tidak peka dan mengabaikan sinyal yang mengatakan kadar insulin dalam darah sudah tinggi. Kadar insulin dalam tubuh bisa menjadi tidak terkendali dan memicu terbentuknya senyawa factor (IGF-1) yang bisa memicu kanker.

Adapun pengaruh fruktosa terhadap sel, cenderung kecil karena sel-sel dalam tubuh seolah mendapatkan dua sinyal sekaligus yakni menyerap glukosa darah atau lemak dalam tubuh sebagai sumber energi. Karenanya justru sejumlah diet menyarankan Anda menurunkan asupan makanan karbohidrat dan mengonsumsi buah karena memberi stimulan pada sel-sel tubuh menarik lemak sebagai sumber energi tubuh.

Sementara pengaruh fruktosa pada insulin bisa memicu diabetes, maka pada kasus leptin, peran dari fruktosa lebih pada masalah obesitas. Leptin sendiri adalah sejenis senyawa yang diproduksi oleh lemak tubuh. Bagi otak, leptin ini adalah sinyal akan keberadaan lemak dalam jumlah besar dalam tubuh. Sinyal ini mendorong otak bekerja dengan menghambat rasa lapar. Sehingga tubuh secara alami menarik lemak cadangan dalam tubuh untuk pembentukan energi.

Hanya saja pada kasus fruktosa yang tinggi, otak tidak bisa membaca sinyal leptin. Penyebabnya memang tidak jelas, namun dengan tidak bisa membaca sinyal, maka otak tidak melihat adanya cadangan energi yang besar dan siap diolah. Otak akan kembali mencari sumber energi dengan mendorong munculnya rasa lapar. Jadi, mereka yang kelebihan fruktosa bisa makan lebih banyak dan cepat menjadi gemuk.

Benarkah Gula Fruktosa dari Buah Berbahaya?

Salah satu sumber alami utama dari fruktosa adalah buah. Sedangkan bila fruktosa Anda temukan dalam makanan di luar buah, sebenarnya fruktosa tersebut adalah hasil proses ekstraksi. Dalam industri makanan fruktosa ini memang kerap ditambahkan sebagai pemanis makanan. Bahkan pada era 80-90-an fruktosa dianggap lebih sehat dan aman untuk penderita diabetes dari aspartam dan sakarin.Namun belakangan diketahui berlebihan dengan fruktosa tidak lebih baik dari aspartam dan sakarin.

Namun demikian fruktosa alami dari buah disepakati oleh kebanyakan pakar tidak berbahaya sebagaimana pada fruktosa tambahan pada makanan. Berdasar laman Livestrong, buah justru memiliki kadar fitonutrien, mineral dan vitamin serta serat larut dan tidak larut yang berperan besar mengendalikan sepenuhnya pengaruh fruktosa. Sehingga fruktosa yang Anda peroleh dari buah menjadi tidak berbahaya bagi tubuh.

Dijelaskan justru mengonsumsi buah rutin sebanyak 2 cup perhari akan membantu meningkatkan manfaat fruktosa sebagai stimulan pembakaran lemak. Sedang pengaruh buruknya dalam pembentukan glikogen dan pemicu over insulin juga relatif rendah sehingga bisa dikatakan tidak signifikan terhadap tubuh.

Fruktosa dalam buah bekerja lebih baik terhadap pembakaran lemak berkat bantuan sejumlah fitonutrien dan serat yang juga dikandung dalam buah.

Sedang efek buruknya terhadap leptin bisa dikendalikan karena pada dasarnya serat yang dikonsumsi justru membantu memberikan efek kenyang dan membantu membersihkan pencernaan. Di sisi lain, sejumlah vitamin, mineral dan fitonutrien dalam buah cenderung membantu memaksimalkan fungsi hati, membantu kinerja enzim dan mencegah efek resistensi terhadap insulin. Justru sifat karsinogen dari over insulin bisa dikendalikan oleh anti oksidan dalam buah.

Masih bersumber dari Livestrong.com , dikatakan bahwa fruktosa dari buah tidak memberi efek negatif terhadap diabetes selama dikonsumsi dalam kadar moderat. Malah menurut The American Diabetes Association, disarankan untuk mengganti porsi karbohidrat dengan porsi buah.

Studi lain yang dipublikasikan dalam Nutrition Journal 2013 mengatakan bahwa mereka dengan diabetes dan menjalankan diet rendah buah terbukti tidak efektif menurunkan kadar gula dalam darah dan berat badan.

Namun demikian, Anda memang tetap disarankan untuk mengonsumsi buah dalam porsi moderat. Kata moderat di sini berada pada kisaran 1,5 sampai 2 cup perhari. Berlebihan dengan buah akan menimbulkan efek samping fruktosa dan serat terhadap fungsi pencernaan. Keduanya bisa menimbulkan efek kembung, penuh dan rasa mual.

Beberapa buah juga mengandung kadar asam tinggi yang juga bisa menyebabkan iritasi pada lambung. Fruktosa memang tidak berbahaya, tetapi ternyata bisa mengiritasi. Fruktosa dalam kadar tinggi juga sulit dicerna dan bisa memicu diare.

Bisa kita tarik kesimpulan, bahwa fruktosa ternyata tidak lebih baik dari glukosa atau juga dari gula sintetis. Bahkan beberapa orang mengatakan fruktosa sebagai pisau bermata dua, yang memiliki sisi manfaat dan bahaya sekaligus. Mengonsumsi fruktosa tetap harus sama hati-hatinya dengan Anda mengonsumsi makanan manis dan makanan dengan pemanis buatan lain.

Namun demikian, terbukti pula bahwa fruktosa dalam buah tidak seberbahaya pada fruktosa tambahan. Kandungan nutrisi dalam buah yang lebih kompleks membantu meningkatkan manfaat fruktosa sekaligus menekan tingkat efek samping dari fruktosa. Jadi memakan buah tidak berbahaya, kan? Hanya tentu saja tidak boleh berlebihan.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}