• Home
  • Blog
  • Demensia
  • Hindari 10 Makanan Pemicu Demensia Ini Jika Tak Ingin Cepat Pikun

Hindari 10 Makanan Pemicu Demensia Ini Jika Tak Ingin Cepat Pikun


By Cindy Wijaya

Adanya kaitan antara gaya hidup dan pola makan dengan kesehatan Anda baik dalam jangka pendek maupun untuk jangka panjang sebenarnya memang sudah diamini oleh sejumlah besar pakar kesehatan, bahkan sudah dibuktikan dalam sejumlah riset di berbagai instansi kesehatan, bahwa mereka yang menjalankan pola makan dengan berimbang dan aman akan memiliki risiko yang lebih rendah terhadap sejumlah penyakit, termasuk penyakit berbahaya.

Jadi tidak heran kalau kemudian sejumlah pakar juga menemukan adanya kaitan pola makan dengan kesehatan otak dan kecenderungan seseorang mengalami demensia. Makanan pemicu demensia biasanya memiliki sifat merusak sel otak dan menghambat kinerja neurotransmitter dalam otak, atau bisa dikatakan bekerja sebagai neurotoksin

Pola makan dengan kandungan neurotoksin ini akan bekerja dalam kurun waktu panjang dalam memengaruhi kesehatan otak, daya kemampuan berpikir, pengendalian dan sistem kerja neurotransmitter dalam otak. Lalu, makanan apa saja yang termasuk dalam kategori makanan pemicu demensia?

1. Makanan dengan kandungan AGEs

AGEs adalah sejenis protein bersifat toksin yang berkaitan dengan tingginya konsumsi seseorang akan gula, makanan dengan proses pemasakan dalam temperatur tinggi seperti di goreng rendam (deep frying), juga makanan dengan kadar lemak dan protein kompleks tinggi seperti daging merah termasuk daging sapi, kambing dan babi.

Senyawa ini sendiri dikenal memiliki pengaruh terhadap terjadinya sejumlah keluhan kesehatan seperti hipertensi dan diabetes. Namun berdasarkankan sebuah riset yang dijurnalkan dalam jurnal PNAS diungkap adanya pengaruh AGEs terhadap pembentukan plak amyloid yang menjadi salah satu tanda terjadinya demensia pada seseorang.

Riset yang menggunakan sampel tikus tersebut membuktikan akan adanya pembentukan plak amyloid pada otak tikus pasca pemberian makanan mengandung AGEs dalam jumlah besar yang kemudian mengacu pada penurunan sejumlah fungsi motorik dan kognitif tikus.

2. Makanan dengan kandungan aluminium

Sebenarnya, tubuh kita memang tidak membutuhkan alumunium terutama dalam jumlah besar dalam menjalankan fungsinya. Pada dasarnya alumunium termasuk dalam metal berat yang lebih bisa dikatakan sebagai toksin korosif ketimbang mineral bermanfaat.

Yang menjadi masalah, tampaknya sulit bagi kita benar-benar menghindari alumunium mengingat Anda bisa menemukannya dalam sebagian besar makanan, bahkan termasuk keju, susu formula, dan makanan gorengan.

Hanya saja, ketika alumunium ini berinteraksi dengan sistem saraf dan sel-sel otak, maka masalah yang dapat ditimbulkannya bisa cukup serius. Sifat korosifnya relatif kuat terhadap sistem saraf, termasuk saraf tepi dan saraf pusat. Sehingga memilih untuk meminimalisir alumunium yang Anda asup adalah sebuah pilihan terbaik yang perlu Anda lakukan. Pastikan selalu mengonsumsi anti oksidan untuk memudahkan Anda menetralisir toksin metal ini.

3. Makanan dengan kandungan merkuri

Merkuri juga termasuk salah satu kandungan makanan yang sebaiknya Anda hindari untuk menjaga kesehatan otak. Dalam Journal of Alzheimer Disease diungkapkan bahwa lebih dari 100 studi membuktikan adanya kaitan antara paparan alzheimer dengan kerusakan sel otak dan beberapa pola yang mengarah pada alzheimer dan demensia.

Pada dasarnya merkuri bukan kandungan yang normal bisa Anda temukan dalam makanan, mengingat sifatnya sebagai metal berat. Hanya saja dengan tingginya kadar polusi di udara dan air, kini Anda bisa menemukan kandungan merkuri dalam sejumlah jenis ikan dan makanan laut juga pada sejumlah hewan konsumsi lain.

4. Makanan dengan kandungan pemanis buatan

Ternyata pemanis buatan juga memiliki pengaruh buruk terhadap kesehatan tubuh. Pemanis buatan kerap dikaitkan dengan toksin yang mempengaruhi kesehatan ginjal, liver, darah dan pencernaan. Tetapi ternyata pemanis buatan juga bisa menjadi makanan pemicu demensia.

Salah satu yang paling berbahaya adalah aspartam. Dalam aspartam ditemukan kandungan neurotoksin bernama methanol yang memiliki sifat korosif terhadap sistem saraf dan merusak fungsi neurotransmitter. Aspartam kerap dikaitkan dengan sejumlah kasus tumor otak, kejang dan demensia.

5. Makanan dengan kandungan perasa buatan diasetil

Selain pemanis buatan, perasa buatan juga memiliki pengaruh buruk untuk kesehatan otak dan bisa menjadi makanan pemicu demensia. Dari banyak jenis perasa buatan, diasetil adalah yang termasuk paling merusak. Anda bisa menjumpai diasetil pada sejumlah jenis mentega dan berbagai jenis makanan yang pengolahannya memerlukan mentega seperti makanan yang dipanggang, popcorn, pastry dan masih banyak lagi.

Diasetil memiliki peran besar dalam membentuk plak amyloid pada otak, yang menjadi elemen pembentuk plak kelabu pada otak. Plak kelabu ini merupakan salah satu tanda utama terjadinya demensia dan alzheimer. Bahkan dalam riset lain ditemukan adanya fakta bahwa diasetil menjadi penghambat gyloxalase. Kekurangan senyawa ini bisa memudahkan plak amyloid menyebar.

6. Makanan mengandung fluoride

Selama ini kita memang sudah cukup familiar dengan senyawa kimia fluoride. Senyawa ini lazim Anda temukan dalam pasta gigi untuk membantu menguatkan gigi dan mengatasi kerapuhan gigi. Sebenarnya, selama dalam kadar aman fluoride alami masih aman termakan ketika Anda bersikat gigi.

Sayangnya, kebanyakan perusahaan pasta gigi memilih cara praktis untuk mendapatkan suplai fluoride yakni dengan menggunakan produk kimia buatan yang lebih lazim disebut dengan hydrofluorosilicic acid, sejenis senyawa substitusi fluoride alami yang memiliki efek negatif berupa daya korosif aktif terhadap sel-sel otak.

Dan kabar buruknya lagi, fluoride juga terkandung dalam kebanyakan minuman mineral dan pada air ledeng yang memungkinkan kita terpapar terlalu banyak fluoride. Sebuah riset di University of Czesch Republic membuktikan adanya kaitan erat peningkatan risiko demensia pada mereka yang hidup dengan mengonsumsi air minum mengandung fluoride.

Pengaruh dari fluoride, terutama untuk jenis sintetis cukup serius terhadap otak. Jangankan menjadi makanan pemicu demensia, bahkan pada anak-anak, paparan fluoride pada air minum dalam jangka panjang akan menurunkan kadar IQ mereka.

7. Mengonsumsi MSG berlebihan

Persoalan mengenai efek negatif MSG terhadap kesehatan otak masih banyak diperdebatkan. Sejumlah pandangan melihat MSG tidak sepenuhnya siginifikan menyebabkan kerusakan otak selama di konsumsi dalam takaran yang wajar. Sedangkan sebagian lain mengklaim MSG adalah neurotoksin yang perlu Anda hindari.

Namun dalam salah satu ulasan mengenai MSG yang dijurnalkan pada International Journal of Clinical and Experimental Medicine tahun 2009 membuktikan adanya pengaruh kerusakan sel yang perlu Anda waspadai ketika mengonsumsi MSG berlebihan, terutama pada usia di atas 40 tahun.

Namun dalam jurnal yang sama juga dijelaskan bahwa pengaruh MSG terhadap sel otak anak dan remaja justru tidak terlalu signifikan, karena adanya kemampuan daya tahan dan regenerasi sel yang lebih baik.

8. Makanan dari kedelai

Kedelai adalah salah satu sumber protein terbaik dari dunia nabati. Kandungan proteinnya terbilang sangat lengkap bahkan dalam porsi tertentu bisa mencukupi kebutuhan protein mereka yang menjalankan diet vegan dimana mereka sepenuhnya menghindari asupan hewani.

Selama ini kita mengenal kedelai memang lazim diolah menjadi sejumlah makanan, salah satunya adalah tahu. Kandungan nutrisi dalam tahu terbilang sangat memadai, termasuk di dalamnya kandungan kedelai, serat, sejumlah vitamin, mineral termasuk zat besi. Hanya saja yang tak banyak diketahui bahwa tahu juga bisa berubah menjadi makanan pemicu demensia.

Sebuah riset yang dijurnalkan dalam Journal of Dementia and Geriatric Cognitive Disorder dan melibatkan 700 orang dari beberapa negara pengonsumsi tahu termasuk Indonesia, membuktikan adanya pengaruh pola konsumsi tinggi tahu dengan peningkatan risiko demensia dan penurunan fungsi ingatan.

Beberapa pakar masih meragukan bagaimana tahu bisa memberi pengaruh buruk terhadap otak, tetapi beberapa dugaan muncul seperti tingginya kadar fitoestrogen pada tahu yang diatas tempe bahkan susu kedelai. Fitoestrogen memiliki efek negatif pada regenerasi sel kognitif otak pada wanita usia lanjut. Dugaan lain adalah adanya efek beberapa pelepasan senyawa yang diperoleh dari bakteri yang membentuk tahu.

9. Makanan mengandung pestisida dan herbisida

Dalam pertanian konvensional di Indonesia, kebiasaan untuk memberikan perawatan dengan penyemprotan herbisida dan pestisida memang sudah sangat lazim terjadi. Kadang petani sendiri tidak sepenuhnya memahami kadar aman dari pemberian senyawa kimia yang sebenarnya sangat berbahaya ini hingga melakukan penyemprotan lebih dari seharusnya.

Dalam kadar ringan saja, pestisida dan herbisida sudah cukup mengandung toksin, apalagi bila pemberiannya dilakukan di luar ukuran normal. Dan salah satu sifat dari pestisida dan herbisida ini adalah sebagai neurotoksin, sehingga jelas bisa membahayakan kesehatan otak.

Herbisida dan pestisida ini mempengaruhi seluruh kondisi tubuh manusia yang mengasupnya. Mulai dari menganggu komposisi darah, menganggu sistem penyerapan zat besi dan pembentukan sel darah merah hingga mengganggu liver dan keseimbangan enzim serta hormonal.

Masalah ketika semua kondisi ini terjadi, otomatis akan terjadi pula gangguan dengan otak. Sel darah merah yang tidak cukup akan membuat otak kekurangan asupan oksigen, sedang kekacauan sistem hormonal dan enzim menyebabkan gangguan sistem otak kecil.

Ditambah dengan sifatnya sebagai neurotoksin, maka otak yang sudah melemah akan dengan sangat mudah terracuni dan rusak sehingga sangat signifikan memicu kerusakan pada otak.

10. Makanan dengan kadar lemak jenuh tinggi

Makanan dengan kadar lemak tinggi juga bisa menjadi makanan pemicu demensia. Ada banyak alasan kenapa lemak jenuh cenderung berbahaya untuk kesehatan otak. Dan itu sebabnya semakin penting untuk Anda mempertahankan asupan dengan seimbang dengan meniminalisir asupan makanan dengan kadar lemak jenuh tinggi.

Makanan dengan lemak jenuh akan mengganggu sirkulasi darah dengan membentuk plak pada pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan. Bila sirkulasi darah tidak lancar, maka otak akan kekurangan asupan oksigen dan akan membuat fungsi otak tidak maksimal, daya kinerja otak menurun dan sistem regenerasi sel berjalan lambat.

Sedangkan bersamaan dengan itu, dalam makanan dengan kadar lemak jenuh tinggi terdapat senyawa yang menghambat kinerja sejumlah protein essensial yang bekerja menurunkan pembentukan amyloid. Berlebihan dengan lemak jenuh akan menyebabkan amuloid lebih mudah terbentuk pada sel-sel neuron otak.

Demensia merupakan sebuah kondisi dimana kemampuan otak seseorang menurun, berkaitan dengan terbentuknya plak pada area neurotrasmitter yang menyebabkan koneksi sistem saraf pada otak terganggu dan memicu seseorang mengalami penurunan fungsi motorik, ingatan dan kognitif.

Diakui bahwa demensia sendiri merupakan kondisi berkaitan dengan penurunan kualitas kinerja otak, yang kerap pula bersinergi dengan usia. Semakin tua seseorang semakin besar risiko seseorang mengalami demensia. Ini berkaitan dengan menurunnya kemampuan sel otak melakukan regenerasi sehingga kerusakan sel tidak lagi berimbang dengan kemampuan beregenerasi.

Pengaturan pola makan dengan tetap menjaga keseimbangan adalah salah satu kunci utama menghindari penyakit demensia. Hindarilah mengonsumsi makanan secara berlebihan untuk menghindari risikonya, termasuk juga risiko makanan pemicu demensia tersebut di atas.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}