Sensitif dengan Suara? Bisa Jadi Itu Akibat Misofonia


By Cindy Wijaya

Apakah suara goresan-goresan kapur di papan tulis bikin bulu kuduk Anda berdiri? Bayangkan apabila suara bisa membuat Anda panik atau bahkan murka mendengarnya. Ini bisa terjadi jika Anda memiliki misofonia—ketidaksukaan yang teramat dalam terhadap suara-suara tertentu.

Misofonia merupakan sindrom yang membuat seseorang sensitif terhadap jenis suara tertentu. Jenis suara ini mungkin suara yang dibuat orang—suara mengunyah makanan, bernapas, menguap, dan bersiul. Kadang-kadang suara gerakan-gerakan kecil yang berulang jadi pemicu misofonia, misalnya suara goyangan kaki atau ketukan jari.

Jika Anda memiliki reaksi misofononia yang ringan, mungkin akan merasa cemas, tidak nyaman, mau melarikan diri, atau jijik ketika mendengar suara pemicu. Apabila Anda memiliki reaksi yang lebih berat, suara-suara tertentu bisa menimbulkan amarah, murka, kebencian, panik, rasa takut, tekanan emosi, menggaruk-garuk kulit, pikiran bunuh diri, bahkan keinginan untuk membunuh atau menghentikan apapun yang membuat suara tersebut.

Sindrom ini bisa mengganggu kehidupan sosial penderitanya. Anda mungkin sebisa mungkin menghindari sumber-sumber suara dengan tidak makan di restoran atau bahkan memilih makan terpisah dari keluarga atau teman-teman. Lebih buruk lagi, Anda mungkin bertindak sesuai dengan perasaan. Misalnya menyerang orang yang membuat suara pemicu—secara fisik atau verbal—menangis, atau lari dari situasi tersebut.

Apa Penyebab Misofonia?

Sindrom yang diderita seumur hidup ini biasanya mulai dialami dari usia 9-13 tahun dan lebih banyak diderita oleh perempuan. Para dokter belum bisa mengetahui apa penyebab misofonia, tetapi yang pasti ini tidak ada hubungannya dengan kondisi telinga. Mereka menduga bahwa penyebabnya sebagian dari mental, sebagian lagi dari fisik.

Penyebabnya mungkin berkaitan dengan bagaimana suara memengaruhi otak dan memicu reaksi otomatis pada tubuh. Karena kondisi telinga maupun pendengaran normal, dokter mungkin mengalami kesulitan saat mendiagnosa misofonia.

Misofonia terkadang salah dikira sebagai gangguan kecemasan, gangguan bipolar, atau obsesif-kompulsif. Sejumlah pakar medis berpendapat bahwa misofonia seharusnya digolongkan sebagai penyakit gangguan mental yang baru.

Bagaimana Cara Menanggulangi Misofonia?

Anda bisa belajar mengendalikan sindrom misofonia. Di beberapa negeri sudah tersedia klinik-klinik misofonia yang memberikan jasa konsultasi dan terapi suara untuk mengurangi ketidaknyamanan saat mendengar suara pemicu. Di Indonesia mungkin belum tersedia klinik semacam itu, namun Anda tetap dianjurkan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan medis yang terbaik.

Perubahan gaya hidup dengan rutin olahraga, cukup tidur, dan belajar mengendalikan stres juga dapat mengurangi reaksi misofonia. Anda pun dianjurkan mengenakan ear plug dan headset untuk mengeliminasi suara-suara yang dibenci. Atur suasana rumah atau ruangan khusus bagi Anda di rumah yang bebas dari kebisingan suara-suara mengganggu.

Dan carilah dukungan. Bicarakan masalah ini kepada keluarga atau teman agar mereka bisa memahami situasi Anda dan membantu menciptakan suasana yang tenang. Cobalah cari forum-forum online atau sosial media yang berisikan penderita misofonia, disana Anda bisa menemukan banyak strategi-strategi mengatasi reaksi misofonia.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}