Retensi Air Saat Menopause, Pahami Penyebab dan Cara Mengatasinya

DITULIS OLEH:
Nurul Kuntarti 

Juni 26, 2022


Anda adalah wanita yang tengah menginjak usia 50 tahunan. Saat ini mulai memasuki masa masa menjelang menopause. Belakangan Anda mulai merasakan sejumlah keluhan seperti kaki atau tangan yang tampak membengkak, kantung bawah mata yang menebal atau perut yang terasa kembung. Bisa jadi yang Anda hadapi adalah retensi air saat menopause.

Memasuki usia menopause, wanita menjadi lebih rentan mengalami keluhan retensi air. Namun apa sebenarnya kondisi retensi air tersebut? Bagaimana seseorang bisa mengalami kondisi tersebut? Serta adakah cara atau tips untuk mengatasinya?

Apa Sebenarnya Menopause?

Menopause adalah kondisi yang terjadi pada wanita saat memasuki usia manula. Meski sebenarnya, perlu Anda pahami, bahwa tidak menutup kemungkinan menopause terjadi pada wanita di bawah usia 50 tahun, walaupun relatif jarang terjadi.

Biasanya menopause ditandai dengan berhentinya haid rutin. Ini menjadi tanda bahwa masa subur wanita sudah berakhir, dengan kata lain kemungkinan hamil cenderung sangat kecil.

Kondisi menopause ini secara umum berkaitan dengan kondisi hormonal pada wanita. Pada usia manula, wanita mulai mengalami penurunan fungsi reproduksi, termasuk di dalamnya penurunan produksi hormon seksual.

Karena menstruasi sejatinya adalah sebuah siklus, artinya dengan tidak optimalnya lagi produksi hormon seksual dan reproduksi, maka ovarium tidak lagi memproduksi sel telur. Hingga proses haid pun tidak terjadi kembali sebagaimana mestinya. Wanita akan sepenuhnya dikatakan menopause ketika 12 bulan berturut turut tidak mengalami haid.

Penurunan fungsi ini tidak berhenti pada masalah reproduksi saja. Karena hormon seksual dan reproduksi pada wanita juga mempengaruhi metabolisme, pembentukan energi, dorongan seksual hingga mood. Sehingga biasanya mereka yang memasuki periode ini akan mengalami sejumlah keluhan baik secara fisik maupun psikis.

Masa menopause akan memicu terjadinya penurunan metabolisme, melambatnya produksi energi, tubuh yang lebih mudah lelah dan gangguan psikis seperti mood swing, kecemasan, sulit konsentrasi dan lain sebagainya. Dari sinilah kemudian retensi air saat menopause rentan terjadi.

Apa Sebenarnya Retensi Air Saat Menopause

Retensi air atau juga disebut dengan edema merupakan kondisi pembengkakan pada tubuh akibat tubuh menahan cairan lebih banyak dari seharusnya. Retensi air terjadi ketika cairan didorong masuk ke antara sel sel tubuh Anda, yang dikenal sebagai ruang interstisial. Ini menyebabkan jaringan Anda tergenang dalam cairan. Hingga area ini akan membesar dan tampak bengkak atau membentuk edema.

Edema bisa memicu terjadinya gemuk air. Dan ini berbeda dengan gemuk karena lemak. Gemuk air terjadi karena tubuh berisi air, sehingga karakter air dapat muncul pada pembengkakan. Sifatnya yang fluktuatif sehingga bisa mengecil dan membengkak sewaktu waktu. Sementara itu, kasus retensi air saat menopause menjadi salah satu yang tinggi dibandingkan kasus retensi air yang disebabkan aspek lain.

Biasanya kondisi retensi air saat menopause ini bisa dikenali dengan sejumlah tanda seperti :

  • Pembengkakan pada kaki, tangan dan pergelangan kaki.
  • Berat badan yang berfluktuasi
  • Kembung yang datang pergi, biasanya diiringi dengan perut yang tampak membuncit
  • Wajah yang kadang terasa membengkak
  • Sendi dan otot terasa kaku
  • Pinggang yang terasa tidak nyaman, tebal dan kaku
  • Bila terjadi pembengkakan, akan terbentuk bekas cekung di kulit yang tidak mudah hilang setiap kali Anda tekan dengan jari.
  • Kerap menemukan bekas garis celana setiap kali Anda melepaskannya.

Bagaimana Retensi Air Saat Menopause Terjadi?

Retensi air saat menopause adalah kondisi yang kerap dikeluhkan wanita memasuki usia manula. Dan ini berkaitan dengan kondisi hormonal yang menurun saat masa menopause tiba. Karena menjelang masa masa menopause, wanita akan mengalami perubahan dimana produksi estrogen dan progesteron tidak lagi bekerja dalam siklus normal bulanan.

Estrogen dan progesteron berhubungan erat dengan banyak aspek dalam tubuh wanita. Termasuk di dalamnya berperan dalam proses metabolisme dan mekanisme kerja tubuh terhadap cairan tubuh. Inilah benang merah retensi air saat menopause.

Hormon estrogen memiliki kaitan erat dengan respon tubuh terhadap asupan natrium. Sementara natrium jelas berkaitan dengan proses cairan tubuh.  Natrium atau garam bersifat mengikat cairan. Sehingga ketika tubuh menahan lebih banyak natrium, otomatis juga akan menahan lebih banyak cairan.

Sementara itu, hormon progesteron berperan dalam  menjaga aktivitas hormon estrogen tetap terkendali. Progesteron berperan besar dalam menjaga keseimbangan hormon androgen dan estrogen. Ketika progesteron tidak diproduksi dengan optimal, estrogen bisa merosot drastis atau justru meningkat berlebihan.

Di sisi lain, hormon estrogen juga mempengaruhi metabolisme.  Menurunnya kadar estrogen dapat menurunkan metabolisme tubuh. Sementara, ketika metabolisme tubuh menurun, suhu tubuh akan menurun. Situasi yang kemudian memicu terjadinya retensi air.

Karena suhu tubuh termasuk dalam aspek yang berkaitan dengan sistem pompa cairan tubuh dan larutan elektrolit dalam tubuh. Ketika suhu tubuh turun, kinerja jantung, ginjal dan pembuluh darah menurun dan memicu retensi air saat menopause.

Bagaimana Cara Atasi Retensi Air Yang Terjadi Saat Menopause?

Adakah cara yang dapat membantu meredakan keluhan retensi air saat menopause tiba? Tentu saja ada, Anda bisa mencoba beberapa langkah berikut untuk membantu meredakan gejala edema tadi.

Letakan kaki Anda sedikit lebih tinggi dari posisi tubuh

Saat kaki Anda tampak membengkak, coba posisikan tubuh Anda untuk rebahan di atas tempat tidur. Kemudian letakan kaki Anda lebih tinggi sedikit dari posisi tubuh dengan meletakan penyangga di bawah kaki Anda. Pertahankan posisi ini setidaknya 30 – 40 menit.

Cara sederhana ini secara medis dianggap efektif membantu meringankan edema. Karena posisi kaki yang lebih tinggi akan mendorong air kembali ke sirkulasi tubuh pusat melalui mekanisme sistem gravitasi. Hanya saja langkah ini tidak dapat menghentikan terjadinya edema di waktu lain. Hanya efektif meredakan gejala retensi air atau edema saat terjadi.

Rendam tubuh dengan garam Epsom

Garam Epsom memiliki khasiat membantu melebarkan pembuluh darah dan mendorong cairan tubuh untuk keluar dari ruang interstisial. Untuk mendapatkan khasiat garam Epsom, Anda bisa larutkan garam Epsom pada air hangat. Kemudian gunakan air tersebut untuk merendam area tubuh yang bengkak selama setidaknya 30 menit.

Anda bisa lakukan terapi ini secara rutin untuk membantu mengatasi retensi air dan mencegahnya kembali muncul. Terapi ini juga membantu meredakan gejala peradangan dan gangguan sendi yang kadang muncul bersamaan dengan retensi air.

Menghangatkan tubuh

Salah satu cara untuk membantu meredakan gejala retensi air adalah dengan menghangatkan tubuh, utamanya pada area yang mengalami pembengkakan. Terapi hangat akan melancarkan sirkulasi darah dalam tubuh dan membantu meredakan pembengkakan.

Anda bisa coba mandi atau berendam dengan air hangat. Bisa pula dengan mengoleskan minyak hangat pada area yang membengkak sembari sedikit dipijat ringan. Sifat terapi ini juga hanya seketika untuk mengatasi edema, tetapi tidak cukup efektif mengatasi edema yang berulang.

Bagaimana Cara Mencegah Retensi Air Terjadi

Selain beberapa cara untuk meredakan gejala edema atau retensi air saat menopause, Anda juga bisa melakukan beberapa langkah berikut yang akan membantu mencegah retensi air terjadi berulang.

  • Perhatikan asupan garam

    Garam menjadi salah satu asupan yang perlu Anda perhatikan begitu Anda memasuki usia menopause. Garam mempengaruhi retensi air, tekanan darah tinggi, sirkulasi darah dan masih banyak lagi.

    Ketika Anda mulai menunjukan gejala retensi air saat menopause, sebaiknya pastikan Anda mulai membatasi asupan garam. Karena mengonsumsi garam akan meningkatkan terjadinya retensi air.

    Namun tetap penting untuk tubuh Anda mengonsumsi garam meski dalam kadar minimal. Karena garam juga memiliki unsur mineral yang penting untuk tubuh Anda, seperti yodium dan natrium.

  • Tambahkan asupan kalium

    Makanan yang mengandung kalium akan sangat membantu menurunkan kecenderungan tubuh untuk melakukan retensi air. Kalium membantu memperbaiki keseimbangan elektrolit dalam tubuh, dan ini yang bekerja menurunkan kecenderungan retensi air.

    Anda bisa tambahkan asupan makanan seperti aneka buah buahan dan sayuran macam pisang, apel, semangka, kacang kedelai, bayam, akar bit, alpukat, kiwi, apricot, ubi jalar dan masih banyak lagi.

  • Tetap terhidrasi

    Banyak orang berasumsi bahwa dengan terjadinya retensi air, Anda sebaiknya mengurangi minum. Faktanya, justru Anda disarankan tetap minum dengan cukup. Karena ketika Anda kekurangan minum, maka mekanisme tubuh untuk menahan lebih banyak air akan semakin meningkat.

    Sebaiknya, minum air putih yang sifatnya netral dan memiliki efek membersihkan. Minuman berwarna dan berasa bisa jadi malah meningkatkan kadar toksin dalam tubuh yang membebani ginjal.

  • Konsumsi asupan bersifat diuretik

    Pilihan yang juga bisa membantu mengatasi edema adalah dengan mengonsumsi asupan yang memiliki sifat diuretik atau mendorong produksi kencing. Terapi ini akan membantu meningkatkan jumlah BAK yang akan membantu mencegah retensi air.

    Anda bisa coba konsumsi kopi, teh, coklat dan herbal seperti noni juice. Noni juice sendiri telah terbukti efektif membantu meningkatkan BAK sebagaimana dijelaskan dalam International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences tahun 2011.

  • Tetap beraktivitas

    Mengalami pembengkakan disertai rasa tidak nyaman di persendian seharusnya tidak menjadi alasan bagi Anda untuk tidak berolahraga. Pastikan Anda tetap beraktivitas dan melatih otot dengan ringan.

    Latihan fisik akan membantu mengencangkan sel sel otot, yang akan mengurangi ruang ruang kosong di antara sel yang nantinya bisa menjadi ruang intersistial.  Latihan fisik juga efektif meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan suhu tubuh. Ini efektif sekali dalam mencegah retensi air.

  • Konsumsi herbal yang membantu meringankan kondisi menopause

    Beberapa jenis herbal seperti kayu manis, oregano, rosemary, kunyit, teh hijau dan banyak lagi memiliki efek membantu menjaga stabilitas hormonal dalam tubuh dan meringankan gejala gejala menopause.

    Noni juice juga bisa menjadi pilihan untuk membantu meningkatkan metabolisme tubuh selama masa menopause. Juga membantu memperbaiki ketidak seimbangan hormonal dalam tubuh. Manfaat noni juice untuk masa menopause dijelaskan dalam Journal of alternative and complementary medicine 2004.

  • Kendalikan stress

    Rupanya stress banyak mempengaruhi tubuh Anda mengalami retensi air. Karena ketika Anda stress, tubuh menghasilkan beberapa hormon stress, termasuk di antaranya adalah kortisol. Hormon ini akan mendorong terjadinya gangguan retensi air dengan mengurangi dorongan untuk BAK.

    Mengendalikan stress bagi wanita dengan menopause memang sedikit menjadi tantangan. Situasi hormonal membuat wanita dengan menopause lebih mudah untuk mengalami stress dan kecemasan.

Retensi air saat menopause adalah sebuah kondisi yang lazim terjadi. Meski biasanya tidak menjadi situasi serius, ini bisa cukup mengganggu aktivitas sehari hari. Perhatikan dengan baik apa yang bisa membantu Anda mengatasi dan mencegah retensi air . Ini akan membantu Anda menjalankan masa masa menopause dengan lebih nyaman.

Sumber

Healthline. 9 Jun 2022. Everything You Need to Know About Water Retention. https://www.healthline.com/health/water-retention

Jenna Fletcher. Medical News Today. 4 Okt 2017. Cause and treatment for menopause bloating. https://www.medicalnewstoday.com/articles/319609#bloating-or-weight-gain

Susie Perrie Debice. Inspired Health. 3 Des 2020. Water Retention and the Menopause. https://inspiredhealth.co.uk/blogs/the-menopause-blog/water-retention-and-the-menopause

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Nurul Kuntarti seorang seorang sarjana ekonomi yang menemukan hasratnya dalam bidang kesehatan sejak memiliki putri pertamanya. Keinginan untuk terus memahami dunia kesehatan dilanjutkan dengan mengabdikan diri dalam dunia tulis-menulis di bidang kesehatan, untuk terus menghasilkan artikel-artikel kesehatan yang akurat, kredibel, dan bermanfaat. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}