Leptospirosis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya


By Cindy Wijaya

Belakangan kita mendengar satu lagi nama penyakit asing yang mewabah di beberapa daerah. Penyakit ini muncul di permukaan semenjak pemberitaan yang berkaitan dengan ditemukannya 70 kasus penyakit leptospirosis di daerah DIY. Apa sebenarnya penyakit leptospirosis ini? Apakah benar penyakit ini bisa menyebabkan kematian? Dan seberbahaya apakah penyakit ini? Lantas adakah cara terbaik untuk mencegah penularannya?

Menurut catatan nhs.uk, penyakit leptospirosis adalah jenis penyakit yang menular melalui bakteri bernama leptospira yang disebarkan oleh binatang. Kebanyakan jenis binatang yang relatif menyebarkan bakteri ini antara lain tikus, kucing, kelinci, marmut, anjing, hingga jenis hewan ternak termasuk sapi, kambing dan babi.

Untuk penularan dan penyebaran, sebenarnya bakteri leptospirosa akan menggunakan perantara darah dan urin dari binatang. Jadi manusia bisa tertular oleh bakteri ini ketika air yang digunakan oleh manusia terkontaminasi oleh darah atau urin dari binatang yang sudah mengandung bakteri leptospira.

Dengan kata lain mereka yang cenderung banyak berinteraksi dengan hewan dan lingkungan dimana banyak hewan bisa cukup beresiko terinfeksi bakteri ini. Meski sebenarnya sejauh ini penularannya cenderung tidak tinggi.

Jadi sebenarnya bukan hanya tikus yang menjadi pembawa bakteri, tetapi juga hewan peliharaan dan hewan ternak. Dan masalah utamanya adalah urin dari hewan tersebut yang artinya pula adalah kebersihan dari lingkungan tempat tinggal.

Resiko tinggi juga dialami oleh mereka yang tinggal atau kerap berinteraksi dengan kawasan sungai atau danau dimana lazim hewan mendekat untuk mendapatkan air minum. Kadang situasi mewabahnya penyakit leptospirosis ini berkaitan dengan datangnya musim penghujan dan banjir ketika air dari sungai masuk ke kawasan pemukiman atau terbentuknya genangan air di kawasan pemukiman.

Menurut sumber medicalnewstoday.com, penyakit ini akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui area kulit yang terluka, membran basah pada tubuh seperti mata, hidung dan mulut. Dan mereka yang berdiam di kawasan tropis memiliki resiko lebih tinggi pula dibandingkan mereka yang berdiam di kawasan kering atau subtropis.

Gejala Leptospirosis

Merujuk pada sumber alodokter.com, dikatakan sejumlah gejala dari penyakit leptospirosis ini sangat samar bahkan menyerupai keluhan penyakit lain dan kadang membuatnya kerap didiagnosa sebagai flu berat.  Pasien akan mengeluhkan rasa seperti pusing dan sakit kepala, demam, nyeri otot dan sendi, sakit perut serta diare. Pasien biasanya mengeluhkan rasa perih pada tenggorokan dan batuk-batuk. Kemudian muncul ruam-ruam merah pada kulit seperti iritasi kulit yang cenderung berat.

Sebagaimana dijelaskan, kebanyakan gejala awal serupa dengan sejumlah keluhan infeksi bakteri dan virus lainnya. Dan pada tahap awal pasien hanya akan tampak seperti tengah terserang demam dan flu biasa.

Apa Bahaya Penyakit Leptospirosis?

Sebanyak 80% – 90% kasus leptospirosis adalah jenis leptospirosis ringan. Pasien akan mengeluhkan demam ringan yang disertai dengan rasa nyeri linu pada otot dan rasa sakit kepala yang cukup berat. Kadang disertai mual karena dorongan demam dan sakit kepala.

Kondisi pasien pada skala ini terbaca dengan mata mereka yang menguning, kulit yang muncul ruam-ruam merah dan batuk serta perih tenggorokan yang mengganggu. Dibutuhkan masa 1 -2 minggu bahkan 1 bulan untuk masa inkubasi bakteri hingga bisa menyerang pasien. Biasanya akan membutuhkan waktu sekitar 5 – 10 hari untuk pasien bisa pulih dengan pengobatan yang tepat.

Namun setidaknya sekitar 10%-15% dari kasus leptospirosis bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius. Leptospirosis bisa berkembang menjadi kerusakan organ yang cukup mematikan. Ini terjadi ketika bakteri menginfeksi sejumlah organ vital tubuh seperti ginjal, usus, hati, paru, otak dan organ penting lainnya.

Kondisi ini biasa disebut dengan Weil Disease atau penyakit Weil. Dimana organ vital mengalami kegagalan fungsi akibat infeksi bakteri. Infeksi bisa menyebabkan organ mengalami inflamasi fatal yang berakibat terjadinya hemorrhoid atau perdarahan dalam yang berat. Pasien bisa muntah, diare dan batuk darah ketika kondisi ini sudah terjadi.  

Pada beberapa kasus pasien akan kehilangan sebagian kesadaran, mengalami kejang dan sakit kepala hebat seperti pada kasus meningitis. Sedang pada kasus lain pasien justru mengalami efek sesak nafas berat. Keluhan yang muncul pada pasien dalam fase ini bergantung pada bagian organ yang terinfeksi oleh bakteri.

Kondisi ini kadang tidak cepat disadari pasien, karena kondisi pasien bisa memburuk setelah pasien justru terlihat sudah membaik. Setelah hari ke 3 pasien demam dan mengeluhkan nyeri sendi dan sakit kepala, pasien bisa mengalami perbaikan kondisi. Pantau hingga hari ke 5 untuk memastikan pasien tidak kembali memburuk. Karena ketika pasien memburuk di fase ini bisa jadi justru pasien sudah mengalami Weil Disease.

Weil Disease ini bisa mematikan, dengan angka kematian yang mencapai kisaran 5% menuru sumber medicalnewstoday.com. Itu sebabnya diperlukan kewaspadaan untuk memastikan pasien tidak mencapai fase berat dan kronis tersebut.

Bagaimana Penanganan Leptospirosis?

Secara medis pasien akan mendapatkan terapi antibiotik. Antibiotik adalah cara terbaik mengatasi infeksi bakteri. Pada kondisi pasien yang sudah melemah, pasien akan mendapatkan terapi antibiotik via infus untuk mendapatkan hasil lebih efektif.

Pasien juga mendapatkan terapi untuk mengatasi nyeri dan demam dengan parasetamol. Juga mendapatkan terapi imun booster untuk mendorong daya tahan tubuh pasien. Pada kondisi infeksi beresiko semacam ini daya tahan tubuh yang baik sangat krusial untuk menghambat perkembangan bakteri dan membantu efektifitas antibiotik dalam menyerang bakteri.

Namun pada kasus yang serius, pasien akan mendapatkan penanganan berkaitan dengan keluhan yang muncul. Seperti pemasangan ventilator untuk kasus sesak nafas yang kerap ditemukan pada kasus infeksi paru-paru atau pemberian terapi dialisis (cuci darah) pada kasus infeksi yang menyerang ginjal.

Menurut sumber medicalnewstoday.com, kasus leptospirosis juga bisa menyerang ibu hamil. Kondisi ini perlu mendapatkan pengamatan khusus karena cukup banyak kasus kerusakan janin akibat infeksi bakteri leptospira pada ibu hamil.

Bagaimana Mencegah Leptospirosis?

Pada dasarnya kasus Leptospirosis terjadi akibat interaksi antara manusia dengan air atau tanah basah yang sudah terkontaminasi oleh cairan dari binatang yang terinfeksi oleh bakteri leptospira. Sulitnya, kebanyakan binatang justru tak menampakan gejala apapun terkait keberadaan bakteri tersebut dalam tubuhnya.

Karenanya kunci utamanya justru pada kebersihan lingkungan. Bersihkan lingkungan tempat tinggal secara rutin. Upayakan untuk meletakan area kandang cukup jauh dari area rumah tinggal. Dan singkirkan tikus dari dalam area rumah tinggal. Kadang tikus yang berdiam dalam rumah justru yang menjadi penyebar penyakit leptospirosis ini.

Untuk Anda yang memang beraktivitas sehari-hari bersama dengan binatang atau pada lingkungan yang rawan terkontaminasi bakteri leptospira ini sebaiknya pastikan untuk melindungi permukaan kulit dari interaksi dengan sumber bakteri. Tutup luka serapat mungkin demi menghindari interaksi luka dengan sumber bakteri. Dan biasakan segera mandi dengan sabun desinfektan seketika setelah Anda rampung beraktivitas.

Sebaiknya tutup tempat penampungan air untuk mencegah masuknya urin hewan ke dalam air. Bersihkan segera area yang terpapar urin hewan seketika dengan air desinfektan. Juga vaksin hewan peliharaan Anda untuk pencegahan yang lebih mendalam.

Dan terakhir, selalu jaga daya tahan tubuh Anda dengan menjaga pola makan yang sehat. Imbuhi dengan herbal yang bisa bekerja meningkatkan kinerja daya tahan tubuh Anda seperti Noni juice. Semakin baik daya tahan tubuh, semakin baik tubuh Anda mencegah infeksi bakteri dengan efektif. 

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}