Fluoride: Pahami Kebaikan dan Keburukannya


By Cindy Wijaya

Anda mungkin selama ini hanya mengenal fluoride dari pariwara pasta gigi yang kerap wara wiri di layar kaca. Dikatakan bahwa fluoride memiliki manfaat besar untuk kekuatan gigi dan karenanya seperti menjadi salah satu elemen penting yang harus ada dalam pasta gigi.

Namun belakangan beberapa suara bermunculan mengenai bahaya dari fluoride. Pemberitaan mengenai kandungan fluoride dalam air minum juga banyak bertebaran di dunia maya. Benarkah fluoride berbahaya? Apakah itu berarti pasta gigi dengan kandungan fluoride juga berbahaya? Bagaimana sebenarnya fluoride ini?

Apa Sebenarnya Fluoride?

Menurut sumber authoritynutrition.com dijelaskan fluoride adalah bentuk negatif dari senyawa kimia fluorine. Jika Anda kira senyawa kimia ini bersifat sintetis, maka Anda perlu mengetahui bahwa sebenarnya senyawa ini sepenuhnya alami. Bahkan dengan mudah ditemukan jejaknya pada air, batu, udara, tanah, tanaman, air laut, bahkan pada sejumlah jenis makanan.

Senyawa mineral ini ternyata memiliki peran baik dalam membantu menguatkan tulang dan gigi. Bahkan menurut ilikemyteeth.org dikatakan anak-anak yang mendapatkan cukup paparan fluoride akan memiliki gigi yang lebih kuat di masa tuanya.

Menurut sumber European Archive of Paediatric Dentistry 2009 mengenai water fluoridation dikatakan bahwa fluoride juga baik untuk mencegah terjadinya karang gigi, kerapuhan gigi, dan juga kasus cavitis.

Dalam kadar rendah, fluoride juga baik untuk dikonsumsi sebagai penguat tulang, sehingga belakangan air minum juga ditambahkan atau dibiarkan mengandung fluoride dalam kadar rendah. Menurut keputusan Federal Health Officials tahun 2011 memberi batasan aman kadar fluoride dalam angka 0.7 ppm.

Selain ditemukan dalam air minum, fluoride juga bisa ditemukan dalam air tanah dalam kadar yang bervariasi. Biasanya kadarnya cenderung rendah sehingga beberapa air siap minum akan memberi fluoride tambahan untuk mencapai angka standar.

Selain pada air minum, fluoride juga bisa Anda temukan secara alami dalam sejumlah asupan yang berkaitan dengan air atau tanah mengandung fluoride, seperti pada teh, ikan, beberapa jenis rimpang dan rempah.

Apa Saja Manfaat Fluoride?

Sebagaimana sudah kami jelaskan sebelumnya dalam ulasan kami, fluoride memiliki sejumlah manfaat penting untuk kesehatan gigi untuk menghindari terjadinya kerusakan gigi. Catatan penting yang perlu Anda pahami adalah fluoride bukan obat untuk mengatasi kerusakan gigi melainkan hanya mencegah kerusakan gigi.

Fluoride sendiri akan bekerja dengan beberapa cara untuk mencegah kerusakan gigi sebagai berikut. (Community Dental and Oral Epidemiology 1999; “Prevention and reversal of dental caries: role of low level fluoride”)

  • Mengurangi demineralisasi pada gigi

    Kerusakan gigi sebenarnya disebabkan oleh hidupnya bakteri berlebihan pada gigi yang akan menghasilkan sejumlah besar asam pada mulut. Asam inilah yang bekerja merusak enamel gigi dan melakukan demineralisasi. Berkat fluoride, aktivitas demineralisasi ini akan ditekan dalam skala yang minimal.

  • Memperbaiki kadar mineral pada gigi

    Selain mencegah demineralisasi, ternyata fluoride juga membantu menutup kerusakan mikro pada gigi dengan membantu memaksimalkan mineral yang Anda asup untuk manfaat memperbaiki kondisi enamel gigi yang mulai terkikis. Kinerja fluoride sebagai perbaikan hanya berfungsi pada enamel dan bukan pada gigi.

  • Mengurangi aktivitas bakteri dalam mulut

    Fluoride ternyata juga bisa bekerja menekan aktivitas bakteri dalam mulut. Fluoride akan menekan kadar asam dalam mulut, menekan produksi asam dan sekaligus meneka proses pertumbuhan bakteri.

Adakah Risiko dari Penggunaan Fluoride?

Bicara soal fluoride memang tidak bisa lepas dari kontroversi seputar beberapa risiko dari ekspos berlebihan dari fluoride. Menurut Authoritynutrition.com dijelaskan risiko terdekat dari asupan dan paparan fluoride dalam kadar tinggi dalam fluorosis.

Menurut sumber kompas.com, Drg. Citra Kusumasari, SpKG menjelaskan bahwa fluorosis adalah peningkatan porositas pada enamel atau email gigi. Porositas ini menyebabkan gigi menjadi lebih rapuh. Kondisi ini disebabkan oleh efek mineralisasi berlebihan pada enamel gigi akibat paparan fluoride berlebihan. Kadar normal paparan fluoride yang dapat diterima oleh tubuh hanya pada angka maksimal 15 ppm.

Bahaya Risiko dari Fluorosis

Secara fisik, fluorosis dapat dikenali pada awal kondisi dengan kondisi gigi yang tampak berbercak putih. Pada taraf yang lebih serius, gigi akan menampakan bercak kekuningan, coklat, hingga hitam kelabu. Pada saat warna gigi berubah menjadi kelabu saat itu gigi sudah dalam kondisi yang cukup rapuh, mudah terkikis, patah dan berlubang.

Menurut Journal of Evidence Based Dental Practice tahun 2005, dijelaskan adanya kaitan erat fluorosis pada gigi dengan kasus gigi berlubang. Lubang yang terbentuk karena efek fluorosis akan berlangsung dengan cepat hingga tanpa Anda sadari sudah mencapai area saraf dan menimbulkan rasa nyeri yang cukup berat.

Kebanyakan kasus fluorosis terjadi pada anak-anak, karena anak cenderung tidak kuat dengan paparan fluoride berkadar tinggi. Sedang mereka belum terlalu pandai menyikat gigi sehingga kerap kali pasta gigi yang mereka gunakan tersisa pada gigi pasca mereka menyikat gigi. Kadang mereka juga menelan pasta gigi tanpa sengaja. Masalahnya fluorosis juga bisa terjadi pada tulang dan memberi efek kerapuhan yang sama beratnya pada gigi.

Jadi kalau buah hati Anda tampak memiliki gigi yang tidak utuh, memiliki sempal, dengan tepi-tepi berona kuning, coklat atau kehitaman, bisa jadi ini bukan sepenuhnya efek dari kebiasaan mereka makan permen atau coklat. Tetapi karena Anda kurang tepat memilihkan pasta gigi untuk si kecil. Pastikan pasta gigi untuk buah hati Anda berkadar fluoride rendah. Anak Anda baru bisa menggunakan pasta gigi dewasa berkadar fluoride normal setelah usia mereka di atas 6 tahun.

Kadang mereka dari kalangan dewasa juga bisa mengalami fluorosis akibat terlalu banyak mengkonsumsi teh hitam atau menggunakan tungku batu bara dalam rumah mereka. Menurut authoritynutrition.com, pebakaran batu bara juga memiliki kandungan fluoride yang terlalu tinggi.

Fluorosis kerap kali dipandang sebagai gangguan estetis pada area gigi. Jadi kebanyakan perawatan hanya ditujukan sebagai upaya meniadakan noda hitam kecoklatan pada gigi demi alasan estetis. Namun, bila gigi menjadi terlalu bermasalah karena fluorosis seperti kasus gigi yang berlubang, sebaiknya atasi dengan penutupan makhota gigi atau dengan perawatan akar gigi dengan beberapa prosedur medis.

Bahaya Lain dari Fluoride

Selain menyebabkan fluorosis, sejumlah kontroversi seputar fluoride juga banyak bermunculan di masyarakat. Bahkan beberapa kawasan seperti beberapa titik di Amerika dan India dinyatakan kawasan darurat karena memiliki kadar fluoride tinggi di atas 8 ppm pada air tanahnya. Seberapa bahaya sebenarnya bila kadar fluoride di atas 8ppm?

  • Kerusakan tulang

    Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa ketika fluoride tertelan dalam kadar di atas 15ppm dalam jangka panjang, atau mengkonsumsi air mengandung fluoride 8 ppm dalam jangka panjang, bisa jadi tulang Anda mengalami mineralisasi berlebihan yang justru menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh dan mudah patah atau retak.

    Masalah ini beberapa kali diungkap dalam sejumlah riset, termasuk sebuah riset yang dikembangkan pada satu kawasan di Cina yang dibahas pada Journal of Bone and Mineral Research 2001 dengan judul “Effect of long-term exposure to fluoride in drinking water on risks of bone fracture”.

  • Masalah kanker

    Meski masih dalam pedebatan, beberapa pakar melihat adanya kaitan antara paparan fluoride berlebihan dalam jangka panjang dengan sejumlah kasus kanker tulang langka bernama osteosarcoma.

    Osteosarcoma adalah sejenis kanker yang muncul pada area tulang berukuran besar yang memiliki fungsi vital pada tubuh. Biasanya terjadi pada kalangan pria berusia relatif muda. Pendapat ini berdasar Journal of Cancer Causes Control tahun 2006 berjudul “Age-specific fluoride exposure in drinking water and osteosarcoma (United States)”.

  • Kesehatan otak

    Sebuah riset yang banyak melibatkan sejumlah daerah yang memiliki kadar fluoride dalam air yang rendah dan tinggi pada 27 titik membuktikan bahwa anak yang tinggal pada daerah dengan kadar fluoride dalam air yang tinggi cenderung memiliki IQ yang lebih rendah dari kawasan dengan kadar fluoride yang lebih rendah.

    Hal tersebut di jelaskan dalam Journal of Environment Health Perspective 2012 dengan judul “Developmental fluoride neurotoxicity: a systematic review and meta-analysis”. Namun kembali hal ini masih dalam perdebatan mengingat pengaruhnya tidak memiliki konsistensi yang sama di setiap daerah.

Sampai sejauh ini, fluoride masih dipandang sebagai salah satu senyawa mineral penting yang berperan menjaga kesehatan gigi dan tulang. Hanya saja kadarnya perlu untuk dijaga untuk tetap dalam dosis yang aman untuk mencegah efek samping yang dapat muncul.

Sejumlah negara memutuskan melarang penambahan fluoride pada air minum dengan alasan dikhawatirkan orang sudah terpapar cukup fluoride sehingga tidak diperlukan tambahan fluoride demi menghindari bahaya fluoride yang mungkin muncul.

Di Indonesia sendiri sebagian besar minuman kemasan masih menambahkan fluoride ke dalam kandungan air. Karenanya untuk terhindar dari bahaya fluoride, pastikan Anda mengurangi paparan fluoride dari sumber lain termasuk memastikan pasta gigi Anda tidak mengandung fluoride dalam kadar tinggi, pastikan si kecil tidak menggunakan pasta gigi berfluoride.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}