Daun Bandotan: Ciri-Ciri, Khasiat, dan Efek Sampingnya

DITULIS OLEH:
Cindy Wijaya 

Maret 22, 2018


Daun bandotan atau daun babadotan punya riwayat panjang dalam kegunaannya untuk pengobatan tradisional di beberapa negeri. Tanaman ini memiliki kandungan bioaktif yang menghasilkan aktivitas-aktivitas bermanfaat di dalam tubuh kita, sehingga tanaman bandotan dapat digolongkan sebagai tanaman herbal.

Seperti apa tanaman bandotan itu? Bagaimana ciri-ciri tanaman bandotan? Apa saja khasiat tanaman ini, termasuk khasiat daun bandotan, bagi kesehatan? Bagaimana cara mengolah daun bandotan? Mari kita perhatikan jawaban-jawababnya di artikel ini.

Apa Itu Tanaman Bandotan?

Tanaman bandotan (disebut juga babadotan) punya nama latin Ageratum conyzoides. Di beberapa negeri, bandotan / babadotan dianggap sebagai tanaman gulma (pengganggu) dan sering kali pertumbuhannya sulit dikendalikan.

Menurut keterangan jurnal Ageratum conyzoides: A Tropical Source of Medicinal and Agricultural Products, tumbuhan ini berasal dari wilayah sekitar Amerika Serikat Tenggara sampai Amerika Tengah, tetapi pusat asalnya adalah di Amerika Tengah dan Kepulauan Karibia. Kebanyakan tanaman babadotan ditemukan di Meksiko, Amerika Tengah, Kepulauan Karibia, dan Florida. Namun kini bandotan juga ditemukan di beberapa negeri sub-tropis dan tropis, termasuk  di Indonesia.

Menurut catatan buku Weeds of Rice in Indonesia, tanaman bandotan didatangkan ke pulau Jawa sebelum tahun 1860, dan sekarang sudah menyebar luas di berbagai wilayah Indonesia. Babadotan sering tumbuh di pekarangan, pinggir jalan, ladang, sawah yang telah mengering, pinggir sungai/kali, dan daerah yang banyak semak belukar.

Ciri-Ciri Tanaman Bandotan

Bandotan / babadotan punya tinggi sekitar 30 – 80 cm. Batangnya ditumbuhi bulu-bulu putih halus. Akarnya tumbuh di bagian bawah batang yang menyentuh tanah. Batang bandotan biasanya bercabang-cabang, memiliki satu atau beberapa kuntum bunga majemuk di bagian ujungnya.

Bunga bandotan tumbuh berkumpul dan menghadap arah yang sama. Setiap kuntum bunga punya antara 60 – 70 bunga individu. Warna dari bunga bandotan berkisar antara putih sampai ungu.

daun bandotan babadotan
Tanaman Bandotan / Babadotan (Credit photo: Nelindah / flickr)

Ciri-Ciri Daun Babadotan

Ciri-ciri daun bandotan adalah bentuknya lonjong seperti telur hingga seperti belah ketupat. Panjang daun babadotan sekitar 2 – 10 cm dan lebarnya 0,5 – 5 cm. Bagian pinggir daun bergerigi dan punya bulu-bulu putih halus di sekelilingnya. Tangkai daun bandotan sekitar 0,5 – 5 cm, yang tumbuh berselingan atau berhadapan. Bila digerus, daun ini akan mengeluarkan aroma mirip bau kambing jantan.

Cara Mengolah Daun Bandotan

Untuk penggunaan obat luar, misalnya untuk mengobati luka atau bisul, caranya cukup dengan menggerus daun bandotan kering sampai menjadi bubuk. Bubuk ini kemudian ditaburkan secukupnya di atas luka terbuka yang ingin disembuhkan. Lalu balut dengan perban. Bubuk daun bandotan akan membentuk lapisan di atas luka yang bisa diangkat setelah 1 – 2 hari.

Khasiat Tanaman Bandotan dalam Pengobatan Tradisional

Bandotan / babadotan secara luas digunakan dalam pengobatan tradisional di berbagai belahan dunia, walaupun cara penggunaannya mungkin berbeda-beda. Berikut adalah sejumlah cara penggunaan tradisional dari tanaman bandotan di beberapa negeri:

  • Afrika Tengah: Bandotan digunakan untuk mengobati pneumonia, tapi paling sering untuk mengobati luka dan luka bakar.
  • India: Bandotan digunakan untuk membunuh bakteri (bakterisida), mengobati disentri (anti-disentri), dan mengobati pembentukan endapan keras, seperti batu ginjal, dalam tubuh (anti-litik).
  • Asia, Amerika Selatan, dan Afrika pada umumnya: Ekstrak air dari bandotan digunakan untuk membunuh bakteri (bakterisida).
  • Kamerun dan Kongo: Bandotan digunakan untuk mengatasi demam, rematik, sakit kepala, dan kolik.
  • Réunion (pulau di Samudra Hindia): Seluruh bagian tanaman bandotan digunakan untuk mengobati disentri (anti-disentri).
  • Brasil: Ekstrak air dari seluruh tanaman atau daun bandotan digunakan untuk mengatasi kolik, pilek dan demam, diare, rematik, kejang, mengobai luka bakar, dan sebagai tonik.

Melihat luasnya penggunaan bandotan di berbagai wilayah di dunia, tak heran bila sampai sekarang pun tanaman ini terus dikenal sebagai herbal berkhasiat. Apalagi sekarang telah dilakukan berbagai riset dan penelitian ilmiah yang turut meyakinkan kita akan manfaatnya. Bagian berikut ini akan secara khusus membahas khasiat tanaman bandotan yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Khasiat Tanaman Babadotan Berdasarkan Bukti Ilmiah

Berdasarkan keterangan jurnal Ageratum conyzoides: A Tropical Source of Medicinal and Agricultural Products, tanaman ini mengandung flavonoid, alkaloid, kumarin, minyak esensial, dan tanin. Banyak di antaranya aktif secara biologis (bioaktif). Berdasarkan hasil penelitian, kandungan minyak atsiri di dalamnya ditemukan antara 0,02% hingga 0,16%. Ditemukan juga kandungan conyzorigium, yang merupakan cromene.

Ada juga 51 senyawa terpenoid, termasuk percocene I dan precocene II, ditemukan dalam tanaman babadotan. Kedua senyawa itu terbukti kegunaannya untuk mengatasi perkembangan serangga. Kemudian diidentifikasi 11 cromene dalam minyak esensial, termasuk 6-angeloyloky-7-methoxy-2,2-dimethylcromen. Selain itu, kandungan ageratocromene (jenis cromene lainnya) dan cariophylene ditemukan dalam minyak esensial tanaman ini.

Juga telah diidentifikasi kandungan flavon, seperti ageconyflavon A, B, dan C, serta hexametoxyflavone. Lalu didapati adanya kandungan senyawa kumarin, termasuk 1-2 benzopirone. Bandotan juga mengandung alkaloid, terutama dari kelompok pirrolizidinic, yang menunjukkan potensi besarnya untuk digunakan dalam ilmu pengobatan.

Dengan banyaknya kandungan zat bermanfaat, babadotan dapat memberikan berbagai khasiat untuk kesehatan kita. Berikut adalah sejumlah khasiat bandotan yang telah diselidiki melalui penelitian.

Manfaat Bandotan sebagai Analgesik (Pereda Nyeri)

Aktivitas analgesik (pereda nyeri) telah dilaporkan ditunjukkan oleh seluruh bagian tanaman ini. Sebuah studi klinis telah dilakukan pada pasien artritis menggunakan ekstrak air dari seluruh bagian bandotan, hasilnya menunjukkan 66% pasien terbebas dari rasa sakitnya, dan mobilitas artikulasi mereka meningkat sebesar 24%, tanpa efek samping.

Manfaat Bandotan sebagai Anti-Inflamasi (Anti-Peradangan)

Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bandotan dapat secara signifikan mengurangi inflamasi (peradangan), yang diinduksi oleh aktivitas carrageenan dan histamin. Sebuah penelitian dengan ekstrak herbal terstandar dari tanaman ini menunjukkan sejumlah manfaat untuk mengatasi rasa sakit dan peradangan, yang dapat menjadi inovasi baru untuk mengobati penyakit peradangan seperti artritis reumatoid.

Manfaat Bandotan sebagai Anti-Mikroba

Herbal ini mengandung komponen anti-mikroba yang berguna untuk melawan bakteri dan jamur penyebab gangguan kesehatan pada manusia maupun hewan. Berbagai studi mendapati bahwa babadotan memiliki potensi anti-mikroba terhadap Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Salmonella typhi (Gram negatif), Aspergillus niger, Candida albicans, Penicillium notatum, Rhizopus stolon, dan Fusarium solani.

Manfaat Bandotan sebagai Antioksidan

Ekstrak daun dan bunga dari babadotan menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap DPPH untuk mengais radikal bebas. Aktivitas antioksidan tersebut disebabkan oleh adanya fitokimia seperti flavonoid dan fenol. Studi lain menunjukkan bahwa ekstrak daun bandotan memiliki efek antioksidan alami yang kuat melawan radikal bebas dan juga digunakan dalam pengobatan disfungsi ereksi yang disebabkan oleh stres oksidatif.

Manfaat Bandotan sebagai Anti-Malaria

Sebuah penelitian memperlihatkan bahwa ekstrak air tanaman bandotan punya potensi untuk meningkatkan aktivitas anti-malaria dari obat chloroquine dan artesunate pada subjek hewan percobaan yang diinduksi plasmodial. Ekstrak daun serta fraksinya menunjukkan aktivitas anti-malaria yang signifikan terhadap parasit plasmodium.

Manfaat Babadotan untuk Penyakit Metabolik dan Degeneratif

Berbagai studi menyelidiki aktivitas anti-diabetes dari ekstrak air daun bandotan dan mendapati adanya efek positif pada aktivitas hipoglikemik (penurun kadar gula darah). Ekstrak herbal ini diketahui mempunyai efek penurun kadar gula darah yang dapat disandingkan dengan glibenclamide, obat yang biasa digunakan untuk diabetes tipe 2.

Studi lain juga melaporkan bahwa bandotan memiliki efek hipoglikemik serta hipolipidemik pada subjek hewan percobaan. Hipolipidemik artinya kemampuan menurunkan kadar lemak dalam darah, termasuk kadar kolesterol total dan trigliserida.

Kemudian ada juga aktivitas anti-diare melalui aktivitas antispasmodik dan pembentukan massa feses yang padat. Selain itu ekstrak etanolik dari bandotan memiliki potensi sebagai agen gastroprotektif yang berkaitan dengan sifat antioksidannya. Gastroportektif artinya kemampuan untuk melawan kerusakan pada lambung.

Efek Samping Tanaman Bandotan

Tanaman bandotan memiliki kandungan bioaktif yang menghasilkan aktivitas insektisida (bersifat racun seperti pestisida). Tanaman ini juga mengandung senyawa alkaloid dari kelompok pirrolizidinic, yang adalah bagian dari mekanisme pertahanan dari tanaman itu untuk melawan serangga pemakannya.

Berdasarkan info dari situs web HERBSIA, senyawa alkaloid tersebut bersifat hepatotoksik, yang artinya dapat menganggu fungsi hati. Senyawa itu juga bisa memicu penyakit hati dan bahkan kanker hati. Karena itu, situs web tersebut tidak menyarankan penggunaan tanaman ini untuk dikonsumsi, melainkan hanya sebatas obat luar saja.

Meski begitu, mengingat riwayat penggunaannya secara tradisional yang termasuk untuk obat dalam, banyak orang tetap memanfaatkan tanaman herbal ini untuk dikonsumsi. Bila Anda tetap ingin mengonsumsi daun bandotan atau bagian-bagian lain dari tanaman ini, sangat disarankan untuk menjaganya tetap dalam batas wajar, atau tidak berlebihan. Dan segera hentikan konsumsi jika pengobatan sudah selesai.

Demikianlah artikel ini yang mengulas tentang tanaman dan daun bandotan / babadotan. Semoga dengan membacanya, kita semua jadi lebih tahu mengenai tumbuhan-tumbuhan herbal yang ada di sekitar kita dan cara memanfaatkannya. Nantikan juga ulasan-ulasan menarik lain seputar herbal, pemanfaatan herbal, dan info kesehatan umum hanya di Deherba.com.

Sumber

Sumber Referensi:

Jasvidianto C. Kotta, Agatha B. S. Lestari, Damiana S. Candrasari, Maywan Hariono, “Medicinal Effect, In Silico Bioactivity Prediction, and Pharmaceutical Formulation of Ageratum conyzoides L.: A Review”, Scientifica, vol. 2020, Article ID 6420909, 12 pages, 2020. https://doi.org/10.1155/2020/6420909

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}