Amenorea: Amenore Primer dan Amenore Sekunder


By Fery Irawan

Pernahkah Anda mendengar istilah Amenorea? Kebanyakan orang memang tidak mengetahuinya, namun bagaimana jika gejalanya merujuk pada kondisi keterlambatan datang bulan? Tentu Anda mulai memahami dan mulai mewaspadai keberadaannya bukan? Perlu Anda ketahui bahwa amenorea terdiri dari 2 jenis, yaitu amenore primer dan amenore sekunder. Mengingat tidak terjadinya menstruasi, timbul pertanyaan apakah penderita amenore primer bisa hamil? Apakah penderita amenore sekunder bisa hamil juga?

Kedua pertanyaan itu akan dibahas dalam artikel berikut ini. Adakah solusi bagi penderita amenorea? Masihkah Ada harapan bagi mereka untuk memperoleh keturunan? Jangan segera putus asa, mari kita simak ulasan selengkapnya pada artikel berikut ini! Source: Medscape — Amenorrhea.

Amenorea

Amenorea / Amenore / Amenorhea (Amenorrhea) merupakan istilah kesehatan yang merujuk pada kondisi ketiadaan menstruasi. Dengan kata lain tidak terjadinya proses menstruasi, apakah ini merupakan kondisi yang normal? Kondisi ini normal jika terjadi sebelum Anda memasuki masa pubertas, hamil, atau setelah menopause. Pada masa-masa tersebut menstruasi memang tidak terjadi. Namun, dikatakan tidak normal saat terjadi pada masa produktif. Masa manakala menstruasi seharusnya terjadi, namun tidak terjadi dan tidak ada indikasi kehamilan. Bagaimana mungkin?

Sebelumnya Anda perlu mengenal bagaimana siklus menstruasi dapat terjadi. Menstruasi merupakan siklus yang berkaitan dengan faktor hormonal wanita. Menstruasi terjadi saat sel telur yang sudah dilepaskan oleh indung telur atau ovarium tidak mengalami pembuahan. Saat pembuahan tidak terjadi, maka sel telur akan luruh bersamaan dengan lapisan dinding endometrium yang dipersiapkan untuk kehamilan.

Siklus menstruasi dibagi menjadi 3 fase (fase folikel, fase ovulasi, fase luteal), setiap fase memengaruhi organ lain seperti hipotalamus, pituitari, ovarium dan uterus. Itu semua turut berpartisipasi terhadap adanya amenorea. Selain itu, Ada beberapa faktor risiko yang turut memperbesar kemungkinan terjadinya amenorea, misalnya;

  • Riwayat keluarga: Jika Anda memiliki saudara atau anggota keluarga yang mengidap amenorea, berhati-hatilah karena ada kemungkinan bagi Anda untuk mengalaminya.
  • Gangguan makan: Hal ini juga dapat terjadi pada orang yang mengalami gangguan makan, misalnya; anoreksia ataupun bulimia, sehingga risiko terjadinya amenorea bisa saja terjadi.
  • Latihan atletik: Pelatihan atletik yang terlalu ketat dapat meningkatkan risiko terjadinya amenorea.

Jika Anda mengalami salah satu faktor atau ketiganya, maka terjadinya amenorea bisa terjadi dengan mudah. Namun, jangan panik ada baiknya untuk melakukan pemeriksaan medis guna memastikan penyebab pasti terjadinya amenorea. Sehingga Anda dapat memperoleh pengobatan atau perawatan yang tepat sesuai dengan hasil pemeriksaan medis yang dilakukan. Ketahuilah ada 2 jenis amenorea, yaitu; Amenorea Primer dan Amenorea Sekunder. Mari kita perhatikan perbedaan dari keduanya!

Amenore Primer

Amenore primer merupakan gangguan menstruasi pada wanita yang tidak mengalami menstruasi sekalipun sudah memasuki usia produktif (17 tahun). Padahal secara fisik memiliki pertumbuhan yang normal dan memiliki perkembangan karakteristik seksualnya yang terlihat jelas. Namun, dokter juga perlu mewaspadai adanya amenore primer jika di usia 14 tahun menstruasi belum terjadi. Bahkan, belum ditemukan adanya tanda-tanda pubertas secara fisik.

Hasil pemeriksaan amenore primer biasanya memberikan petunjuk apakah ini berkaitan dengan faktor genetika atau karena faktor ketidaknormalan fungsi tubuh. Penyebab dari gangguan ini cukup beragam, misalnya; Hypogonadotropic Hypogonadism yang diikuti oleh kelainan bawaan, gangguan endokrin, gangguan makan, penyakit sistemik, hingga tumor. Apa sajakah itu?

  • Kelainan Bawaan; Disertai dengan kekurangan Isolated GnRH (Gonadotropin-Releasing Hormone), kerusakan bawaan pada sistem saraf pusat, pertumbuhan yang tertunda dan pembentukan hipopituarisme.
  • Gangguan Endokrin; Disertai dengan pembesaran adrenal bawaan, sindrom cushing, hiperprolaktinemia dan pseudohypoparathyroidism.
  • Tumor; Disertai dengan adenoma pituitari,  tumor ganas, atau craniopharyngioma.

Selain Hypogonadotropic Hypogonadism, Eugonadisme juga dapat menjadi penyebabnya. Ini merupakan akibat dari kelainan anatomi atau gangguan interseks. Kelainan anatomi bawaan termasuk ketiadaan uterus, vagina atau atresia serviks. Gangguan interseks termasuk insensitivitas androgen atau defisiensi 17-ketoreduktase. Mengapa disebut amenore primer? Karena wanita yang mengalami gangguan ini belum pernah mengalami menstruasi sama sekali.

Amenore Primer Bisa Hamil
Sumber Gambar — mombaby.tw

Hal ini tentu memengaruhi kesuburan penderitanya dan menandakan tidak adanya produksi sel telur oleh indung telur. Pada kasus yang langka perkembangan seksual sekunder bisa saja terjadi. Untuk memastikannya, dianjurkan untuk segera melakukan pemeriksaan medis berupa USG, MRI, ataupun histeroskopi. Jika tidak ditemukan adanya perkembangan seksual sekunder, pemeriksaan kadar hormon FSH (Follicle-Stimulating Hormone) serta LH (Luteinizing Hormone) perlu dilakukan.

Sekarang mari kita lihat apakah penderita amenore primer bisa hamil?

Amenore Primer Bisa Hamil?

Apakah penderita amenore primer bisa hamil? Pertanyaan ini kerap kali dilontarkan, mengingat timbulnya kekhawatiran sehubungan dengan tingkat kesuburan pada penderita amenorea. Menarik dalam sebuah artikel berjudul “Spontaneous Pregnancy in Primary Amenorrhea” yang ditampilkan oleh US National Library of Medicine National Institutes of Health.

Menunjukkan bahwa penderita amenore primer bisa hamil, bagaimana kisahnya? Seorang wanita berusia 29 tahun di India, mengalami kehamilan setelah 4 tahun menikah. Awalnya ia mengidap amenore primer dan sudah menjalani beberapa perawatan yang mengakibatkannya mengalami “withdrawal bleeding” (kondisi menstruasi yang disebabkan oleh hormon pengatur kehamilan).

Namun selama 4 tahun terakhir ia tidak melakukan perawatan tersebut. Uniknya, setelah 4 tahun menikah ia merasakan adanya gejala mual yang disertai dengan muntah. Pemeriksaan dengan tes urin menunjukkan hasil positif, sehingga ia segera mengunjungi dokter. Pemeriksaan USG memperlihatkan bahwa ia sedang hamil. Singkat cerita wanita ini meminta dokter agar kelahiran sang buah hati dilakukan secara caesar, dan terlahirlah bayi laki-laki yang sehat dengan bobot 2,5 kg.

Kasus kehamilan spontan juga terjadi pada wanita berusia 27 tahun yang mengalami kegagalan hypergonadotropic ovarian. Kesimpulannya, penderita amenore primer bisa hamil, hanya saja kasus ini terjadi cukup langka. Sampai saat ini hanya 5 sampai dengan 10% kasus kehamilan pada penderita amenore primer.

Amenore Sekunder

Amenore sekunder merupakan gangguan menstruasi yang terhenti. Penderitanya pernah mengalami siklus menstruasi secara normal, namun sampai waktu tertentu siklus ini terhenti. Keterlambatan datang bulan bisa jadi berlangsung selama lebih dari 6 bulan bahkan lebih. Padahal kondisi penderita masih tergolong dalam usia produktif. Selain itu, tidak ada tanda-tanda kehamilan sekalipun telah melakukan pemeriksaan medis.

Amenore Sekunder biasanya terjadi karena gangguan yang berkaitan dengan kadar hormon FSH (Follicle-Stimulating Hormone), 66% kasus terjadi karena rendahnya kadar hormon FSH disertai dengan beberapa kondisi berikut; anoreksia, kondisi non-spesifik hipotalamus, anovulasi kronis termasuk PCOS, sindrom cushing, tumor pituitari dan sindrom sheehan.

Sedangkan 12% kasus amenore sekunder terjadi karena meningkatnya kadar hormon FSH disertai dengan beberapa kondisi berikut; kegagalan ovarium yang bersifat prematur dikarenakan oleh karyotype tidak normal. Gangguan yang berkaitan dengan meningkatnya prolaktin. Serta, terjadinya gangguan anatomi seperti; sindrom asherman.

Pada kasus yang cukup langka amenore sekunder juga dapat disebabkan oleh kondisi hiperandrogenik yang disertai dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) hingga tumor ovarium.

Amenore Sekunder Bisa Hamil
Sumber Gambar — static.ilcdn.fi

Penderita amenore sekunder bisa jadi mengalami tanda-tanda berikut; munculnya jerawat, kondisi vagina yang kering, perubahan suara menjadi berat, munculnya bulu atau rambut pada tubuh secara berlebihan, sakit kepala, keluarnya cairan dari payudara dan gangguan penglihatan.

Sekarang mari kita lihat apakah penderita amenore sekunder bisa hamil?

Amenore Sekunder Bisa Hamil?

Apakah penderita amenore sekunder bisa hamil? Memang belum ada informasi lebih lanjut sehubungan kasus kehamilan pada penderita amenore sekunder. Namun kehamilan bisa terjadi jika indung telur berhasil memproduksi sel telur. Apabila tidak ada gangguan fungsi hormonal dan gangguan pada indung telur, kehamilan bisa saja terjadi.

Maka dari itu dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut yang dilakukan oleh dokter sehubungan dengan fungsi hormonal dan anatomi organ reproduksi yang Anda miliki. Hal ini akan memperlihatkan bahwa penderita amenore sekunder bisa hamil, jika kondisi pasien membaik. Perlu diketahui bahwa kunci dari kesuburan wanita terletak dari produksi sel telur dalam indung telur serta faktor hormonal.

Tentu saja dengan melakukan perawatan dan pengobatan Anda bisa pulih kembali dan tak perlu merasa khawatir akan kehamilan. Seraya Anda menjalani pengobatan pastikan untuk memperoleh asupan nutrisi seimbang yang diperlukan guna mendukung proses pemulihan. Kurangi kadar kekhawatiran dan stres berlebih yang dapat memengaruhi fungsi tubuh. Yakinlah penderita amenore sekunder bisa hamil bahkan pulih kembali.

Cara Mengatasi Amenorea

Berkonsultasi dengan dokter merupakan langkah tepat bagi Anda yang terlambat datang bulan atau tidak pernah mengalaminya. Tentu saja ahli medis dapat mmberikan saran yang tepat sehubungan dengan metode pengobatan yang sesuai dengan gejala yang Anda rasakan. Selagi Anda mencari informasi medis dan berkonsultasi dengan dokter. Beberapa tips berikut ini dapat membantu Anda untuk mengatasi amenorea.

Jika penyebab amenorea ialah karena kurangnya asupan nutrisi yang baik. Maka penderitanya bisa mulai mengonsumsi makanan bernutrisi yang seimbang. Berat badan juga menjadi faktor lain yang perlu diperhatikan. Membatasi asupan makanan berlemak dan melakukan olahraga yang seimbang dapat membantu penderita amenorea. Namun waspadalah agar tidak melakukannya secara berlebihan, karena dapat berakibat sebaliknya.

Satu lagi yang sering dialami wanita, yaitu stres emosional yang membuat penderitanya merasa khawatir. Saat Anda mengalami stres ini dapat memengaruhi fungsi hormonal dalam tubuh dan siklus menstruasi akan terganggu. Maka cobalah untuk mencari solusi dari stres yang Anda miliki. Bukan berfokus pada masalah yang dapat menyebabkan stres berkepanjangan.

Demikianlah info lanjutan sehubungan dengan amenorea, amenore primer dan amenore sekunder. Ketahuilah dengan memperoleh bantuan medis maka penderita amenore primer bisa hamil. Lakukan pemeriksaan medis dan pengobatan yang tepat. Yakinlah bahwa penderita amenore sekunder bisa hamil sama seperti wanita lainnya. Nantikan informasi menarik lainnya hanya di Deherba.com!

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Fery Irawan seorang editor sekaligus penulis yang antusias dan sadar untuk memberikan informasi kesehatan yang tidak berat sebelah. Aktif menulis beragam artikel kesehatan selama beberapa tahun terakhir. Ia selalu berupaya menyampaikan informasi yang aktual dan terpercaya, sesuai dengan ketentuan dan prinsip jurnalistik yang ada. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}